Kenapa PB XIII dimakamkan di Imogiri? Ini Makna dan Sejarahnya
Jenazah Raja Keraton Solo Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIII Hangabehi dikebumikan di makam raja Mataram Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Rabu (5/11/2025). Diketahui sebelumnya, Pakubuwono XIII meninggal dunia dalam usia 77 tahun pada Minggu (2/11/2025).
Pakubuwono XIII menjalani perawatan di RS Indriati sejak awal September 2025. Putra sulung Pakubuwono XII ini mengembuskan napas terakhir di RS Indriati Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah pukul 07.30 WIB.
Lantas, kenapa PB XIII dimakamkan di Imogiri? Berikut informasi lebih lengkap mengenai alasan PB XIII dimakamkan di Imogiri beserta sejarahnya.
Kenapa PB XIII dimakamkan di Imogiri?
Melansir laman Pemda DIY, PB XIII dimakamkan di Imogiri karena alasan tradisi dan adat istiadat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai salah satu bagian Kesultanan Mataram Islam. Makam Imogiri atau Pajimatan Girirejo Imogiri adalah kompleks permakaman suci dan keramat yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi raja-raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram, termasuk keturunan dari Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Kompleks makam ini dianggap sakral dan suci dalam budaya Jawa. Pemakaman di sini menandai status mendiang sebagai bagian dari dinasti Mataram.
Makam ini mencerminkan persaudaraan antara dua kerajaan pecahan Mataram (Surakarta dan Yogyakarta). Kedua keraton tersebut masih bekerja sama dalam menjaga dan merawat kompleks makam ini.
Pemakaman PB XIII di Imogiri menandai kelanjutan babak sejarah panjang kepemimpinan Keraton Surakarta dan mengakar pada warisan Kesultanan Mataram Islam. Prosesi pemakaman PB XIII dilakukan sesuai dengan adat istiadat keraton, termasuk penggunaan kereta jenazah khusus (Ratu Pralaya) dan rute kirab tertentu.
Prosesi pemakaman PB XIII menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi keluarga kerajaan dan masyarakat setempat.
Sejarah Makan Raja Imogiri
Kompleks makan Raja Imogiri bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir bagi raja dan bangsawan, namun juga saksi bisu perjalanan panjang kerajaan Mataram Islam. Kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri merupakan salah satu situs bersejarah.
Sejarah pembangunan makam raja-raja Imogiri dimulai pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang berkuasa antara 1613 hingga 1646 Masehi. Sultan Agung mendirikan kompleks pemakaman ini ketika pusat pemerintahan Mataram Islam masih berada di Kotagede.
Pembangunan kompleks pemakaman Imogiri dimulai pada 1632 Masehi. royek besar ini dipimpin oleh Kiai Tumenggung Citrokusumo atas perintah langsung Sultan Agung.
Pembangunan dilakukan di atas perbukitan yang terletak di antara Desa Girirejo dan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, sekitar 16 kilometer di selatan Keraton Yogyakarta. Kompleks makam Imogiri dibangun di atas bukit Merak dengan ketinggian 85-100 meter di atas permukaan laut dengan luas mencapai 10 hektar.
Nama Imogiri berasal dari dua kata, yaitu 'hima' yang berarti kabut dan 'giri' yang berarti gunung. Imogiri dapat diartikan sebagai 'gunung yang diselimuti kabut'.
Pemilihan bukit sebagai lokasi pemakaman berakar pada kepercayaan Hindu yang menganggap tempat tinggi sebagai kawasan sakral tempat bersemayamnya roh-roh leluhur. Pembangunan Astana Imogiri diselesaikan sekitar 1645-1646 Masehi.
Kompleks ini kemudian dikenal dengan nama Astana Imogiri, terletak di Desa Pajimatan, Kecamatan Imogiri. Arsitektur makam raja-raja Mataram di Imogiri memadukan gaya Hindu dan Islam.
Ciri khasnya terlihat dari penggunaan bata merah tanpa semen yang disusun menggunakan teknik kovod, yaitu menggosok dua bata dengan sedikit air hingga keluar cairan pekat yang berfungsi sebagai perekat alami. Struktur kompleks terdiri atas empat halaman bertingkat yang dipisahkan oleh gapura candi bentar dan paduraksa.
Di halaman pertama terdapat bangsal, kelir, serta padasan atau tempat wudhu. Sementara itu, struktur kompleks makam raja-raja Imogiri dibagi menjadi tiga kelompok utama, masing-masing memiliki halaman tersendiri dengan pagar keliling dan gapura bergaya paduraksa.
Bagian pertama adalah Kedaton Sultan Agungan dan Pakubuwanan yang terletak di tengah dan berisi makam para raja Mataram sebelum perjanjian Giyanti. Kedua adalah Bagasan-Girimulya di sisi barat yang menjadi tempat pemakaman raja-raja Kasunanan Solo.
Bagian ketiga adalah Kaswargan-Saptarengga di sisi timur yang diperuntukkan bagi raja-raja Keraton Yogyakarta.
Itulah informasi lengkap mengenai alasan PB XIII dimakamkan di Imogiri beserta sejarahnya.

