10 Dongeng Sebelum Tidur Panjang yang Penuh Makna dan Edukatif untuk Anak

Destiara Anggita Putri
22 Juli 2025, 15:21
Dongeng Sebelum Tidur Panjang
Freepik
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi terutama tentang kejadian pada zaman dahulu yang aneh atau tak masuk akal. Biasanya dongeng menceritakan cerita rakyat yang telah diturunkan sejak zaman dahulu secara lisan tanpa diketahui pengarangnya.

Saat ini, banyak orang tua memilih untuk membacakan dongeng sebelum tidur sebagai cara yang seru untuk anak belajar sambil berimajinasi. Pasalnya, dongeng dapat membantu anak mempelajari nilai-nilai penting dengan cara yang menyenangkan.

Tidak hanya itu, mendengarkan dongeng dapat membantu meningkatkan imajinasi dan kreativitas anak. Hal tersebut tentu penting, mengingat di era digital ini, mungkin anak-anak lebih terpapar dengan gadget dan tayangan televisi.

Bagi yang sedang mencari bacaan dongeng untuk anak, berikut di bawah ini beberapa dongeng sebelum tidur panjang yang bisa dijadikan pilihan.

Dongeng Sebelum Tidur Panjang

Berikut ini sepuluh dongeng panjang yang penuh makna dan edukatif yang bisa dibacakan sebagai sebagai pengantar tidur anak.

Dongeng Sebelum Tidur Panjang
Dongeng Sebelum Tidur Panjang (Freepik)

1. Balas Budi Burung Bangau

Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya mengambil kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya makanan. Terus seperti itu setiap harinya.

Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat sesuatu yang menggelepar di atas salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan perangkat itu.

Bangau itu sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku beberapa kali sebelum terbang ke angkasa. Karena cuaca yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah.

Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik sedang berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju.

"Masuklah, nona pasti kedinginan, silakan hangatkan badanmu dekat tungku," ujar Yosaku.

"Nona mau pergi kemana sebenarnya?", Tanya Yosaku.

"Aku bermaksud mengunjungi temanku, tetapi karena salju turun dengan lebat, aku jadi tersesat."

"Bolehkah aku menginap di sini malam ini ?"

"Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan." kata Yosaku.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap".

Kemudian gadis itu merapikan kamarnya dan memasak makanan yang enak. Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu akan segera pergi, ia akan merasa kesepian. Salju masih turun dengan lebatnya.

"Tinggallah di sini sampai salju reda." kata Yosaku.

Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu berkata kepada Yosaku, "Jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal terus di rumah ini."

Yosaku merasa bahagia menerima permintaan itu. "Mulai hari ini panggillah aku Otsuru", ujar si gadis.

Setelah menjadi Istri Yosaku, Otsuru mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari, Otsuru meminta suaminya, Yosaku, membelikannya benang karena ia ingin menenun. Otsuru mulai menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat tempat Otsuru menenun.

Setelah tiga hari berturut-turut menenun tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya sudah selesai.

"Ini tenunan ayanishiki. Kalau dibawa ke kota pasti akan terjual dengan harga mahal".

Yosaku sangat senang karena kain tenunannya dibeli orang dengan harga yang cukup mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk dibawa pulang.

"Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istriku. Tetapi sebenarnya para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi. "Baiklah akan aku buatkan", ujar Otsuru.

Kain itu selesai pada hari keempat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi. Di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya.

"Baiklah akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya", kata Otsuru.

Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun, Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya di dalam ruang menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi kain.

Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu. Bangau itu akhirnya sadar dirinya sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru.

"Akhirnya kau melihatnya juga," ujar Otsuru. "Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah Kau tolong", untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini," ujar Otsuru. "Berarti sudah saatnya aku berpisah denganmu," lanjut Otsuru.

"Maafkan aku, ku mohon jangan pergi," kata Yosaku. Otsuru akhirnya berubah kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya terbang keluar dari rumah ke angkasa. Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.

 2. Asal Mula Telaga Warna

Dahulu kala ada seorang Raja dan Permaisurinya yang mendambakan kehadiran seorang buah hati. Mereka sudah bertahun-tahun menunggu. Hingga akhirnya, Raja memutuskan untuk bertapa di hutan. Di sana Raja terus berdoa dan memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk segera dikaruniai seorang anak.

Tak lama setelah itu doa sang Raja pun terkabul. Permaisuri hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik jelita. Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Seluruh rakyat juga bersuka cita menyambut kelahiran Putri Raja.

Sang Putri hidup dalam kemewahan dan sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Apapun yang ia mau harus selalu dituruti. Oleh karena itu ia tumbuh menjadi gadis yang sombong dan angkuh.

Suatu hari menjelang tahun sang Putri yang ketujuh belas, Raja pergi berkelana ke penjuru negeri demi mencari kado istimewa untuk anak gadisnya itu.

Di sebuah desa ia bertemu seorang pengrajin tua. Raja membeli sesuatu paling berharga dari pengrajin tersebut.

"Ini adalah sebuah kalung istimewa, terbuat dari untaian permata berwarna-warni. Tak pernah kulepaskan kepada siapapun kecuali Yang Mulia," ujarnya sembari terbatuk-batuk.

"Terima kasih, Pak Tua. Anakku pasti senang sekali dengan hadiah indah ini," ucap sang Raja penuh haru.

Tepat di hari ulang tahun sang Putri, semua rakyat berkumpul dan berpesta di istana. Raja dan Permaisuri telah menyiapkan hadiah kalung permata warna-warni.

"Anakku, ini hadiah untukmu. Lihat, indah sekali, bukan? Kamu pasti menyukainya," kata Raja.

Raja bersiap mengalungkan kalung itu ke leher putrinya. Sungguh di luar dugaan, Putri menolak mengenakan kalung itu.

"Hadiah apa ini? Jelek sekali," tolak Putri dengan kasar.

Raja dan Permaisuri terkejut dengan sikap putrinya, namun mereka berusaha membujuknya.

"Tidak! Aku tidak suka kalung ini, Ayah! Jelek sekali dan terlihat murah," teriaknya sambil melempar kalung itu ke lantai hingga permatanya tercerai-berai.

Raja dan Permaisuri sangat sedih. Tiba-tiba Permaisuri menangis terisak. Perlahan tangisan Permaisuri semakin menjadi dan menyayat hati.

Seluruh rakyat yang hadir turut menangis. Mereka sedih dan kecewa melihat tingkah laku Putri yang mereka sayangi.

Tidak disangka, air mata yang tumpah ke lantai berubah menjadi aliran air. Air tersebut menghanyutkan permata-permata yang berserakan hingga membentuk sebuah danau. Anehnya, air danau berwarna-warni seperti warna permata kalung yang dibuang sang Putri. Kini danau itu dikenal dengan nama Telaga Warna.

3. Kancil dan Beruang

Alkisah, di sebuah hutan berlangsung kehidupan yang tenteram, damai, dan semua kebutuhan hewan-hewan terpenuhi. Karena itu, hewan-hewan tidak perlu merasa khawatir untuk mencari makan demi mengisi ruang kosong di perutnya.

Suatu hari, hutan tersebut tiba-tiba kedatangan tamu yang tak pernah diharapkan. Kedatangannya membuat penghuni hutan serta merta merasa ketakutan.

Hutan yang mulanya diramaikan oleh riuh suara hewan-hewan yang sedang mencari makan, kini menjadi sunyi mencekam. Tak ada yang berani keluar dari sarangnya meskipun mereka merasa kelaparan.

Jauh dari hutan tersebut, hidup seekor Kancil yang sudah lama tidak mendatangi hutan itu.

Tiba-tiba terbersit keinginan Kancil untuk mengunjungi hutan tersebut dan sekaligus ingin bertemu teman-temannya atau sekadar menghirup udara di hutan yang damai itu.

Tanpa mengetahui situasi yang tengah terjadi, Kancil terus melangkah santai memasuki hutan. Ia tidak menyadari bahwa hutan tersebut tengah dalam situasi mencekam.

Setelah berjalan lebih jauh ke tengah hutan, Kancil tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia mengamati situasi hutan yang sunyi. Tiba-tiba muncul rasa curiga dan penasaran dalam dirinya.

“Mengapa hutan ini sepi sekali? Suasananya pun seperti mencekam,” tanya Kancil dalam hati.

Tiba-tiba Kancil mendengar suara seruan peringatan dari Burung Balam yang gerakannya begitu cepat dan mengisyaratkan untuk waspada.

“Hei, Kancil! Segeralah bersembunyi sebelum kau dimangsanya! Karena hutan ini sudah tidak aman lagi! Anak-anak kami banyak yang mati dimakannya. Sungai-sungai pun menjadi keruh dibuatnya,” teriak Burung Balam mengabarkan dan sekaligus mengingatkan Kancil.

“Dia tinggal di mana rupanya?” tanya Kancil dengan penuh penasaran.

“Aku tidak tahu dia tinggal di mana. Tapi yang pasti, dia akan keluar tiba-tiba dan memangsa setiap hewan yang berjumpa dengannya,” jawab Burung Balam dan membuat nyali Kancil tiba-tiba menciut.

Tidak hanya Burung Balam yang berkata seperti itu kepada Kancil.

Hewan-hewan lain yang kebetulan mendengar percakapan antara Burung Balam dengan Kancil, juga membenarkan peringatan yang disampaikan Burung Balam tersebut.

Tiba-tiba terdengar suara auman yang menggetarkan nyali Burung Balam dan Kancil. Dengan tergesa-gesa karena rasa takutnya, Kancil berusaha lari untuk mencari tempat persembunyian.

Namun sebelum Kancil berlari, ternyata binatang tersebut telah berdiri di hadapannya. Badannya yang besar dan cakarnya yang tajam membuat hewan-hewan kecil takut padanya.

Kancil tetap berusaha melarikan diri dari hewan tersebut. Namun gerakan hewan itu ruparupanya lebih cepat dari pada Kancil.

Tanpa disadari Kancil, hewan tersebut ternyata kembali sudah berada di hadapannya. Namun Kancil tidak melihat keberadaan hewan itu. Ia terus berlari sehingga menabrak hewan itu dan membuat Kancil jatuh ke dalam lumpur.

Walaupun kondisinya sudah dalam keadaan terancam, namun Kancil tidak mau menyerah begitu saja ataupun putus asa. Ia berusaha menggunakan akalnya supaya bisa terlepas dari situasi yang sedang mengancamnya.

Ketika hewan tersebut bersiap-siap untuk memangsanya, Kancil tiba-tiba berkata, “Stop! Jangan kau makan mangsamu dalam keadaan seperti ini. Nanti rasanya tidak akan nikmat seperti yang kau bayangkan,” ucap Kancil mulai memainkan akalnya.

“Kalau begitu, aku harus bagaimana?” Tanya hewan buas itu.

“Di sekitar sini ada sungai. Izinkan aku membersihkan diri. Dan setelah itu, kau boleh menyantapku,” jawab Kancil memohon.

“Baiklah,” balas hewan buas tersebut. Kancil kemudian berjalan menuju sungai.

Hewan pemangsa itu mengikuti dan mengawasi Kancil dari belakang. Sambil berjalan santai menuju sungai, Kancil menyempatkan diri bertanya pada hewan itu.

“Apakah kau hewan yang bernama beruang?”

“Iya. Akulah beruang! Aku adalah raja hutan. Semua hewan takut padaku,” ucap Beruang membanggakan diri sambil tertawa.

“Jika kau bernama Beruang, tentulah kau lebih suka madu dari pada aku yang kelezatannya masih diragukan ini,” Kancil mencoba mengelabui Beruang.

“Ya! Jelas aku lebih suka madu. Tapi di hutan ini belum kutemui madu itu. Makanya aku menyantap hewan-hewan kecil,” ungkap Beruang.

“Aku tahu tempat yang menyimpan madu lezat. Jika kau berkenan aku akan mengantarkanmu pada madu tersebut. Tapi aku mengantarkanmu setelah aku membersihkan tubuhku dulu,” Kancil menawarkan diri sambil terus mengolah akalnya.

Beruang yang tidak menyadari siasat yang sedang dimainkan Kancil, spontan memenuhi tawaran yang diajukan Kancil. Tiada sedikit pun terpikir oleh Beruang tentang bahaya yang akan mengancamnya karena memenuhi tawaran Kancil tersebut.

Sesampai di sungai, Kancil langsung membersihkan tubuhnya. Selanjutnya, ia melanjutkan perjalanan menuju gua yang ada madunya.

Begitu sampai di mulut gua, Kancil berkata, “Gua ini sangat gelap, tapi di dasar gua ada madu yang sangat lezat yang tak pernah diambil siapa pun,” Kancil menjelaskan sambil menunjuk ke arah dalam gua.

“Tidak apa. Kita akan ke sana,” ucap Beruang bersemangat.

Setelah berjalan ke dalam gua tersebut, Kancil memberitahu beruang,

“Hei, Beruang, dengarlah suara lebah itu. Kita sudah dekat dengan madunya. Tapi kita kesulitan melihat di mana letak madu itu. Jadi, tunggulah di sini. Aku akan keluar mengambil api dan akan segera kembali,” jelas Kancil.

Beruang membalas dengan anggukan. Ia sedang dikuasai rasa senang yang luar biasa karena keinginannya segera terwujud untuk merasakan madu yang selama ini diimpi-impikannya.

“Jangan lama-lama ya,” Beruang mengingatkan Kancil.

Beruang sudah tak sabaran ingin menikmati lezatnya madu. Kancil segera keluar dari gua untuk mengambil api.

Namun di luar dugaan Beruang, Kancil yang tadinya berjanji akan membawa api ke dalam gua, tapi malah menyulutkan api di mulut gua. Akibatnya, mulut gua tertutup seketika dan Beruang terjebak di dalam gua. Tidak jauh dari gua, tiba-tiba terdengar suara,

“Terima kasih, Kancil. Kau telah menolongku dengan memberi makanan untukku. Sejujurnya aku sudah sangat lapar karena sudah lama sekali aku tidak makan,” ucap Buaya yang telah memangsa Beruang.

“Sama-sama, Buaya. Aku memberikannya padamu karena dulu kau pernah membantuku untuk menyeberangi sungai,” sahut Kancil sambil mengingatkan jasa Buaya kepadanya.

Oya, sesungguhnya gua yang dimaksud Kancil tadi adalah mulut buaya yang sudah lama menunggu mangsa. Sedangkan yang dimaksud Kancil dengan suara lebah itu adalah laron yang sedang bermain-main di mulut buaya.

Kini Beruang telah mati dalam mulut buaya. Hutan pun kembali seperti sedia kala: tenteram, aman, dan damai. Tak ada lagi hewan yang hidup dalam ketakutan.

4. Tenggiling yang Cerdas

Di sebuah padang sabana, Kalimantan Selatan. Tinggalah seekor tenggiling. Tenggiling itu bernama Tresalong. Ia dikenal sebagai tenggiling yang suka menolong.

Pada suatu hari, seekor harimau datang ke padang sabana. Dan dia membuat takut semua hewan. Kelinci, tupai, dan Tresalong yang sedang bermain turut ketakutan melihat kedatangan harimau. Ketiganya bersembunyi di balik semak-semak.

“Suttt....jangan berisik!” kata tupai sambil memperhatikan harimau yang perlahan mulai mendekat. Melihat langkah harimau yang semakin dekat. Tubuh Kelinci gemetar ketakutan, semak-semak tempat mereka bersembunyi bergoyang-goyang lantaran gerakan tubuh Kelinci yang tak bisa ditahan.

Harimau pun melihat hal itu. Perlahan harimau mendekat ke semak-semak.

“Hei! Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya harimau. “Tidak, kami tidak sedang melakukan apa-apa,” kata tupai menjawab pertanyaan si harimau.

“Baiklah, Aku lapar! Aku butuh daging segar. Apakah kalian bisa memberiku makanan yang aku butuhkan?” seru sang harimau kepada kelinci, tupai, dan Tresalong.

Mendengar hal itu, kelinci dan tupai semakin ketakutan. Mereka pasrah dengan nasib hidupnya. Tidak ada langkah lain kecuali menanti harimau mencabik-cabik tubuh mereka dan menyantapnya.

Tresalong menyadari kedua temannya ketakutan, Oleh karenanya, Tresalong mencoba berbicara pada harimau. “Harimau, dagingku sangat lezat, Aku mau memberikan dagingku kepadamu asalkan kamu mau melepaskan dua temanku untuk pergi dari sini,” ungkap Tresalong kepada harimau.

“Apa kamu rela dagingmu aku makan?” timpal harimau kepadanya.

“Aku rela asalkan dua temanku diizinkan pulang menyampaikan kematianku kepada orang tuaku,” ungkap Tresalong meyakinkan harimau.

“Baiklah, kalau hanya itu maumu.” pungkas Harimau.

Kelinci dan Tupai akhirnya diperkenankan untuk pergi menyampaikan keinginan Tresalong. Dengan berat hati keduanya beranjak pergi meninggalkan Tresalong dengan Harimau. Saat dirasa cukup jauh, dan tak terlihat dari jangkauan mata, Tresalong segera meminta Harimau untuk mencicipi dagingnya.

Harimau yang sudah sangat lapar, tak mau menunggu lama, ia segera mendekat dan menyergap Tresalong. Namun seketika itu Tresalong menggulingkan tubuhnya.

Harimau tidak sadar bahwa Tresalong dapat menggulingkan tubuhnya dengan balutan sisik yang keras, dan membuat harimau kesusahan untuk memakannya.

Berulang kali harimau mencoba menggigit tubuh Tresalong namun usahanya sia-sia. Yang Harimau dapatkan justru rasa sakit pada taringnya karena berulang kali menggigit kerasnya sisik yang menyelimuti tubuh Tresalong.

Setelah beberapa waktu lamanya, harimau pun menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Tresalong. Harimau pun pergi dengan perut keroncongan. Karena ia tidak mendapat santapan daging untuk menu makan siang. Sementara Tresalong justru gembira karena berhasil menyelamatkan kedua temannya dari buruan si Harimau.

Ketika Tresalong pulang, semua teman dan keluarga menyambut dengan penuh haru. Beragam ucapan terimakasih pun bersahut-sahutan datang dari Kelinci, Tupai dan orang tua kepada Tresalong. Tresalong pun hidup bahagia atas sikap penolongnya.

5. Kisah Cindelaras dan Ayam Ajaib

Di sebuah kerajaan yang makmur, hiduplah seorang raja yang bijaksana dan adil. Raja memiliki dua orang istri. Istri pertama adalah seorang wanita yang baik hati dan cantik jelita. Istri kedua adalah seorang wanita yang jahat dan iri hati.

Istri pertama melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan dan cerdas. Anak itu diberi nama Cindelaras. Istri kedua sangat iri hati kepada istri pertama. Ia ingin agar anaknya sendiri yang menjadi pewaris tahta.

Istri kedua merencanakan sesuatu yang jahat. Ia memfitnah istri pertama telah melakukan perbuatan yang tidak senonoh. Raja sangat marah mendengar fitnah itu. Ia mengusir istri pertama dari istana.

Istri pertama pergi ke hutan dan hidup sebatang kara. Ia merawat Cindelaras dengan penuh kasih sayang. Cindelaras tumbuh menjadi anak yang kuat dan pemberani.

Suatu hari, Cindelaras menemukan seekor ayam ajaib di hutan. Ayam itu bisa berbicara dan memiliki kekuatan gaib. Ayam itu berkata kepada Cindelaras, Aku akan membantumu untuk membalas dendam kepada istri kedua.

Ayam itu memberikan Cindelaras sebuah pusaka. Pusaka itu bisa membuat Cindelaras menjadi seorang pahlawan yang sakti mandraguna. Cindelaras menggunakan pusaka itu untuk mengalahkan musuh-musuhnya.

Cindelaras kembali ke kerajaan dan menantang istri kedua untuk berduel. Istri kedua sangat ketakutan. Ia tidak berani melawan Cindelaras. Cindelaras berhasil mengalahkan istri kedua dan membuktikan bahwa ibunya tidak bersalah.

Raja sangat menyesal telah mengusir istri pertamanya. Ia meminta maaf kepada istri pertamanya dan memintanya untuk kembali ke istana. Istri pertama memaafkan raja. Mereka berdua hidup bahagia selamanya.

Cindelaras menjadi seorang raja yang bijaksana dan adil. Ia memerintah kerajaannya dengan penuh kasih sayang. Kerajaannya menjadi makmur dan damai.

Dongeng Sebelum Tidur Lucu
Dongeng Sebelum Tidur Panjang (Freepik)

6. Dongeng Anak Si Kancil dan Siput

Pada suatu hari si kancil nampak mengantuk sekali. Matanya serasa berat untuk dibuka. "Aaarrrrgh," si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya.

Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si kancil berteriak dengan sombongnya, "Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku."

Sambil membusungkan dadanya, si kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. "Hai kancil!" sapa si siput. "Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?" tanya si siput.

"Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar," jawab si kancil dengan sombongnya.

"Sombong sekali kamu kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini," kata si siput. "Hahahaha.., mana mungkin," ledek Kancil.

"Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?" tantang si siput. "Baiklah, aku terima tantanganmu," jawab si kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.

Setelah si kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman- temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.

Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. "Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku?" tanya si kancil. "Tentu saja sudah, dan aku pasti menang," jawab si siput.

Kemudian si siput mempersilakan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput. Kancil berjalan dengan santai dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput.

"Siput... sudah sampai mana kamu?" teriak si kancil. "Aku ada di depanmu!" teriak si siput. Kancil terheran-heran dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi dan si siput menjawab dengan kata yang sama. "Aku ada didepanmu!"

Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan napasnya tersengal-sengal.

Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.

Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. "Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!" teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya.

"Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik," kata si siput. "Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi," kata si kancil.

7. Sahabat Yang Hilang

Di tengah hutan rimba hewan-hewan sedang berbincang. Mereka hendak pergi ke Desa Seberang untuk mencari sahabat mereka yang hilang.

"Teman-teman dengar ya aku bicara," kata Kak Kancil.

"Besok pagi-pagi sekali kita semua akan berangkat ke Desa Seberang!"

"Aku tidak ikut ya. Aku tidak kuat berjalan jauh," kata Kak Bebek.

"Dengar... dengar kataku. Aku tidak peduli yang penting kita harus mencari si Putih! Bagaimana caranya? Si Putih anak kelinci yang berumur satu bulan itu tidak pulang dari kemarin. "Bek... ikut saja denganku!" kata, Kak Bangau, "Aku kan bisa terbang, kau mau kan?"

"Asyiiik...." kata si Bebek.

Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali hewan-hewan itu berkumpul. Hanya Kak Bebek yang tidak kelihatan. Hewan-hewan itu merasa heran.

"Mana ya Bebek, kok belum kelihatan ya?" Tiba-tiba dari semak-semak keluarlah seekor Kambing.

"Teman-teman, aku membawa berita. Tadi kulihat si Bebek tenang-tenang saja di kandang. Lalu kuhampiri. Katanya ia lagi tak enak badan jadi ia mengurungkan niatnya untuk ikut."

"Aahh..... mana bisa begitu. Mungkin ia hanya berpura-pura," kata hewan-hewan itu berbisik.

"Baiklah teman-teman kita jangan patah semangat, meskipun Bebek tidak jadi ikut, kita harus tetap mencari si Putih. Ikutlah saranku. Kita harus berpencar-pencar.

Kita bagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama pergi ke arah Selatan dan kelompok kedua pergi ke arah Utara. Kalau bisa sebelum matahari terbenam kita harus berada di tempat ini. Mengerti?"

"Mengerti..." kata hewan-hewan serempak.

Setelah kelompok dibagi menjadi dua, yaitu kelompok pertama pergi ke arah Selatan dan kelompok kedua pergi ke arah Utara, maka sepilah hutan itu. Semua hewan mencari si Putih, hanya Kak Bebeklah yang tinggal di tempat. Setelah matahari tinggi, panas terik menyinari hutan itu. Tiba-tiba dari kejauhan terdengarlah suara tangisan.

"Huh...uh... Ibu, Ibu, Aku takut. Kau di mana, Bu?" suara si Putih ketakutan.

Mendengar suara itu Kak Bebek bergegas keluar. Dicarinya asal suara itu. Ternyata ia adalah anak kelinci yang tak pulang dari kemarin.

"Putih, putih, kau di mana? Kami sangat khawatir."

"Saya di mana? kok tempat ini sepi sekali?" ocehan si Putih.

"Oooh, begini, Ibumu dan teman-teman yang lain mencarimu di Desa Seberang. Syukurlah kau telah kembali sekarang. Kau berada di kampungmu sendiri. Kemarilah, Nak," kata Bebek sambil merangkul Kelinci itu.

Setelah matahari terbenam, semua hewan-hewan itu pulang tanpa membawa hasil. Mereka kelihatan sangat lelah. Kaki mereka tidak kuat lagi untuk berjalan, tiba-tiba mereka melihat si Putih dalam gendongan Kak Bebek.

Hewan-hewan itu bersorak kegirangan. Hewan-hewan itu berloncatan mendekati si Putih. Ibu si Putih langsung merangkul anaknya.

"Uh uh... kau dari mana saja anakku? Ibu sangat cemas. Kami semua pergi mencarimu. Rupanya kau sudah pulang. Syukurlah, Nak. Ibu sangat bersyukur kepada Allah SWT, dan berterima kasih kepada teman-teman semua dan terutama kepada Kak Bebek.

"Kalau Kak Bebek tak ada di sini, mungkin anakku akan pergi lebih jauh lagi," kata Ibu Kelinci sambil menangis. Setelah Anak dan Ibu itu berkumpul maka legalah hati hewan-hewan itu. Hilanglah rasa prasangka hewan-hewan itu pada Kak Bebek. Mereka pun bergembira dan berpesta pora.

8. Persahabatan Gajah dan Semut

Di sebuah hutan yang hijau dan rimbun, hiduplah seekor gajah besar bernama Garga. Ia terkenal di seluruh hutan karena kekuatan dan tubuhnya yang besar.

Namun, meski tubuhnya kuat, Garga sering merasa kesepian. Ia ingin punya teman, tetapi banyak hewan di hutan takut mendekatinya karena ukurannya yang besar.

Suatu hari, saat berjalan di tepi sungai, Garga tidak sengaja menginjak sebuah lubang kecil. Dari lubang itu, keluarlah seekor semut kecil bernama Siti.

“Hey, hati-hati dong! Kamu hampir menghancurkan rumahku!” teriak Siti.

Garga menunduk, lalu berkata, “Maaf, aku tidak melihat rumahmu. Aku terlalu besar untuk memperhatikan hal sekecil itu.”

Siti mendongak dan melihat wajah Garga yang tampak sedih. “Kamu kelihatan sedih. Ada apa?” tanya Siti.

Garga menghela napas. “Aku ingin punya teman, tapi semua hewan takut padaku karena tubuhku besar. Aku tidak tahu bagaimana caranya berteman.”

Siti berpikir sejenak. “Besar atau kecil tidak penting. Persahabatan datang dari hati. Bagaimana kalau aku menjadi temanmu?”

Garga terkejut. “Kamu? Kamu kan kecil sekali!”

Siti tersenyum. “Ukuran tidak menentukan segalanya. Aku mungkin kecil, tapi aku punya banyak ide dan keberanian. Kita bisa saling melengkapi.”

Mulai hari itu, Garga dan Siti menjadi sahabat. Meski berbeda ukuran, mereka saling membantu. Siti membantu Garga melihat hal-hal kecil yang sering ia lewatkan, sementara Garga melindungi Siti dari bahaya.

Namun, persahabatan mereka diuji ketika badai besar melanda hutan. Angin kencang dan hujan deras menghancurkan banyak rumah hewan, termasuk rumah semut di tepi sungai.

Garga segera membawa Siti ke tempat yang aman, tetapi Siti merasa sedih karena rumahnya hilang.

“Jangan khawatir, aku akan membantumu membangun rumah baru,” kata Garga dengan penuh semangat.

Dengan belalainya yang kuat, Garga mengangkat batang pohon dan batu besar untuk membangun tempat perlindungan baru bagi koloni semut.

Di sisi lain, Siti memimpin teman-temannya untuk mengatur dan menghias rumah baru itu. Dalam waktu singkat, rumah mereka bahkan lebih indah daripada sebelumnya.

Setelah badai berlalu, hewan-hewan lain melihat betapa hebatnya kerja sama antara Garga dan Siti. Mereka pun mulai memahami bahwa ukuran tubuh bukanlah hal yang penting dalam persahabatan.

Sejak saat itu, Garga dan Siti menjadi inspirasi bagi seluruh penghuni hutan. Mereka menunjukkan bahwa persahabatan sejati adalah tentang saling membantu dan menerima perbedaan.

9. Panda yang Taat

Di daerah perbukitan China yang dingin, hiduplah habitat panda. Dalam habitat tersebut, tinggalah Pashol, seekor panda kecil bersama keluarganya. 

Hari ini Pashol tampak sedih. Ia berdiam diri di bawah kerimbunan pohon bambu. Ia bangun kesiangan sehingga tidak dapat berangkat ke masjid. Ibu Pashol mendekati anaknya yang nampak sedih. 

“Ada apa, Pashol?”

“Bu, pukul aku! Hari ini aku bangun kesiangan dan tidak sholat subuh,” jawab Pashol sambil menundukkan kepala. 

“Mendengar ucapan itu. Ibu Pashol tersenyum. ”Lihat ibu!” Pashol pun secara perlahan mencoba menengadahkan kepala dan menatap ibunya. 

“Ibu tidak akan memukulmu, ibu tahu kamu anak baik! Lupa itu wajar. Kamu sudah pintar karena tahu kesalahanmu,” ungkap ibu menasehati, “yang penting jangan diulangi lagi, Nak!” tambahnya.

Mendengar perkataan ibunya, Pashol pun segera meminta maaf dan memeluk ibunya. “Sekarang hapus rasa sedihmu dan ingat, jangan tidur larut malam! Agar dapat bangun lebih awal. Dan segeralah ambil air wudhu setelah terbangun di waktu pagi dan sholatlah, Nak!” ungkap ibu. 

Pashol mengangguk mendengarkan nasihat ibunya. Segera ia mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat. Usai sholat, ia kembali kepada ibunya. 

“Sholat itu ibarat balas budi. Kita bebas menghirup udara, melihat indahnya dunia, itu semua pemberian Allah SWT semata. Maka, sudah sepantasnya kita bersyukur atas karunia-Nya dengan menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya,” ungkap ibu Pashol padanya kemudian. 

Ibu Pashol tidak bosan untuk mengingatkan. Bahwa sholat termasuk bagian perintah agama yang wajib hukumnya. Ibu Pashol selalu memberikan contoh kepada Pashol untuk menjaga sholat lima waktunya.

“Terimakasih ibu untuk nasihatnya. Pashol berjanji akan memperbaiki sholat  Pashol. Pashol juga janji, tidak akan tidur terlalu malam lagi agar bisa bangun lebih awal bersama ayam-ayam,” ungkap Pashol dengan selipan tawa ringan. 

Ibu Pashol pun tertawa bahagia mendengar ucapan putranya dan dengan bangga memeluknya. “Ibu sayang sama Pashol,”bisik ibu padanya.

10. Batu di Tepi Danau Laut Tawar

Hiduplah sepasang suami istri dengan anak perempuannya yang cantik jelita di negeri Aceh. Selain cantik, ia juga rajin dan sangat menyayangi keluarga.

Seorang pemuda tampan ingin meminang gadis itu. Ia berasal dari keluarga terhormat dan kaya raya di negeri seberang. Si gadis menerima pinangan si pemuda setelah keluarganya memberi restu. Pesta pernikahan pun dilangsungkan dengan amat meriah.

Setelah beberapa hari, pemuda itu hendak pulang ke kampung halaman. Ia mengajak istrinya. Hati sang istri amat berat meninggalkan keluarga dan desanya. Namun, ia harus mengikuti ajakan suami sebagai tanda bakti dan kesetiaan kepada suaminya.

"Anakku, tinggallah di negeri suamimu," pesan sang ayah. "Ingatlah, selama dalam perjalanan, jangan menoleh ke belakang. Jika melakukannya, kau akan menjadi batu!"

Si gadis dan suaminya pun meninggalkan desa. Mereka memulai perjalanan jauh menuju negeri di seberang lautan. Hingga tibalah mereka di Danau Laut Tawar. Mereka menaiki sebuah sampan dan menyeberangi danau itu.

Saat sampan mengarungi danau, si gadis mendengar suara ibunya. Suara itu terus memanggil-manggil namanya. Kejadian itu berlangsung lama. Akhirnya si gadis lebih memilih menoleh. Petaka pun seketika terjadi.

Sesaat setelah si gadis menolehkan wajahnya ke belakang, seluruh tubuhnya berubah menjadi batu.

Betapa sedih hati sang suami. Karena terlalu cinta, sang suami ingin selalu bersama istrinya. Ia lantas memohon kepada Tuhan agar dirinya berubah menjadi batu. Selesai memohon, tubuh si pemuda berubah menjadi batu. Sepasang batu itu berada di tepi Danau Laut Tawar.

Itulah sepuluh dongeng sebelum tidur panjang yang penuh makna dan edukatif yang bisa dibacakan untuk buah hati tercinta.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan