Penyebab KDRT yang Sering Menimbulkan Trauma dan Cara Mengatasinya
Ada banyak faktor penyebab KDRT mulai dari ekonomi, psikologis, sosial budaya dan pengalaman masa lalu. Adapun salah satu faktor pemicu kekerasan dalam rumah tangga yaitu perselingkuhan. Masalah memuncak ketika pasangan terbukti bermain di belakang dan kekerasan dijadikan sebagai solusinya.
Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi dalam hubungan antara suami-istri. Bisa menimpa orang tua, anak, lanjut usia atau pekerja rumah tangga. KDRT merupakan kekerasan berbasis gender yang merugikan korban secara fisik, melanggar hak asasi manusia dan merugikan korban secara fisik, sosial, mental dan ekonomi.
KDRT termasuk kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam ranah personal. Kekerasan ini banyak terjadi dalam hubungan relasi personal, di mana pelaku merupakan orang yang dikenal baik serta dekat dengan korban.
Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Mengutip Fahum.umsu.ac.id, Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan setiap perbuatan yang dilakukan kepada seseorang, terutama perempuan. Dampak KDRT antara lain kesengsaraan atau penderitaan secara seksual, fisik, psikologis dan penelantaran rumah tangga.
Tindakan KDRT mencakup ancaman, paksaan atau pembatasan yang tidak sesuai hukum serta terjadi dalam konteks kehidupan keluarga. KDRT terjadi karena rendahnya kemampuan anggota keluarga untuk beradaptasi satu sama lain dan pelaku memiliki kekuasaan. Pelaku menggunakan kekuatannya untuk dominasi serta eksploitasi terhadap anggota keluarga lebih lemah.
Kekerasan dalam rumah tangga muncul sebagai dampak intervensi lingkungan di luar keluarga yang mempengaruhi keluarga. Terutama orangtua atau kepala keluarga dan tercemin dalam perlakuan eksploitatif kepada anggota keluarga.
KDRT banyak dimaknai sebagai kekerasan terhadap perempuan oleh anggota keluarga yang memiliki hubungan darah. Misalnya tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami kepada istri, ayah terhadap anak, paman kepada ponakan dan kakek terhadap cucu.
Faktor Penyebab KDRT
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Berikut beberapa faktor penyebab KDRT:
1. Faktor Ekonomi
Ketika pelaku KDRT tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga dan mengalami kesulitan finansial ia menyalurkan frustasinya dengan melakukan kekerasan.
2. Faktor Psikologis
Terjadi ketika pelaku memiliki gangguan jiwa atau emosi tidak stabil sehingga mudah cemburu atau marah tanpa alasan yang jelas.
3. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya terjadi saat pelaku dipengaruhi oleh nilai-nilai patriarki dan menganggap laki-laki lebih superior sehingga mendominasi pasangannya.
4. Faktor Pengalaman Masa Lalu
Pelaku pernah menjadi korban atau saksi kekerasan dalam keluarga sendiri sehingga menganggap kekerasan sebagai hal wajar dan bisa diterima.
Cara Mengatasi KDRT
KDRT bisa terjadi kepada siapa saja dan pasangan yang toksik bisa sewaktu-waktu melakukan kekerasan terlepas dari jenis kelaminnya. Berikut cara mengatasi KDRT:
1. Bertoleransi Antar Pasangan
Agar hubungan tetap berjalan dengan baik, kedua belah pihak perlu menunjukkan kedewasaan dan belajar menoleransi ketidaksempurnaan satu sama lain. Toleransi merupakan salah satu bentuk strategi pencegahan KDRT. Tolernsi harus diberikan kepada asisten rumah tangga, anak-anak dan anggota rumah tangga lainnya.
2. Menjaga Komunikasi
Dalam suatu hubungan, intoleransi, kecemburuan dan sifat pemarah merupakan pemicu terjadinya KDRT. Berkomunikasi dengan baik bisa menjadi salah satu solusi tepat untuk KDRT. Sebaiknya bicarakan apa yang Anda dan pasangan inginkan lalu buat komitmen yang bisa disetujui secara adil.
3. Meminta Bantuan Profesional
Ada banyak profesional yang lebih mengetahui mengenai bagaimana menangani korban kekerasan dalam rumah tangga. Jika Anda merupakan orang yang mengalami segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga maka bisa mempertimbangkan segera bertemu dengan orang profesional untuk mendapat bantuan dan dukungan.
Penyebab KDRT bisa karena kondisi ekonomi, psikologis, faktor sosial budaya dan pengalaman masa lalu. Ketika salah satu pasangan dalam hubungan merasakan dorongan untuk mengendalikan atau mendominasi, kekerasan dalam rumah tangga bisa terjadi.