Saatnya Gaya Hidup Berkelanjutan Jadi Kebiasaan Kolektif

Dini Hariyanti
Oleh Dini Hariyanti - Tim Publikasi Katadata
14 November 2025, 16:44
Aksi berkelanjutan melalui Langkah Membumi Ecoground 2025
Blibli Tiket Action
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Di tengah hiruk pikuk kehidupan di perkotaan, ajakan untuk menolong diri sendiri terlebih dulu sebelum menolong bumi bisa terdengar seperti paradoks. Justru, Langkah Membumi Ecoground 2025 mengusung narasi ini sebagai dasar gerakan keberlanjutan.

Artinya, keberlanjutan tidak selalu harus berupa tindakan besar melainkan berangkat dari kesadaran paling sederhana, yakni bumi sehat berawal dari manusia yang sehat juga. 

Narasi itu merupakan salah satu yang digaungkan Langkah Membumi Ecoground 2025. COO  dan Co-Founder Blibli Lisa Widodo menjelaskan, pada tahun ini fokus kepada empat pilar utama, yaitu Ecomotion, Ecolabs, Ecopreneur, dan Ecostage. 

Semua pilar tersebut mengusung narasi bahwa keberpihakan terhadap prinsip keberlanjutan justru berangkat dari hal yang manusiawi. “Motion di sini narasinya terkait dengan merawat diri sendiri,” ujar Lisa kepada Katadata, Sabtu (8/11).

Ia mengimbuhkan, sebelum membantu bumi maka kita harus bisa membantu diri sendiri dulu. “Artinya, diri kita harus sehat dulu,” ucapnya. 

Pilar Ecomotion kemudian diwujudkan melalui kolaborasi dengan komunitas olahraga, mengingatkan bahwa menjaga bumi juga berarti menjaga tubuh yang menjadi bagian dari alam itu sendiri.

Sementara itu, melalui Ecolabs, Blibli mengajak peserta untuk bereksperimen dan mengenali dirinya sekaligus lingkungannya. Lebih dari empat puluh lokakarya digelar selama dua hari acara pada 8-9 November 2025, seperti lokakarya daur ulang kreatif dan personal color.

“Melalui lokakarya personal color, kami baru tahu kalau warna yang cocok untuk setiap orang ternyata berbeda, menyesuaikan skin tone,” kata Lisa.

Di balik aktivitas ringan itu, tersimpan pesan penting bahwa keberlanjutan dimulai dari kesadaran diri. Mengenali diri berarti memahami batas, kebutuhan, dan pilihan yang lebih selaras dengan alam.

Kesadaran yang sama juga diungkapkan Irene Umar selaku Wakil Menteri Ekonomi Kreatif yang turut menghadiri LME 2025. Ia sempat mengenang titik balik pribadinya terhadap isu keberlanjutan. 

Irene bercerita tentang masa ketika tinggal di Singapura dan merasakan suhu yang tiba-tiba turun drastis hingga di bawah 20 derajat. “Malam itu saya menonton Discovery Channel, melihat beruang kutub kelaparan akibat pemanasan global,” katanya. “Sejak saat itu saya mulai langkah kecil, seperti selalu membawa botol minum dan tidak membeli barang berlebihan,” imbuh dia.

Irene pun menyoroti paradoks gaya hidup hijau yang sering muncul, yakni kini banyak orang jadi punya banyak botol minum hanya karena tren, padahal ini bisa menjadi sampah baru. “Saya sendiri cuma pakai satu botol minum, memang harganya enggak murah, tapi awet,” ucapnya. 

Bagi Wamen Ekonomi Kreatif ini, keberlanjutan bukan hanya soal menyelamatkan bumi tetapi juga tentang bijak dalam konsumsi. Ia menyebut bahwa pemerintah kini mendorong pelaku ekonomi kreatif mengadopsi prinsip ekonomi restoratif, yaitu model investasi berkelanjutan yang tak hanya menjaga planet tetapi juga memperkuat daya hidup bisnis mereka sendiri.

Di sisi lain, Miss Universe Indonesia 2024 Clara Shafira yang banyak berkecimpung di industri fesyen turut berbicara tentang pentingnya berbelanja dengan kesadaran penuh. “Banyak orang belanja secara tidak mindful, membeli berlebihan, dan akhirnya membuang banyak hal yang masih layak. Ini enggak bagus untuk mindset diri sendiri dan juga berdampak buruk bagi lingkungan,” ujarnya.

Kesadaran terkait hal tersebut memantik Clara mengubah arah bisnis fesyennya menuju produk yang timeless serta mendorong praktik thrifting dan renting di kalangan generasi muda. Ia percaya bahwa mendukung industri dan bahan baku lokal adalah salah satu bentuk nyata keberlanjutan. 

“Kalau jarak distribusinya lebih dekat, otomatis emisi lebih rendah. Dan ketika kita belanja produk lokal, sebenarnya kita ikut menanam nilai keberlanjutan di tanah sendiri,” kata Clara.

Semangat dari konsumsi ke kontribusi juga terlihat dalam pilar Ecopreneur di LME. Blibli berkolaborasi dengan Sirsak, startup pengelolaan sampah, untuk memastikan seluruh limbah acara diolah secara bertanggung jawab.

Dan tak cuma itu, Blibli Tiket Action melalui Langkah Membumi Ecoground juga bekerja sama dengan Jejakin untuk menanam mangrove setara dengan jumlah tiket yang terjual. Secara total ditargetkan mencapai 16 ribu pohon akan ditanam di Cilacap sepanjang 2025.

“Titik temunya ada di pohon mangrove,” tutur Lisa lagi. “Kami membuka percakapan tentang apa yang menjadi fokus setiap pihak mitra kami, lalu saling mendengarkan. Dari situ terjadi interaksi, dan akhirnya kolaborasi nyata. Kami menyebutnya ExplorAction, InterAction, dan CollaborAction yang mana semuanya kembali lagi ke bumi kita," ucapnya.

Senada, HC Development & Sustainability InJourney Robby Saputra mengatakan, dirinya percaya bahwa perubahan nyata hanya bisa dimulai dari diri sendiri tetapi uga tidak boleh hanya berhenti di sini.

“Kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi? Tapi perubahan juga harus dipaksakan sampai jadi budaya,” ujar Robby.

Di InJourney, setiap karyawan diberi botol minum sebagai simbol perubahan kecil yang berarti. Melalui program InJourney Green, perusahaan menargetkan penanaman satu juta pohon hingga 2027.

“Sebagai korporasi kami enggak bisa jalan sendiri, karena keberlanjutan itu soal keterkaitan di antara individu, komunitas, dan alam. Kami sering melibatkan local heroes dalam penanaman pohon agar mereka juga punya kesadaran nyata,” imbuh dia.

Berangkat dari tubuh yang dirawat, konsumsi yang disadari, hingga kolaborasi yang dihidupkan maka narasi di dalam Langkah Membumi Ecoground 2025 berpaut pada satu benang merah, yakni keberlanjutan yang benar-benar membumi.

Itu tak sebatas jargon dan bukan tren sesaat melainkan kebiasaan kolektif yang tumbuh dari langkah-langkah kecil banyak orang. Pasalnya, perubahan besar tak selalu lahir dari kebijakan megah, melainkan dari keputusan sederhana yang kita ambil setiap hari, seperti ketika kita memilih bergerak, memilih bijak, dan memilih peduli. Dari sini bumi mulai sembuh, satu langkah kecil pada satu waktu.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan