Kisah Tangkuban Perahu dan Sangkuriang Beserta Pesan Moralnya
Kisah Tangkuban Perahu atau legenda Sangkuriang merupakan cerita rakyat yang masih populer hingga sekarang. Hal ini dibuktikan oleh keberadaannya yang kerap dimuat pada buku mata pelajaran, khususnya bahasa Indonesia di tingkat sekolah.
Meski sifatnya fiktif, cerita rakyat satu ini mengandung unsur hiburan yang bisa dijadikan bacaan. Selain itu, kisah Sangkuriang juga berkaitan dengan sejarah sekaligus kekayaan alam yang terletak di Cikahuripan, Lembang, Bandung, Jawa Barat.
Pada mata pelajaran, cerita ini banyak dibahas dari segi pengidentifkasian cerita berdasarkan unsur-unsur tertentu. Maka dari itu, siswa patut membacanya sebagai pengetahuan umum atau hiburan semata.
Terkait dengan itu, kali ini Katadata.co.id akan membahas tentang kisah Tangkuban Perahu san Sangkuriang. Lengkap dengan pesan moralnya, simak tulisan berikut ini.
Kisah Tangkuban Perahu dan Sangkuriang
Kisah tentang Sangkuriang berawal dari khayangan, di mana ada sepasang dewa dan dewi yang dihukum menjadi hewan dan menjalani masa hukumannya di bumi. Sang dewa diubah menjadi seekor anjing jantan yang bernama Si Tumang, dan sang dewi menjadi seekor babi hutan betani yang bernama Celeng Wayung Hyang.
Lalu, pada suatu hari, ada seorang raja yang bernama Sungging Perbangkara. Di suatu pagi, saat ia pergi berburu di tengah hutan, tiba-tiba ia ingin buang air dan sang raja membuangnya di batok kelapa. Tidak lama kemudian, Celeng Wayung Hyang datang dalam keadaan haus luar biasa. Ia pun meminum air yang ada di batok kelapa tadi. Tiba-tiba, Celeng Wayung Hyang hamil dan melahirkan seorang putri yang sangat cantik.
Saat Raja Sungging Perbangkara melihatnya, ia langsung menggendong bayi cantik tersebut dan membawanya pulang ke keraton. Sang raja menamakan putri cantiknya Dayang Sumbi atau Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, sehingga banyak raja-raja yang ingin mengantre untuk menjadi suaminya.
Namun, Dayang Sumbi menolak semua lamaran pernikahan. Bahkan, para raja-raja yang memperebutkan Dayang Sumbi ini sampai rela berperang untuk memenangkan hatinya, lho. Karena merasa penat dengan segala lamaran yang menghampirinya, Dayang Sumbi memutuskan untuk mengasingkan dirinya ke hutan. Di dalam hutan, Dayang Sumbi ditemani oleh seekor anjing, yaitu Si Tumang.
Pada suatu hari, saat Dayang Sumbi sedang menenun, kainnya terjatuh dan ia merasa malas untuk mengambilnya. Ia pun membuat janji pada dirinya sendiri bahwa laki-laki mana pun yang mengambilkan kainnya, akan ia nikahkan. Namun, jika perempuan yang menolongnya, akan ia jadikan saudara.
Ternyata, yang mengambil kain Dayang Sumbi adalah Si Tumang! Dayang Sumbi pun tidak mengingkari janjinya, ia menjadikan Si Tumang suaminya. Dari pernikahan ini, Dayang Sumbi dan Si Tumang melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang.
Saat Sangkuriang tumbuh menjadi seorang remaja, Dayang Sumbi memberikannya tugas untuk berburu rusa. Sangkuriang pergi berburu ditemani oleh Si Tumang, mereka duduk menunggu hewan-hewan mangsa melewati mereka tapi tidak ada satu pun juga yang datang. Tiba-tiba, Sangkuriang melihat seekor babi hutan yang gemuk, Sangkuriang pun menyuruh Si Tumang mengejar dan menangkapnya. Namun, Si Tumang menolak karena babi hutan yang dilihat Sangkuriang adalah Celeng Wayung Hyang.
Sangkuriang pun mengancam Si Tumang dengan anak panahnya dan ia tidak sengaja melepaskannya. Ia pun tidak sengaja membunuh Si Tumang. Sangkuriang merasa panik dan ia menyembelih Si Tumang untuk mengambil hatinya. Setelah itu, Sangkuriang kembali pulang dan menyerahkan hati tersebut ke ibunya. Mengira bahwa yang diterimanya adalah hati rusa, Dayang Sumbi pun memasak dan memakannya. Namun, setelah mengetahui yang ia makan adalah hati Si Tumang, Dayang Sumbi pun marah besar kepada Sangkuriang.
Dayang Sumbi memukul kepala putranya dengan sendok nasi yang terbuat dari kayu hingga kepala Sangkuriang terluka. Sangkuriang merasa takut, ia pun akhirnya meninggalkan rumah dan Dayang Sumbi.
Setelah sekian lama pergi dari rumah, Sangkuriang tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang kuat dan sakti. Pada suatu hari, ia mengembara hingga tidak menyadari berjalan sampai ke tempat di mana Dayang Sumbi berada. Sangkuriang pun jatuh hati terhadap kecantikan Dayang Sumbi dan tidak mengetahui bahwa wanita yang dicintainya itu adalah ibunya sendiri.
Saat Sangkuriang berniat menikahinya, Dayang Sumbi tentu saja menolak karena ia mengetahui bahwa pria yang hendak melamarnya adalah putranya sendiri. Dayang Sumbi pun memberikan syarat yang mustahil kepada Sangkuriang apabila ingin menjadi suaminya, karena ia yakin anaknya tidak bisa memenuhi keinginannya ini.
Permintaan Dayang Sumbi adalah ia ingin dibuatkan perahu dan telaga yang harus selesai hanya dalam semalam dengan membendung aliran Sungai Citarum. Nyatanya, syarat itu disanggupi oleh Sangkuriang. Dayang Sumbi pun takut Sangkuriang bisa menyelesaikannya dan memohon kepada Sang Hyangg Tunggal agar menggagalkan usaha Sangkuriang. Ia juga memukulkan alu ke lesung, seolah-olah sedang menumbuk padi agar menjadi pertanda bahwa fajar telah tiba.
Akhirnya, para makhluk halus anak buah Sangkuriang pun menjadi ketakutan dan pergi sebelum menyelesaikan tugasnya karena mengira matahari akan segera bersinar. Karena gagal memenuhi persyaratan Dayang Sumbi, Sangkuriang pun marah, mengamuk, dan menendang perahu yang dibuatnya ke arah utara.
Dalam sekejap, perahu yang jatuh menelungkup dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Setelah itu, Sangkuriang masih mengejar Dayang Sumbi hingga ke Gunung Putri. Namun, Sang Hyang Tunggal segera menolong dan mengubah Dayang Sumbi menjadi setangkai Bunga Jaksi agar lolos dari kejaran Sangkuriang. Sangkuriang pun tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi, dan pada akhirnya Sangkuriang menghilang ke alam gaib.
Pesan Moral Kisah Tangkuban Perahu
Cerita rakyat di atas memiliki nilai fiksi dan hiburan yang berkaitan dengan sejarah. Di samping itu, pembaca juga bisa memaknai kisah tersebut dengan mengingat beberapa pesan moral berikut ini.
1. Jangan Ingkar Janji
Pesan moral yang dapat ditarik dari kisah Tangkuban Perahu salah satunya yaitu dengan ingkar terhadap janji. Patuh terhadap janji yang dibuat tergambar dari tindakan Dayang Sumbi yang akhirnya menepati akan menikah dengan Tumang. Pada cerita di atas, tokoh Dayang Sumbi juga memiliki karakter yang konsisten.
2. Tidak Berbuat Curang
Pesan moral berikutnya yaitu jangan berbuat curang dan tidak jujur. Hal ini dialami oleh Sangkuriang yang tidak memenuhi syarat yang diminta oleh Dayang Sumbi sebelum mereka menikah. Akibatnya, Sangkuriang mengalami petaka karena meminta alternatif yang tidak dapat dimaklumi.
3. Tidak Sombong
Selain konsisten, Dayang Sumbi juga memiliki sifat yang tidak sombong. Meski berparas rupawan, sosoknya tetap rendah diri dan ramah kepada orang di sekitarnya.
Demikian kisah tangkuban perahu yang termasuk ke dalam cerita rakyat sekaligus legenda hingga sekarang. Selain berbau sejarah, cerita di atas juga mengandung pesan moral yang bisa dimaknai sendiri oleh pembaca.
Sumber cerita: Lingo Ace.