Kapan Malam 1 Suro 2025? Berikut Sejarah dan Maknanya bagi Masyarakat Jawa

Anggi Mardiana
13 Juni 2025, 17:24
Kapan Malam 1 Suro 2025
Freepik.com
Kapan Malam 1 Suro 2025
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kapan malam 1 Suro? Perayaan malam 1 Suro merupakan tradisi yang menandai datangnya bulan Suro atau awal tahun baru dalam kalender Jawa. Tradisi ini telah mengakar dalam budaya masyarakat Jawa dan bertepatan juga dengan peringatan Tahun Baru Islam.

Bulan Suro dipandang sebagai bulan yang sakral oleh masyarakat Jawa. Di berbagai daerah, masyarakat Jawa menyelenggarakan beragam kegiatan dengan nilai dan makna tersendiri sebagai bagian dari peringatan malam satu Suro.

Apa itu Malam 1 Suro?

Malam 1 Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa yang menandai pergantian tahun baru Jawa. Perlu dicatat bahwa tanggal 1 Suro dalam kalender Jawa tidak selalu bersamaan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah, karena perbedaan sistem perhitungan antara kedua kalender tersebut. 

Malam 1 Suro sering dianggap sebagai malam yang penuh mistis dan spiritual bagi masyarakat Jawa. Berbagai tradisi seperti tirakatan (berdoa semalam suntuk), ziarah kubur, dan ruwatan (upacara pembersihan) biasanya dilakukan untuk menyambut tahun baru Jawa ini.

Kapan Malam 1 Suro 2025?

Tanggal Berapa Malam 1 Suro 2023?
Malam 1 Suro 2025 (iStockphoto)

 

Kapan malam 1 Suro 2025? Menurut hasil konversi antara kalender Jawa, Hijriah, dan Masehi, tahun 2025 Masehi menandai transisi dari Tahun Jawa 1958 menuju Tahun Jawa 1959. Dengan demikian, 1 Suro yang jatuh pada tahun 2025 merupakan 1 Suro 1959 dalam penanggalan Jawa. 

Informasi ini mengacu pada kalender Hijriah Indonesia 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag). Dalam penanggalan tersebut, 1 Suro 1959 Jawa bertepatan dengan 1 Muharam 1447 Hijriah, yang dimulai pada Kamis malam, 26 Juni 2025 menurut kalender Masehi.

Sejarah Malam 1 Suro

Perayaan malam 1 Suro awalnya dimaksudkan sebagai cara untuk memperkenalkan kalender Islam kepada masyarakat Jawa. Sekitar tahun 931 Hijriah atau tahun 1443 dalam kalender Jawa, pada masa Kerajaan Demak, Sunan Giri II melakukan penyesuaian antara sistem kalender Islam (Hijriah) dengan kalender Jawa yang berlaku saat itu.

Dalam penanggalan Jawa, 1 Suro dimulai pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram (1613–1645). Pada tahun 1633 Masehi, yang bertepatan dengan tahun 1555 Jawa, Sultan Agung mengumumkan penggunaan kalender Jawa, yang merupakan hasil penggabungan antara kalender Saka (berakar dari tradisi Hindu) dan kalender Hijriah.

Sebelumnya, masyarakat Jawa masih menggunakan kalender Jawa dan Kesultanan Mataram sudah menggunakan kalender Hijriah. Untuk mempererat persatuan rakyat Jawa dan memperluas pengaruh Islam, Sultan Agung menggabungkan keduanya menjadi satu sistem penanggalan baru: kalender Jawa. 

Langkah ini diambil sebagai upaya memperkuat solidaritas masyarakat dalam menghadapi ancaman penjajahan Belanda, serta menyatukan berbagai golongan masyarakat, termasuk santri dan abangan.

Penggabungan kalender dimulai pada Jumat Legi, Jumadil Akhir Tahun 1555 Saka, 8 Juli 1633 Masehi. Sejak saat itu, tanggal 1 Suro diperingati sebagai hari pertama dalam kalender Jawa dan bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Untuk mempererat hubungan antara rakyat dan pemerintahan, Sultan Agung menetapkan tradisi setiap Jumat Legi di mana pemerintah lokal menyampaikan laporan sambil mengadakan pengajian. Selain itu, ziarah ke makam tokoh agama seperti Sunan Ngampel dan Sunan Giri, serta menggelar acara haul.

Malam 1 Suro atau 1 Muharam pada Jumat Legi dianggap sebagai Hari Suci. Masyarakat meyakini bahwa hari tersebut tidak baik digunakan untuk kegiatan di luar ibadah, pengajian, ziarah, atau haul, karena dianggap bisa membawa kesialan.

Makna Malam 1 Suro

Malam 1 Suro dipahami sebagai awal bulan dalam sistem penanggalan Jawa-Islam. Dalam budaya Jawa, istilah "Suro" merujuk pada bulan Muharram dalam kalender Hijriah. Kata ini berasal dari istilah Arab "Asyura" dan mulai digunakan oleh Sultan Agung, pemimpin Kesultanan Mataram Islam.

Meski telah mengadopsi sistem kalender Islam, Sultan Agung tetap menggabungkannya dengan kalender Saka. Tujuan utamanya agar perayaan keagamaan umat Islam tetap sejalan dengan tradisi masyarakat Jawa, sekaligus menyatukan kelompok-kelompok sosial yang saat itu terbelah antara kaum Abangan (yang menganut kepercayaan lokal atau Kejawen) dan kaum Putihan (Islam ortodoks).

Bagi sebagian masyarakat Jawa di berbagai daerah, bulan Suro dianggap sebagai waktu yang penuh misteri dan kesan angker. Bulan ini sering dikaitkan dengan berbagai peristiwa buruk atau kemunculan makhluk halus. Tidak sedikit orang yang masih mempercayai sejumlah pantangan di malam 1 Suro, seperti larangan untuk keluar rumah karena dianggap membawa kesialan atau bahaya.

Tanggal Merah Peringatan Tahun Baru Islam

Pada tahun 2025, perayaan 1 Suro dan Tahun Baru Islam bertepatan pada hari Jumat, yang juga dijadikan hari libur nasional. Hal ini memungkinkan masyarakat menikmati libur panjang akhir pekan selama tiga hari berturut-turut, yaitu:

  • Jumat, 27 Juni 2025: Tahun Baru Islam 1 Muharam dan 1 Suro
  • Sabtu, 28 Juni 2025 (libur akhir pekan)
  • Minggu, 29 Juni 2025 (libur akhir pekan)

Dapat disimpulkan, kapan malam 1 Suro 2025 dimulai yaitu pada Kamis malam, 26 Juni 2025, menuju Jumat, 27 Juni 2025. Tahun ini, bertepatan dengan libur nasional Tahun Baru Islam 1 Muharam.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan