Jerami jadi BBM: Inovasi Bahan Bakar Hasil Karya Anak Bangsa

Anggi Mardiana
13 November 2025, 17:58
Jerami jadi BBM
Katadata
Jerami jadi BBM
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Jerami jadi BBM, sebuah inovasi bahan bakar hasil karya anak bangsa bernama Bobibos (Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos) kini tengah menarik perhatian masyarakat. Bobibos merupakan bahan bakar alternatif berbasis limbah jerami dengan klaim kadar RON 98, yang diyakini dapat menjadi solusi energi ramah lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru di wilayah pedesaan.

Meski begitu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tetap bersikap hati-hati dalam menanggapi inovasi ini. Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa penilaian resmi belum dapat diberikan hingga hasil kajian teknis dan uji laboratorium lengkap tersedia.

“Kita pelajari dulu ya, kita pelajari dulu,” ujar Bahlil singkat setelah rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa (11/11/2025)

Ia menambahkan, pemerintah enggan terburu-buru menanggapi klaim inovasi energi baru tanpa validasi yang jelas, karena keselamatan, kualitas bahan bakar, dan kelayakan komersial menjadi pertimbangan utama sebelum produk tersebut bisa dipasarkan secara luas.

Jerami jadi BBM

Bobibos Bahan Bakar dari Jerami
Jerami jadi BBM (Kaba Surau)

Jerami jadi BBM, Muhammad Ikhlas Thamrin, pengembang Bobibos, menjelaskan bahwa untuk memproduksi sekitar 3.000 liter bahan bakar nabati dibutuhkan kurang lebih 9.000 ton jerami, setara dengan hasil dari satu hektare sawah padi. CEO PT Inti Sinergi Formula itu menambahkan, limbah batang padi kering diolah melalui ekstraksi dengan serum.

“Prosesnya menggunakan mesin yang kami rancang sendiri, melalui lima tahap agar bahan baku tersebut bisa diubah menjadi bahan bakar ramah lingkungan Bobibos,” ujar Ikhlas saat ditemui Tempo di Jonggol, Jawa Barat, Selasa, 11 November 2025.

Ikhlas, pemuda asal Jonggol, menyampaikan bahwa Bobibos akan diproduksi secara massal mulai tahun depan. Nama Bobibos sendiri merupakan akronim dari “Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!”, yang kini menjadi sorotan karena diklaim memiliki nilai oktan (RON) 98. 

Selain itu, bahan bakar ini disebut ramah lingkungan karena terbuat dari limbah pertanian. Sebagai catatan, BBM RON 98 selama ini termasuk kualitas tertinggi dan biasanya digunakan pada mobil-mobil premium.

Penemuan ini mendapat sambutan positif dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang ikut menguji Bobibos langsung pada mesin traktor di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang. Ia bahkan menawarkan limbah jerami dari 1.200 hektare sawah sebagai bahan baku produksi Bobibos.

Ikhlas juga optimistis bahwa Bobibos dapat diproduksi di seluruh Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, mengingat luasnya lahan pertanian di negara ini. “Dengan produksi merata di semua daerah, harga bahan bakar merah (solar) dan putih (bensin) bisa seragam. Kami berharap Bobibos bisa dijual di bawah Rp 10 ribu per liter,” ujarnya.

Selain pasar domestik, Ikhlas menyebut beberapa negara di Asia, Eropa, dan Brasil juga menunjukkan ketertarikan terhadap Bobibos. “Kami sudah berkomunikasi dengan BUMN, khususnya PT Pertamina, agar kolaborasi ini membuat Bobibos menjadi kebanggaan dan bagian dari kedaulatan energi Indonesia,” tambahnya.

Dia menekankan bahwa seluruh riset dan pengembangan Bobibos dilakukan 100 persen di dalam negeri. Bahan bakar alternatif ini masih menunggu izin untuk produksi massal. Setelah diluncurkan pada 2 November lalu, sekitar 3.000 liter Bobibos sudah diproduksi dan digunakan untuk uji coba skala kecil di Jonggol.

Apa itu Bobibos?

Berdasarkan informasi dari Bapenda.jabarprov.go.id, Selasa (11/11), Bobibos dikembangkan oleh sekelompok peneliti muda di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat, yang berinisiatif mengubah jerami sisa panen menjadi bahan bakar nabati (BBN). Tujuannya agar petani tidak hanya memperoleh pendapatan dari hasil panen, tetapi juga dari limbah pertanian.

Uji lapangan menggunakan traktor diesel menunjukkan hasil yang menjanjikan, seperti mesin berjalan lebih stabil, asap buangan lebih bersih, dan tenaga mesin terasa ringan. Pengujian laboratorium oleh Lemigas bahkan mencatat angka oktan mencapai 98,1, setara dengan bahan bakar beroktan tinggi.

Dari sisi ekonomi, potensi Bobibos cukup besar. Dengan konversi sekitar 3.000 liter bahan bakar per hektar, wilayah seperti Lembur Pakuan yang memiliki 1.000 hektar lahan berpotensi memproduksi jutaan liter Bobibos setiap tahun. Selain itu, proses produksinya juga menghasilkan pakan ternak dan pupuk organik, menciptakan rantai ekonomi sirkular yang berkelanjutan.

Akademisi menilai inovasi ini menjanjikan, namun tetap membutuhkan uji multidisipliner yang ketat. Dalam ulasan resmi, FMIPA Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menekankan bahwa validasi bahan bakar baru tidak bisa hanya berdasarkan satu hasil laboratorium. Dibutuhkan uji keselamatan produksi, standar emisi, serta ketahanan mesin di berbagai kondisi iklim dan merek kendaraan. 

“Regulator harus memastikan produk tidak hanya unggul di laboratorium, tetapi juga aman, andal, dan berkelanjutan di lapangan,” tulis FMIPA Unesa.

Selain itu, kampus menyoroti empat aspek yang menjadi perhatian publik yaitu keaslian hasil uji laboratorium, efek jangka panjang pada mesin, dampak lingkungan yang terukur, dan kesiapan regulasi serta distribusi nasional. Oleh karena itu, akademisi mendorong tim pengembang untuk membuka data uji secara transparan, melibatkan lembaga pengujian independen, serta menggandeng BUMN energi atau pelaku industri migas agar produksi skala besar bisa dijalankan sesuai regulasi.

Jerami bisa diolah jadi BBM, tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Melalui pemanfaatan limbah pertanian, konsep jerami jadi BBM membuka peluang baru bagi petani dan memperkuat kemandirian energi nasional. Dengan dukungan riset, regulasi, serta kolaborasi lintas sektor, jerami berpotensi menjadi sumber energi terbarukan yang mampu menggerakkan ekonomi hijau Indonesia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan