Kapal Pinisi, Sejarah, Proses Pembuatan, Karakteristik, dan Wisatanya

Annisa Fianni Sisma
7 Desember 2023, 13:49
Kapal Pinisi
explore.makassar.go.id
Kapal Pinisi

Kapal Pinisi adalah kapal yang telah ada sejak tahun 1500-an di Indonesia. Kapal ini sering digunakan oleh para pelaut dari Konjo, Bugis, dan Mandar yang berasal dari Sulawesi Selatan.

Tujuan penggunaannya yakni untuk mengangkut barang dalam rangka perdagangan. Namun, kini Kapal Pinisi menjadi daya tarik wisata.

Ciri khas Kapal Pinisi sangat unik dengan 7 hingga 8 layarnya serta 2 tiang utama di depan dan belakang kapal. Berkaitan dengan itu, menarik mengetahui sejarah dan karakteristik Kapal Pinisi lebih lanjut.

Sejarah Kapal Pinisi

Kapal Pinisi
Kapal Pinisi (explore.makassar.go.id)

Merujuk dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sejarah Kapal Pinisi diawali dengan diciptakannya kapal oleh Sawerigading selaku putra mahkota Kerajaan Luwu, sebagaimana tercatat dalam naskah La Galigo. Sawerigading membangun kapal ini menggunakan kayu dari pohon Welengreng, yang terkenal karena kekuatan dan ketahanannya.

Tujuan perjalanan kapal ini awalnya menuju Tiongkok, di mana Sawerigading bermaksud mempersunting seorang gadis bernama We Cudai. Setelah berhasil menikahi pujaan hatinya, Sawerigading memilih untuk tinggal di sana untuk sementara waktu.

Ketika hendak kembali ke kampung halamannya, kapal Sawerigading menghadapi badai dahsyat. Peristiwa itu menyebabkan kapal pecah menjadi tiga bagian, dan reruntuhannya terdampar di wilayah Ara, Tanah Beru, dan Lemo-lemo di Kabupaten Bulukumba.

Masyarakat setempat kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi kapal yang megah. Kapal megah itulah yang kini dikenal sebagai Kapal Pinisi.

Proses Pembuatan Kapal Pinisi

Kapal Pinisi
Kapal Pinisi (explore.makassar.go.id)

Proses pembuatan kapal Pinisi terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama mencakup penentuan hari baik untuk mencari kayu, sering kali pada hari ke-5 atau ke-7 selama bulan pembuatan kapal, yang melambangkan harapan akan rezeki dan keberuntungan.

Tahap kedua melibatkan proses panjang menebang, mengeringkan, dan memotong kayu untuk dirakit menjadi berbagai bagian kapal Pinisi. Proses ini memerlukan waktu berbulan-bulan.

Tahap ketiga adalah peluncuran kapal Pinisi ke laut. Sebelumnya, diadakan upacara maccera lopi, di mana kapal disucikan. Upacara ini melibatkan pemotongan sapi atau kambing, bergantung pada bobot kapal, dengan kambing untuk kapal di bawah 100 ton, dan sapi untuk kapal di atas 100 ton.

Seluruh rangkaian pembuatan kapal Pinisi mencerminkan filosofi nilai-nilai seperti kerja keras, kerja sama, keindahan, dan penghargaan terhadap alam. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa kapal Pinisi diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada tahun 2017.

Karakteristik Kapal Pinisi

Kapal Pinisi memiliki karakteristik yang unik. Karakteristik itu didasarkan pada setiap jenis Kapal Pinisi.

Kapal Pinisi Palari merupakan varian awal dari kapal pinisi yang memiliki lunas (bagian terbawah kapal) yang lebih lebar, dengan kemudi di samping yang serupa dengan jenis Lamba.

Asal nama "Palari" berasal dari kata 'Untuk Berlari'. Bentuk lambung Palari menyerupai kapal Padewakang yang digunakan oleh orang Sulawesi dalam aktivitas penangkapan ikan.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement