3 Tradisi Hari Raya Waisak di Indonesia yang Masih Dirayakan
Tradisi Hari Raya Waisak di Indonesia masih dilakukan oleh umat Buddha Indonesia setiap tahun. Hari Raya Waisak diperingati pada waktu terang bulan, atau Purnama Sidhi untuk memperingati Trisuci Waisak yang memiliki tiga peristiwa penting. Tahun ini jatuh pada Kamis, 23 Mei 2024.
Ketiga peristiwa penting itu mencakup kelahiran, penerangan agung dan kematian Buddha Gautama. Waisak merupakan hari suci yang selalu diperingati oleh umat Buddha. Perayaan Waisak di Indonesia dilangsungkan sesuai keputusan World Fellowshift Buddhism (WFB).
Tradisi Hari Raya Waisak di Indonesia
Mengutip laman resmi Kemendikbud, umat Buddha di Indonesia menggelar Waisak yang berpusat di Candi Borobudur dan Candi Mendut sejak 1929. Berikut tradisi Hari Raya Waisak di Indonesia:
1. Trisuci Waisak di Candi Borobudur
Rangkaian perayaan Waisak 2568 BE tahun 2024 dipusatkan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Chief Marketing Officer InJourney, Maya Watono mengatakan bahwa perayaan Waisak yang bertepatan dengan long weekend minggu ini diyakini mampu menarik kedatangan wisatawan ke kawasan Borobudur.
2. Festival Candi Muaro Jambi
Perayaan Waisak di Jambi berlangsung cukup meriah. Candi Muarojambi dipenuhi sekitar 1.000 biksu yang datang dari beragam wilayah di Sumatera. Puncak acara waisak diisi dengan festival pelepasan lampion sebanyak 1.000 buah. Selain itu, akan ada Festival Candi Muaro Jambi yang menampilkan budaya dan seni khas Jambi, kompetisi sastra tradisional, serta berbagai pameran dan bazar kuliner.
3. Arak-arakan dari Candi Mendut
Ritual ini dilakukan oleh ribuan umat Buddha dari beragam daerah yang berjalan menuju Candi Borobudur. Ritual Waisak ini dilakukan sambil melantunkan bacaan Parita Suci umat sambil membawa bunga sedap malam. Sementara, para biksu berjalan dari Candi Mendut ke Borobudur di Magelang.
Mereka membawa sesembahan seperti api, air suci dan hasil bumi. Sesembahan ini sebelumnya disemayamkan di Candi Mendut. Biasanya digunakan untuk perayaan Waisak di Candi Borobudur. Arak-arakan ini bentuknya meditasi berjalan atau Paradaksina dengan pikiran fokus dari Candi Mendut ke Borobudur, seperti ajaran Buddha.
Arak-arakan tersebut dimeriahkan oleh pawai mobil hias. Bentuknya meditasi berjalan atau Pradaksina dengan pikiran fokus dari Candi Mendut ke Borobudur. Arak-arakan dimeriahkan oleh pawai mobil hias.
Makna Hari Waisak
Hari Raya Waisak merupakan perayaan umat Buddha yang biasa diperingati tiap tahun. Berikut makna Hari Raya Waisak:
1. Lahirnya Pangeran Siddharta
Makna Hari Waisak pertama yaitu memperingati kelahiran Siddharta Gautama. Pangeran Sidharta merupakan putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Ratu Mahamaya. Lahir sebagai Bodhisatva, lahir di Taman Lumbini pada 623 SM.
2. Pangeran Siddharta Mendapatkan Penerangan Agung
Hari Raya Waisak memiliki makna Pencerahan Agung yang berhasil dicapai oleh Pangeran Siddharta Gautama. Setelah itu, Siddharta Gautama menjadi Buddha di Bodh Gaya saat Waisak.
3. Wafatnya Buddha Gautama (Parinibbana)
Pada tahun 543 SM, tepat usia 80 tahun, beliau menghembuskan napas terakhirnya atau mencapai parinibbana di Kusinara. Semua makhluk, dewa dan anggota Sangha bersujud sebagai penghormatan terakhir kepada sang Buddha.
Itulah beberapa tradisi Hari Raya Waisak di Indonesia yang biasanya dilakukan oleh umat Buddha. Selain kegiatan pokok, perayaan waisak umumnya dimeriahkan oleh pawai dan acara kesenian lainnya. Perayaan Waisak di Borobudur ini selalu menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan.