Cina Cabut Larangan Impor Australia, Ekspor Batu Bara RI Tetap Normal
Pelaku usaha batu bara menilai keputusan Cina yang telah mengakhiri larangan impor batu bara Australia tidak serta-merta memberi dampak pada harga maupun volume ekspor batu bara Indonesia ke Cina. Alasannya, kualitas batu bara Australia yang berada di kualitas tinggi antara 5.500-5.700 kcal per kg tidak sama dengan kualitas batu bara RI yang mayoritas berada di kualitas kalori rendah.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa jenis batu bara Australia yang dilirik oleh Cina umumnya kategori coking coal yang kerap dimanfaatkan untuk proses pembuatan kokas yang dipakai dalam industri pembuatan baja dan besi. Sementara batu bara RI mayoritas adalah batu bara tipe thermal coal yang biasa dibakar untuk menggerakkan turbin penghasil listrik.
"Kualitas batu bara RI berbeda dengan batu bara Australia, jadi tidak terlalu terpengaruh pada pasar Indonesia. Pasar batu bara domestik masih kompetitif untuk kualitas batu bara yang sama jika dibandingkan dengan harga batu bara domestik Cina," kata Hendra kepada Katadata, Jumat (13/1).
Cina dikabarkan telah mengakhiri larangan impor batu bara Australia sejak pemberlakukan pertama kali pada 2020 lalu. Keputusan Cina untuk menyudahi penyetopan impor batu bara Australia ditandai dengan adanya laporan terkait langkah Beijing yang memberi lampu hijau kepada pejabat di provinsi selatan Guangdong untuk menghabiskan sisa-sisa muatan atau kargo batu bara Australia yang sebelumnya diendapkan.
Laporan itu juga menuliskan bahwa pemerintah pusat telah mengizinkan tiga instansi untuk melanjutkan impor batu bara dari Australia untuk mendukung produksi baja domestik.
Hendra pun mengaku belum mengetahui dampak jangka panjang yang bakal ditimbulkan dari kebijakan Cina yang menyudahi larangan impor batu bara Australia. Meski telah membuka impor batu bara Australia, dia beranggapan bahwa Cina juga akan memantau pergerakan harga komoditas batu bara Australia sebelum memutuskan untuk kembali melakukan ekspor. Hal ini dilatarbelakangi oleh kualitas produksi batu bara domestik Cina yang juga punya kualitas kalori yang sama dengan batu bara Australia.
"Karena batu bara kualitas Australia juga banyak diproduksi oleh Cina, jadi mereka akan melihat apakah harga Australia ini lebih kompetitif dari harga domestik mereka. Kalau harga domestik mereka lebih kompetitif tentu mereka tidak impor," ujar Hendra.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, nilai ekspor batu bara Indonesia Cina pada September 2022 justru melejit 41,19% dibandingkan bulan sebelumnya. Nilainya naik dari US$ 672,19 juta pada Agustus 2022 menjadi US$ 949,08 juta.
Nilai ekspor batu bara RI ke Cina pun masih menempati peringkat teratas pada September 2022. Berikutnya, Jepang menduduki peringkat kedua dengan nilai ekspor batu bara RI senilai US$ 693,95 juta. Nilai ini turun 3,86% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar U$ 721,82 juta.