Kumpulan Dongeng Si Kancil yang Lucu dan Sarat Pesan Moral

Ghina Aulia
17 September 2023, 15:05
dongeng si kancil
Youtube.com/ Riri Cerita Anak Interaktif
Ilustrasi, dongeng kancil.

Dongeng merupakan jenis cerita rakyat yang bersifat fiktif. Tidak semua dongeng diketahui pengarangnya, tulisan ini populer dari mulut ke mulut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh); perkataan (berita dan sebagainya) yang bukan-bukan atau tidak benar. Sementara pendongeng merupakan orang yang menceritakan atau suka mendongeng.

Patut diketahui bahwa dongeng terbagi menjadi beberapa jenis yang mengacu pada jenis karakter dan latarnya. Misalnya fabel yang mengangkat tokoh hewan, sementara juga ada legenda yang berkaitan dengan peristiwa sejarah.

DONGENG KANCIL DAN HARIMAU
DONGENG KANCIL DAN HARIMAU (PosKata)

Ciri-ciri Dongeng

Berikut ciri-ciri dongeng:

  1. Fiktif
  2. Singkat
  3. Anonim
  4. Alur cerita yang sederhana
  5. Sifat antar tokoh yang berlawanan
  6. Gaya bahasa komunikatif
  7. Menggunakan kalimat pembuka pada zaman dahulu, dikisahkan seorang …, alkisah seorang…
  8. Mengandung pesan moral.

Untuk mengidentifikasi lebih lanjut, Katadata.co.id menyertakan kumpulan dongeng Si Kancil dengan berbagai kisah. Selengkapnya, simak tulisan di bawah ini.

Kumpulan Dongeng Si Kancil

Berikut ini beberapa kumpulan dongeng mengenai Kancil yang lucu dan sarat akan pesan moral.

1. Kancil dan Harimau

Pada suatu hari si kancil bertemu dengan harimau ketika sedang bermain di pegunungan. Tanpa ragu, sang harimau mengira si kancil akan bisa menjadi makan siangnya yang lezat.

Namun, si Kancil rupanya telah melihat penampakan Harimau dan berpura-pura tenang sembari berkata, “Harimau, kamu sangat tampan. Kepala, wajah, tubuh, dan kaki kamu semuanya begitu sempurna dan tidak ada tandingannya di hutan ini. Sayangnya, ekormu sangat jelek sehingga tidak bisa mengimbangi kehebatanmu yang lain itu.”

Harimau termakan hasutan si kancil dan merasa ucapannya tadi benar, jadi dia bertanya kepada kancil, "Bagaimana aku bisa membuat ekorku menjadi indah?" Kancil kemudian melihat sekeliling ekor harimau, seolah-olah sedang memeriksanya, dan memberitahu sang harimau, "Kalau kamu bisa membuatnya lurus, ekormu pasti akan terlihat sangat indah."

“Jadi bagaimana cara aku bisa meluruskannya?” Tanya harimau.

“Hmm, sebenarnya tidak terlalu sulit. Saya hanya tidak yakin apakah kamu akan berani melakukannya atau tidak,”

“Tidak ada yang aku takutkan,” kata sang harimau yang berencana ingin meluruskan ekornya terlebih dahulu sebelum ia memakan si kancil. Lalu, dia mendesak kancil, “Cepat! Bantu aku meluruskan ekorku!”

Kancil mengumpulkan sembilan ikat jarum pinus dengan cepat, lalu mengikat ekor harimau ke pohon sambil membakar jarum pinus tadi. Harimau merasa kepanasan karena harus menahan api. Walhasil, rambut di sekujur tubuhnya malah terbakar habis. Harimau pun marah, “Kamu benar-benar Kancil yang bodoh! Ekorku memang terlihat lurus, tetapi kamu telah membakar pakaianku. Aku tidak akan memaafkanmu!"

Alih-alih ketakutan, si kancil dengan tenang menjawab, "Jangan khawatir. Aku akan memberimu yang baru,"

“Kau telah membodohi aku,” lanjut harimau.

"Aku serius. Namun, kamu sebaiknya mencuci tubuh kamu sampai bersih sebelum kamu mengenakan pakaian baru,”

"Di mana letak airnya?"

"Di sana," harimau yang sudah terbakar dan terluka parah merasa tidak sabar untuk mengikuti kancil menemukan air.

Namun, malang bagi harimau, si kancil malah menggiringnya ke area di mana para buaya yang sedang lapar telah menunggu. Para buaya ini langsung menerkam harimau yang kini tidak memiliki rambut dan telah terluka parah.

Harimau mempercayai kata-kata dari kancil dan menjatuhkan martabat dan kedudukannya sendiri. Akibat keputusannya yang salah, tidak hanya ia gagal mendapatkan Kancil sebagai makan siangnya, tetapi juga telah harus menutup riwayat kehidupannya dengan cara yang malang.

2. Kancil dan Siput

Pada suatu hari yang cerah, Kancil sedang berjalan dengan santai di pinggir sungai. Disana ia bertemu dengan Siput yang merangkak dengan lambat. Kancil lalu datang menghampiri Siput dengan langkah yang angkuh.

"Hai Siput," kata Kancil dengan sombong. "Apakah kamu berani adu cepat denganku?"

Mendengar pertanyaan itu, Siput tentu saja terkejut. Ia merasa diejek oleh Kancil. Walaupun begitu, Siput menerima ajakan Kancil.

"Baiklah, Kancil," kata Siput yang menerima ajakan Kancil. "Aku terima ajakanmu. Tapi jangan malu ya, kalau nanti justru kamu yang sendiri yang kalah."

"Hahahaha," seketika Kancil tertawa mendengar ucapan Siput. "Mana mungkin kamu bisa mengalahkan aku, Siput? Kamu adalah hewan merangkak yang sangat lambat."

Mendengar hal itu, bukannya membatalkan ajakan Kancil, Siput justru makin menantang Kancil. "Baik, tentukan saja kapan kita akan berlomba!"

"Hari Minggu besok, di sini," kata Kancil. "Pasti akan ada yang melihatku memenangkan lomba. Catat itu." Kancil lalu bergegas pergi dengan tertawa.

Sambil menunggu hari perlombaan, Siput mengatur taktik agar Kancil bisa merasakan rasa angkuh dan sombongnya dengan kekalahan. Ia segera mengumpulkan semua siput yang ada di sekitar sungai. Mereka semua tentu saja ingin Kancil kalah.

"Hai teman-temanku, tentu saja kita berkumpul disini untuk membicarakan perlombaan dengan Kancil," kata Siput yang akan berlomba.

"Tapi bagaimana caranya? Kita memang sudah pasti kalah, karena kita merangkak dengan lambat," kata siput yang lain.

"Kita harus membagi tugas," kata Siput. "Kalian harus berpencar di setiap rerumputan di pinggir sungai, sampai garis finish. Nanti kalau dipanggil Kancil, kalian harus jawab."

"Ide yang cerdas! Kita akan menang!"

Cerita Kancil dan Buaya
Ilustrasi, dongeng kancil (Freepik)

Akhirnya datang hari perlombaan. Semua siput sudah siap di posisinya masing-masing. Penonton bersorak sorai. Ada yang mendukung kancil, ada juga yang mendukung siput. Hingga bendera diangkat, tanda lomba dimulai.

Begitu lomba dimulai, Kancil berlari dengan sangat kencang. Semua tenaga ia kerahkan agar bisa memenangkan perlombaan itu. Tapi setelah berlari sekian kilometer, napasnya mulai terengah-engah dan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.

Namun ketika ia baru saja akan duduk, ia melihat Siput berjalan.

"Siput!" kata Kancil.

"Ya, aku di sini, Kancil," kata Siput yang berjalan di depan Kancil.

Kancil lalu berlari kencang meninggalkan siput itu. Dia mulai kehabisan tenaga ketika sampai di pohon besar yang rindang. Kancil kembali duduk untuk beristirahat. Tapi Siput datang melewatinya.

"Siput!" kata Kancil.

"Ya, aku di sini, Kancil," begitu seterusnya yang terjadi. Hingga Kancil kelelahan dan Siput memenangkan perlombaan.

Di garis finis, Kancil mengakui kekalahannya. Sementara, Siput yang memenangkan perlombaan hanya tersenyum tipis. Siput tidak merayakan kemenangan dengan berlebihan.

3. Kancil dan Pak Tani

“Kruukk…krruuk,” Kancil mengelus perutnya yang dari tadi mengeluh lapar, dan tenggorokannya pun sangat kering. Hari amatlah panas. Kancil berjalan sendirian. Tadi dia memang bersama teman-temannya meninggalkan hutan kecil tempat tinggal mereka yang terbakar. Sekarang, teman-temannya sudah meninggalkannya.

Kancil duduk bersandar karena matanya berkunang-kunang. Tiba-tiba ia melihat hamparan hijau. Ya, itu adalah ladang Pak Tani, yang menanami ladangnya dengan ketimun. Air liur Kancil menetes.

“Ah, aku akan memakan timun Pak Tani,” kata Kancil. “Kalau cuma makan sedikit pasti tidak apa-apa.”

Kancil menyusup lewat celah pagar ladang Pak Tani dan mengunyah sebuah ketimun. “Krrss, hmmm, segar sekali.”

“Satu lagi, ah. Lalu aku akan menyusul teman-teman.” Kancil memetik satu lagi, memakannya. Satu lagi, satu lagi, sampai ia kekenyangan dan tertidur. Kancil terkejut karena hari sudah sore. Ia segera meninggalkan ladang itu.

Saat tiba di ladang, Pak Tani kaget melihat ketimunnya banyak yang hilang, hanya tersisa sampah ujung ketimun.. “Aduh, bagaimana ini,” keluh Pak Tani. “Aku tidak jadi panen. Siapa yang berani mengambilnya, ya?”

Bu Tani berkata, “Kita takut-takuti dia dengan orang-orangan, Pak. Siapa tahu, dia tidak berani datang lagi.”
“Ide bagus, Bu. Ayo, kita buat sekarang.”

Mereka membuat orang-orangan dari jerami dan menggunakan baju bekas dan caping Pak Tani.

Esok harinya, Si Kancil memasuki ladang itu lagi.

“Apa? Pak Tani berjaga di ladangnya?” serunya terkejut.

Ia menunggu sampai Pak Tani pergi, namun kelihatannya Pak Tani betah berjaga di sana. Tapi, mengapa Pak Tani diam dan melotot terus seperti itu, ya? Kancil memberanikan diri untuk memasuki ladang dan Pak Tani tidak mengusirnya. Akhirnya Kancil mengerti, bahwa itu hanya orang-orangan yang dibuat seperti Pak Tani.

“Ayo, makan bersamaku, Pak Tani!” ajaknya dan mengambil caping orang-orangan itu. Ia makan sampai kenyang sambil nyender ke tubuh orang-orangan itu. Setelah kenyang, Kancil segera pergi.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement