10 Dongeng Sebelum Tidur Lucu dan Penuh Pesan Moral untuk Anak
Dongeng merupakan salah satu cerita rakyat (folktale) yang mulanya berkaitan dengan kepercayaan masyarakat primitif terhadap sesuatu yang bersifat supranatural dan mengimplementasikannya dalam kehidupan manusia, seperti animisme, dinamisme dan lain-lain.
Dongeng juga dapat dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal atau fantasi.
Namun di zaman modern ini, banyak orang tua menjadikan dongeng sebagai media pengantar tidur untuk anak dikarenakan sarat pesan moral sehingga bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan sedini mungkin.
Tidak hanya itu, membacakan dongeng sebelum tidur untuk anak juga dapat merangsang imajinasi, meningkatkan kreativitas, serta mempererat hubungan antara orang tua dan anak.
Ada banyak dongeng yang bisa dibacakan untuk si kecil. Jika masih bingung, tidak ada salahnya orang tua memilih dongeng lucu yang penuh humor namun tetap sarat pesan moral agar anak merasa terhibur dan rileks sebelum masuk ke dalam dunia mimpi.
Berikut di bawah ini beberapa dongeng sebelum tidur lucu yang bisa dijadikan pilihan.
Dongeng Sebelum Tidur Lucu
Berikut ini sepuluh dongeng lucu namun tetap penuh pesan moral yang bisa dibacakan sebagai pengantar tidur anak.
1. Singa dan Tikus
Di padang rumput yang luas dan subur, hiduplah seekor singa yang gagah dan tikus yang kecil dan lincah. Keduanya hidup di dalam ekosistem yang sama, tetapi dengan perbedaan yang mencolok dalam ukuran dan kekuatan.
Suatu hari, Singa sedang tidur pulas di bawah pohon rindang ketika Tikus, dengan keusilannya, berlarian di sekitar tubuh Singa yang besar. Namun, ketika Tikus tanpa sengaja menyentuh hidung Singa, Singa itu bangun dari tidurnya dengan geram.
"Tikus kecil yang berani, kau ingin bermain-main dengan Singa?" dengus Singa dengan suara menggertak.
Tikus menangis ketakutan, memohon-mohon pada Singa, "Tolong maafkan aku, Singa Besar! Aku tidak bermaksud menyakitimu, aku hanya ingin bersenang-senang."
Singa melihat ketakutan di mata Tikus dan, dengan kebesaran hati, memutuskan untuk melepaskan Tikus dari cengkramannya.
"Baiklah, Tikus Kecil. Kali ini aku akan memaafkanmu, tetapi berhati-hatilah lain kali," ucap Singa dengan lembut.
Tikus merasa bersyukur dan berjanji pada Singa bahwa suatu hari nanti dia akan membalas kebaikan yang diterimanya.
Beberapa hari kemudian, Singa yang gagah terperangkap dalam jaring pemburu yang licin dan kuat. Dia berjuang keras untuk melepaskan dirinya, tetapi semakin dia bergerak, semakin kuat jaring tersebut mengikatnya. Singa merintih kesakitan, berharap ada yang bisa membantunya.
Tikus, yang sedang mencari makan, mendengar tangisan Singa dari kejauhan. Tanpa ragu, Tikus menghampiri Singa yang terjebak dan melihatnya dalam kesulitan.
"Dengarlah, Singa! Aku akan membantumu!" seru Tikus sambil menggigit-gigit jaring pemburu dengan giginya yang tajam.
Meskipun Tikus kecil, tekadnya kuat. Dia terus menggigit dan mengunyah jaring itu hingga akhirnya jaring itu putus dan Singa bisa terbebas. Singa melihat Tikus dengan rasa terima kasih yang mendalam.
"Terima kasih, Tikus kecil. Engkau telah menyelamatkan hidupku. Aku tidak akan pernah melupakan bantuanmu," ucapnya penuh rasa.
Tikus tersenyum bangga. "Kita adalah teman, Singa. Dan teman selalu membantu satu sama lain."
Sejak saat itu, Singa dan Tikus menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Mereka belajar bahwa kebaikan hati dan pertolongan tidak mengenal batas, terlepas dari ukuran dan kekuatan seseorang.
2. Kebati, Kelelawar yang Baik Hati
Di sebuah hutan Nusa Tenggara Barat, hiduplah sekelompok komodo, burung kakak tua, musang, kelelawar, dan beberapa jenis hewan lainnya. Mereka hidup rukun dan saling berdampingan.
Di antara penduduk hutan, ada seekor kelelawar yang terkenal baik hati. Kelelawar tersebut biasa dipanggil Kebati. Ia suka membantu penduduk hutan yang sedang mendapat kesulitan. Suatu malam, terdengar bibi burung kakak tua meminta tolong.
"Toloooong!! Toloooooong!! Tolooooong!!"
Mendengar hal itu kelelawar segera mendatangi bibi burung kakak tua. "Ada apa Bibi, malam-malam begini berteriak meminta tolong?" tanya Kebati.
"Anakku sakit dan aku tidak bisa pergi mencari obat karena cuaca di luar gelap" ungkap bibi kakak tua sambil meneteskan air mata. Bibi kakak tua sangat sayang pada anak-anaknya.
Namun ia tidak dapat melakukan apa-apa malam itu. Cuaca di luar gelap dan udara dinginnya tidak seperti hari-hari biasa. Mungkin hal itu yang menjadikan anaknya demam tinggi.
Sebagai orang tua tentu bibi kakak tua sangat panik. Ia tidak dapat melakukan apa-apa kecuali berdoa dan meminta bantuan kepada penduduk hutan.
Melihat hal itu Kebati kemudian menanyakan obat yang dibutuhkan kepada bibi kakak tua. "Obat yang dibutuhkan bisa diambil di mana? Biar aku yang mengambilnya" tanya Kebati sambil menatap bibi kakak tua.
"Obat itu ada di perbatasan hutan. Cukup jauh tempatnya dari sini. Obat itu bernama daun katuk. Mustahil untuk mengambilnya di cuaca gelap seperti ini" ungkap bibi kakak tua padanya.
"Tunggu sebentar! Aku akan mengambilkannya untuk anakmu, Bi" kata Kebati seraya bergegas terbang untuk mencari tanaman yang dimaksud.
Di malam yang dingin, Kebati terbang menuju perbatasan hutan. Dalam kegelapan, ia mengandalkan kemampuan ekolokasi yang dimilikinya. Yaitu mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi untuk dipantulkan ke benda yang ada di sekitarnya dan dipantulkan kembali ke telinga.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, sampailah Kebati di perbatasan hutan. Ia mulai mencari daun katuk dengan kemampuan ekolokasinya. Setelah menemukan daun katuk yang dia cari, Kebati segera pulang untuk memberikan daun itu kepada bibi kakak tua.
Betapa senang bibi kakak tua melihat Kebati datang membawa daun katuk. Tanpa buang waktu, bibi kakak tua segera meramu daun katuk sebagai obat demam untuk anaknya. Setelah meminum ramuan obat daun katuk, anaknya pun sembuh.
Pagi harinya, bibi kakak tua berkunjung ke rumah Kebati. Bibi mengucapkan terima kasih dan memberikan bermacam-bermacam buah segar yang baru dipetiknya. Bibi kakak tua dan penduduk hutan semakin sayang pada Kebati. Buah kepribadiannya yang baik hati.
3. Lima Tikus dan Topi Lucu
Samson, seekor kucing besar berwarna hitam dan gemuk, berbaring di atas tikar berpura-pura tidur dengan satu mata mengintip ke lubang di dinding tempat lima tikus tinggal. Para tikus ingin melarikan diri dari kucing itu, tetapi takut untuk bergerak.
Ketika seorang pria yang memasuki rumah menjatuhkan topinya di lantai, para tikus tahu bahwa ini adalah kesempatan mereka untuk melarikan diri dari kucing. Mereka semua bersembunyi di bawah topi dan mulai bergerak menuju pintu yang terbuka.
Kucing itu melihat topi yang bergerak dan mulai berjalan ke arahnya. Tetapi seperti yang sudah ditentukan, angin kencang tiba-tiba meniup topi itu, dan para tikus terjatuh ke dalamnya.
Angin itu membawa topi ke kolam tempat topi itu mengapung. Samson merasa marah karena dia tidak bisa berenang. Begitulah para tikus berhasil melarikan diri dari amukan kucing besar berwarna hitam dan gemuk itu.
4. Si Kancil dan Laba-Laba Ajaib
Di hutan yang lebat, tinggalah seekor kancil yang cerdik dan lincah bernama Kiki. Kiki adalah kancil yang paling pintar di hutan itu, dan dia selalu mencari petualangan baru. Suatu hari, saat menjelajahi hutan, Kiki bertemu dengan Laba-Laba Ajaib yang tinggal di sarangnya yang indah.
Laba-Laba Ajaib itu berkata, "Halo, Kiki! Aku adalah Laba-Laba Ajaib. Aku bisa membuat impianmu menjadi kenyataan jika kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sulitku."
Kiki, yang selalu ingin mencoba hal baru, dengan antusias berkata, "Tentu saja! Ayo beritahu aku pertanyaanmu."
Laba-Laba Ajaib pun bertanya, "Berapa banyak bulu yang ada di ekormu?"
Kiki berpikir sejenak, lalu menjawab, "Aku tidak tahu, tapi pasti banyak!"
Laba-Laba Ajaib tertawa dan berkata, "Benar sekali! Sekarang, untuk memenuhi impianmu, aku akan memberikanmu tiga keinginan."
Kiki berpikir sejenak, lalu berkata, "Untuk keinginan pertama, aku ingin bisa terbang seperti burung!"
Tiba-tiba, sayap muncul di punggung Kiki, dan dia pun bisa terbang ke langit biru. Untuk keinginan kedua, Kiki ingin memiliki kantung ajaib yang bisa mengeluarkan makanan enak kapan saja dia lapar. Dan untuk keinginan terakhirnya, Kiki meminta agar semua teman-temannya di hutan bahagia selamanya.
Dengan senang hati, Laba-Laba Ajaib memenuhi semua keinginan Kiki. Mulai dari saat itu, Kiki terbang tinggi di langit, membawa makanan enak untuk semua binatang di hutan, dan semua binatang di hutan selalu bahagia karena persahabatan Kiki.
Dan begitulah Kiki, si kancil cerdik, dan Laba-Laba Ajaib, menjadi sahabat yang tak terpisahkan dalam hutan yang indah itu.
5. Seekor Burung Hantu dan Seekor Belalang
Di suatu negeri, ada seekor burung hantu yang selalu tidur di siang hari. Suatu hari saat hari mulai gelap, Ia bangkit dari pohon tua berlubang dan mengepakkan sayap. Cahaya kemerahan memudar dari langit dan bayangan merayap perlahan melalui hutan.
Burung hantu mulai mencari serangga, katak, dan tikus yang dia sukai. Ia berburu dengan mengeluarkan suara aneh "hoo-hoo-hoo-oo-oo". Suaranya bergema di hutan yang sunyi.
Seiring bertambahnya usia, burung hantu semakin menua. Ia menjadi sangat mudah tersinggung dan sulit untuk mengendalikan emosinya. Terutama jika ada sesuatu yang mengganggu tidurnya.
Pada suatu sore musim panas, seekor belalang bernyanyi dengan gembira namun serak di dekat burung hantu yang tidur. Burung hantu itu di sarangnya di pohon ek tua. Kepala burung hantu tua tiba-tiba muncul dari lubang pohon yang berfungsi sebagai pintu dan jendela.
Burung hantu menyapa Belalang sambil berkata, “Keluar dari sini, Tuan. Apa kamu tidak memiliki sopan santun? Setidaknya tunjukkan rasa hormat kepada yang tua dengan membiarkanku tidur tenang."
Namun Belalang menjawab bahwa dia punya hak yang sama atas tempatnya di bawah sinar matahari. Seperti halnya si Burung Hantu yang punya sarang di pohon ek tua. Serangga lanjut bernyanyi dengan nada suara yang lebih keras.
Burung Hantu tua yang bijak paham bahwa berdebat dengan Belalang tidak akan ada gunanya. Selain itu, matanya terlalu lelah di siang hari. Jadi dia juga tidak bisa menghukum Belalang. Ia kemudian menenangkan dirinya dan berbicara kepada belalang dengan cara yang baik.
“Baik, Tuan. Jika saya harus begadang, saya akan duduk di sana untuk mendengarkan nyanyian Anda. Saya punya anggur enak yang dikirim dari Olympus. Saya diberitahu bahwa Apollo meminumnya sebelum dia bernyanyi untuk dewa-dewa tinggi. Saya akan senang jika Anda mau mencicipi minuman lezat ini. Anda akan bisa bernyanyi seperti Apollo,” kata si burung hantu.
Belalang yang bodoh itu pun tertipu hasutan Burung Hantu. Ia melompat dan berlari ke sarang burung hantu. Saat serangga sudah cukup mendekat, si burung hantu tua itu dapat melihatnya dengan jelas. Ia kemudian menerkam si serangga dan memakannya.
6. Ayam yang Cerdik
Pada suatu ketika, hiduplah seekor rubah licik di sebuah hutan yang besar. Rubah itu sangat bangga akan kepintaran yang dia miliki. Suatu hari, dia merasa sangat lapar dan berjalan sekitar hutan untuk mencari makanan.
Saking laparnya, rubah itu sudah tidak sanggup untuk berjalan lagi. Tiba-tiba, dia melihat seekor ayam jantan yang ada di atap sebuah gubuk. Setelah melihat ayam jantan itu, Rubah itu mulai bergurau dan membayangkan sesuatu.
Dia berpikir untuk memakan ayam jantan itu. Rubah itu pun menyusun rencana untuk membuat ayam jantan itu turun ke tanah lalu dia akan memakannya.
Rubah itu berpura-pura sebagai teman ayam jantan itu dan berkata “Oh temanku, Ayam jantan. Aku sudah lama tidak melihatmu setelah sekian lama. Kelihatanya kamu terlihat jauh lebih kurus dan lelah. Turunlah ke sini dan biarkan aku memeriksamu agar aku bisa mengetahui kamu sedang sakit apa.”
“Temanku, rubah. Aku merasa sangat lelah dan letih. Aku tidak bisa turun dari atap.” Jawab ayam jantan yang cerdik itu. Rubah itu pun tersadar bahwa ayam jantan itu sama pintarnya.
Ayam jantan itu pun tertawa terbahak-bahak. Rubah itu benar-benar malu dan langsung kabur dari sana sejauh yang dia bisa.
7. Biji Pohon Oak Dan Labu
Seorang petani yang tinggal di desa suatu saat berpikir tentang besarnya sebuah labu dan kecilnya batang dimana labu tersebut tumbuh.
"Apa yang Tuhan pikirkan kira-kira ya?" katanya pada diri sendiri. "Tuhan mungkin menumbuhkan labu tersebut di batang yang kurang sesuai. Seandainya saya yang menciptakan labu ini, saya akan menumbuhkan dan menggantungnya di pohon oak.
Seharusnya di sanalah tempat yang tepat. Buah yang besar, sepantasnya berasal dari pohon yang besar! sayang sekali!" katanya kepada diri sendiri.
"Sebagai contoh, biji pohon oak ini, yang sekecil jari tangan saya, seharusnya digantungkan pada batang labu yang kurus ini."
Karena terlalu banyak berpikir dan berangan-angan, petani tersebut menjadi mengantuk dan berbaring di bawah pohon Oak, dan tidak berapa lama kemudian, dia tertidur dengan pulas.
Saat itulah sebuah biji pohon oak jatuh tepat di atas hidungnya. Petani itu terkejut dan terbangun dari tidurnya sambil mengusap hidungnya yang kesakitan dan mengeluarkan darah.
"Aduh.. aduh..!"teriaknya, "Hidungku berdarah, bagaimana seandainya sesuatu yang lebih berat jatuh dari pohon ini dan menimpa kepala saya; bagaimana seandainya biji pohon oak ini adalah sebuah labu? Saya tadinya meragukan ciptaan-Nya, sekarang saya telah mengerti semuanya dengan sempurna."
Lalu sang Petani itupun memuji dan bersyukur kepada Tuhan sambil berjalan pulang ke rumahnya.
8. Wanita Tua dan Seorang Dokter
Dahulu kala, hidup seorang Nenek yang mulai kehilangan penglihatannya hingga hampir buta.
Khawatir akan menjadi buta, ia pergi untuk berkonsultasi dengan seorang Dokter yang berjanji bisa menyembuhkannya, tapi dengan imbalan bayaran yang tinggi.
Nenek setuju untuk membayar biaya Dokter itu, namun dengan syarat bahwa ia harus mengembalikan penglihatannya; jika gagal, ia tidak akan membayar apapun. Dokter setuju, dan memulai perawatannya.
Dokter itu secara rutin mengunjungi Nenek untuk melihat perkembangan pengobatannya, dan setiap kali datang, ia mencuri sesuatu dari rumahnya.
Suatu hari ia mengambil sebuah panci, hari lain sebuah gambar yang tergantung di dinding, dan hari ketiga sebuah perabot.
Akhirnya, ketika tidak ada yang tersisa di rumah Nenek, Dokter menyatakan bahwa perawatannya hampir selesai. Ia mengunjungi Nenek untuk kali terakhir dan minta bayarannya.
Ketika Nenek melihat bahwa rumahnya sudah kosong, ia menolak membayar bayarannya. Dokter kemudian menggugatnya dan membawanya ke Pengadilan.
Nenek dibawa ke pengadilan, dan ketika ditanya oleh hakim, ia menyatakan, “Dokter benar tentang perjanjian kita. Saya setuju membayar biayanya jika ia menyembuhkan saya, dan ia setuju tidak meminta bayaran jika gagal. Sekarang ia bersikeras bahwa saya sudah sembuh, tetapi bagaimana mungkin? Saat ia memulai perawatan, mata saya memang sudah semakin buruk, tetapi saya masih bisa melihat perabot dan hal-hal lain di rumah saya; namun sekarang, ketika menurutnya saya sudah sembuh, saya sama sekali tidak bisa melihat apa-apa! Alih-alih menyembuhkan saya, Dokter malah membuat saya buta!”
Pengadilan mengerti apa yang Nenek katakan; ia pulang dengan bebas, sementara Dokter menghabiskan sisa hidupnya di penjara!
9. Pashol, Panda Anak Sholeh
Di daerah perbukitan China yang dingin, hiduplah habitat panda. Dalam habitat tersebut, tinggalah Pashol, seekor panda kecil bersama keluarganya. Hari ini Pashol tampak sedih. Ia berdiam diri di bawah kerimbunan pohon bambu.
Ia bangun kesiangan sehingga tidak dapat berangkat ke masjid. Ibu Pashol mendekati anaknya yang nampak sedih. "Ada apa, Pashol?"
"Bu, pukul aku! Hari ini aku bangun kesiangan dan tidak sholat subuh," jawab Pasal sambil menundukkan kepala. Mendengar ucapan itu. Ibu Pashol tersenyum. "Lihat ibu!" Pashol pun secara perlahan mencoba menengadahkan kepala dan menatap ibunya.
"Ibu tidak akan memukulmu, ibu tahu kamu anak baik! Lupa itu wajar. Kamu sudah pintar karena tahu kesalahanmu," ungkap ibu menasehati, "Yang penting jangan diulangi lagi, Nak!" tambahnya.
Mendengar perkataan ibunya, Pashol pun segera meminta maaf dan memeluk ibunya. "Sekarang hapus rasa sedihmu dan ingat, jangan tidur larut malam! Agar dapat bangun lebih awal. Dan segeralah ambil air wudhu setelah terbangun di waktu pagi dan sholatlah, Nak!" ungkap ibu.
Pashol mengangguk mendengarkan nasihat ibunya. Segera ia mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat. Usai sholat, ia kembali kepada ibunya.
"Sholat itu ibarat balas budi. Kita bebas menghirup udara, melihat indahnya dunia, itu semua pemberian Allah SWT semata. Maka, sudah sepantasnya kita bersyukur atas karunia-Nya dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya," ungkap ibu Pashol padanya kemudian.
Ibu Pashol tidak bosan untuk mengingatkan. Bahwa sholat termasuk bagian perintah agama yang wajib hukumnya. Ibu Pashol selalu memberikan contoh kepada Pashol untuk menjaga sholat lima waktunya.
"Terima kasih ibu untuk nasihatnya. Pashol berjanji akan memperbaiki sholat Pashol. Pashol juga janji, tidak akan tidur terlalu malam lagi agar bisa bangun lebih awal bersama ayam-ayam," ungkap Pashol dengan selipan tawa ringan.
Ibu Pashol pun tertawa bahagia mendengar ucapan putranya dan dengan bangga memeluknya. "Ibu sayang sama Pashol," bisik ibu padanya.
10. Pakaian Baru
Seorang Kaisar Seorang kaisar sangat suka memakai pakaian baru yang mahal setiap hari, lebih memperhatikan penampilannya daripada tugasnya sebagai penguasa. Dua penipu mengunjungi kaisar dengan menyamar sebagai penenun.
Mereka berpura-pura menunjukkan kain yang hanya bisa dilihat oleh orang bijaksana dan jujur. Kaisar tidak bisa melihat kain itu, tetapi berpura-pura melihatnya karena ia tidak ingin dianggap bodoh dan tidak jujur. Ia mempekerjakan penipu itu untuk membuatkan pakaian untuknya. Ketika penipu itu memberitahu kaisar bahwa jubahnya sudah siap, ia memutuskan untuk memakainya dalam prosesi yang akan datang.
Kaisar tidak bisa melihat jubah itu, tetapi tetap berpura-pura memakainya, tampil telanjang di depan banyak orang. Orang-orang tetap diam, memandang kaisar yang telanjang karena tidak ada yang ingin disebut tidak jujur dan bodoh.
Namun, seorang anak yang polos mulai tertawa terbahak-bahak melihat kaisar yang telanjang. Tertawa itu pun menyebar. Menyadari bahwa tidak ada jalan kembali, kaisar melanjutkan prosesi dan memutuskan untuk menghukum penipu itu. Tetapi pada saat itu, mereka sudah pergi dengan sejumlah uang yang besar untuk pakaian yang tidak pernah mereka buat.
Itulah sepuluh dongeng sebelum tidur lucu dan menghibur namun tetap penuh pesan moral yang bisa dibacakan untuk buah hati tercinta.


