Sejarah Hari Ayah yang Dirayakan Setiap 12 November
Hari Ayah merupakan momen khusus yang dirancang untuk menghargai para ayah serta pengaruh besar peran mereka dalam keluarga dan masyarakat. Setiap tahun, perayaan ini memberikan penghormatan pada kontribusi unik yang ayah dan figur ayah berikan dalam kehidupan anak-anak mereka.
Selain menjalankan peran sebagai pelindung dan pencari nafkah, peran ayah kini juga mencakup berbagai cara modern. Di antaranya dalam hal mendidik, mendampingi, dan memberikan dukungan bagi keluarga mereka.
Moment tersebut juga merupakan pengingat akan keragaman dalam peran sebagai ayah itu sendiri. Tidak hanya menghormati ayah kandung tetapi juga ayah tiri, ayah angkat, kakek, dan tokoh laki-laki lainnya yang memainkan peran kebapaan dalam kehidupan seseorang.
Setiap sosok ayah menyumbangkan sesuatu yang unik, dan Hari Ayah mengakui pengalaman yang beragam ini dan berbagai bentuk cinta ayah. Inklusivitas ini memperkaya makna Hari Ayah, menyoroti bahwa cinta dan dukungan kebapaan dapat datang dari berbagai individu dalam kehidupan seorang anak.
Hari Ayah dapat menjadi katalis diskusi tentang pengasuhan dan nilai-nilai keluarga di masyarakat. Ini memberikan kesempatan untuk percakapan tentang pentingnya keterlibatan ayah dalam perkembangan anak dan hasil positif yang dihasilkan dari hubungan ayah-anak yang kuat.
Menarik untuk membahas lebih lanjut tentang sejarah Hari Ayah yang patut diketahui. Dilansir dari berbagai tulisan, berikut pembahasan lengkapnya.
Sejarah Hari Ayah
Sejarah Hari Ayah Internasional
Perayaan Hari Ayah berawal dari Amerika Serikat pada awal abad ke-20. Gagasan awalnya muncul pada tahun 1908 di Fairmont, Virginia Barat, ketika Grace Golden Clayton mengadakan kebaktian di gereja untuk mengenang para ayah, khususnya mereka yang menjadi korban dalam kecelakaan tambang baru-baru ini. Namun, peringatan ini bersifat lokal dan belum mendapat perhatian luas.
Dukungan besar datang dari Sonora Smart Dodd, yang terinspirasi oleh perayaan Hari Ibu dan ingin menetapkan hari khusus untuk menghormati para ayah. Dodd, yang dibesarkan oleh ayah tunggal setelah ibunya meninggal, mengadakan perayaan Hari Ayah pertama yang penting pada 19 Juni 1910, di Spokane, Washington. Perayaan ini berhasil menarik perhatian publik dan secara bertahap menumbuhkan minat untuk menjadikan Hari Ayah sebagai perayaan nasional.
Sejarah Hari Ayah Nasional
Sementara di Indonesia, perayaan Hari Ayah, yang jatuh setiap tanggal 12 November, termasuk baru jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Peringatan ini pertama kali diresmikan pada tahun 2006 oleh Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP), sebuah organisasi yang berfokus pada kesejahteraan keluarga di Indonesia.
Gagasan untuk merayakan Hari Ayah lahir dari sebuah pertemuan di Surakarta (Solo), Jawa Tengah, di mana para peserta berdiskusi mengenai pentingnya peran ayah dalam kehidupan keluarga dan masyarakat Indonesia, serta perlunya momen khusus untuk menghargai kontribusi mereka.
PPIP menetapkan tanggal 12 November sebagai Hari Ayah di Indonesia setelah melakukan survei di beberapa kota besar, seperti Solo dan Jakarta, untuk melihat antusiasme masyarakat dan menggalang dukungan. Pemilihan tanggal ini berbeda dari perayaan internasional yang umumnya jatuh pada bulan Juni, menunjukkan cara unik Indonesia dalam menghargai peran ayah tanpa mengikuti tradisi Barat.
Di Indonesia, Hari Ayah belum sepopuler atau semeriah Hari Ibu dalam hal perayaan maupun promosi komersial, namun perlahan mulai diakui. Biasanya, peringatan ini berlangsung secara sederhana, dengan anak-anak menunjukkan rasa hormat dan terima kasih kepada ayah mereka melalui kegiatan kecil di lingkungan keluarga, komunitas, atau sekolah. Hari Ayah ini dimaksudkan sebagai pengingat akan peran penting ayah dalam keluarga serta untuk mendorong kesadaran akan kasih sayang dan tanggung jawab seorang ayah.
Perayaan tahunan ini mengajak kita semua untuk lebih memperhatikan dan mendukung ayah serta figur ayah dalam kehidupan kita. Hal ini menekankan betapa pentingnya mereka dalam membentuk keluarga dan komunitas yang kuat, stabil, dan penuh dukungan. Dengan demikian, Hari Ayah tidak hanya menjadi ajang penghormatan, tetapi juga kesempatan untuk meningkatkan kesadaran tentang nilai-nilai positif dari peran ayah di masyarakat.
Hari Ayah menekankan signifikansi peran ayah yang konstruktif dalam masyarakat secara luas. Berbagai studi menunjukkan bahwa keterlibatan aktif dan perhatian dari seorang ayah sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan emosional dan psikologis anak-anak mereka, serta menciptakan pondasi untuk komunitas yang kokoh dan saling mendukung.
Peringatan ini mengingatkan kita bahwa kehadiran, kepedulian, dan keterlibatan ayah dapat memberikan dampak positif jangka panjang. Maka dari itu, penting untuk menghargai peran Ayah dalam keadaan apa pun yang bersifat positif.