Seluk Beluk Tinta Pemilu, Diadopsi dari India untuk Cegah Kecurangan

Ferrika Lukmana Sari
14 Februari 2024, 11:07
Pemilu
ANTARA FOTO/Anis Efizudin/nym.
Pelajar peserta magang menyortir tinta untuk Pemilu 2024 di kantor KPUD Temanggung, Jawa Tengah Selasa (7/11/2023). Penyortiran tinta dilakukan untuk memastikan kondisi dan kelayakan tinta agar siap digunakan untuk mencegah kecurangan saat Pemilu.
Button AI Summarize

Banyak masyarakat Indonesia yang merasa bangga dan memamerkan jari ungunya setelah memberikan suaranya dalam Pemilu. Begitu pula pada Pemilu yang diselenggarakan pada 14 Februari 2024. Hal ini sebagai tanda pemilih telah memberikan suaranya di tempat pemungutan suara (TPS).

Menariknya, penggunaan tinta Pemilu di Indonesia sudah berlangsung lama dan diadopsi dari India. Mulanya, sejarah jari dicelupkan ke dalam tinta ini berasal dari negara India. Pemakaian tinta ini berawal dari Pemilu India pada tahun 1962.

Kejadian ini bermula pada tahun 1950, saat itu pemerintah India kewalahan mengatasi kecurangan dalam Pemilu. Sebab, banyak pemilih yang menggunakan hak suaranya sampai dua kali dengan modus mencuri identitas orang lain.

Mengantisipasi kecurangan terulang lagi, pemerintah menggandeng ilmuan Council of Scientific and Industrial Research (CSIR) yang bekerja di National Physical Laboratory (NPL) India. Dari situ muncul ide penggunaan tinta sebagai penanda seseorang telah menggunakan hak pilihnya.

Tim ilmuan yang dipimpin Dr. M.L. Goel ini merancang tinta yang unik dan tidak mudah dihapus yang kemudian dipatenkan oleh National Research Development Corporation (NRDC), New Delhi.

NPL lalu bekerja sama dengan MySore Paints dan Varnish Ltd (MPVL) untuk memproduksi tinta secara massal. MPVL perusahaan yang didirikan 1937 oleh Maharajah Krishnaraja Wadiyar IV, salah satu orang terkaya di dunia pada saat itu.

Dengan kolaborasi tersebut, ditemukan formula tinta yang pas. India pun untuk pertama kalinya menggunakan tinta ini pada Pemilu ketiga India di tahun 1962. Sejak saat itu, tinta ini digunakan untuk setiap gelaran pemilu regional maupun nasional di India.

"Tinta yang tidak dapat dihapus ini terbuat dari senyawa kimia yang disebut perak nitrat. Tinta ini, bila dioleskan ke kulit dan terkena sinar ultraviolet, akan meninggalkan bekas dan hampir mungkin susah hilang," tulis India TV Times, dikutip Rabu (14/2).

Inovasi tinta CSIR ini bahkan telah diekspor ke lebih dari 25 negara termasuk Kanada, Ghana, Nigeria, Mongolia, Malaysia, Nepal, Afrika Selatan, dan Maladewa. Namun, karena setiap negara mempunyai cara penggunaan tinta yang berbeda, maka disesuaikan dengan kebutuhan pemasok tinta di tiap negara.

RI Gunakan Tinta Pemilu pada 1995

Di Indonesia, tinta Pemilu pertama kali digunakan pada tahun 1995 dengan menggunakan gambir sebagai bahan bakunya. Gambir merupakan tanaman yang sering dijumpai di wilayah Sumtera Barat, yang lebih ramah lingkungan dan aman bagi kulit.

Halaman:
Reporter: Ferrika Lukmana Sari
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement