Satu dalam Cita Dorong Kota Solo Jadi Pusat Industri Kreatif
Titimangsa, Katadata, dan Pura Mangkunegaran, Solo bersama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mempersembahkan kolaborasi ‘Satu dalam Cita’ yang digelar di Solo, Jawa Tengah pada 24-25 Juni 2023.
Kolaborasi ini terdiri atas pertunjukan Sudamala: Dari Epilog Calonarang, Pasar Kangen, Sudamala Tour, Royal Heritage Dinner, Ruwat Bumi Pura Mangkunegaran, dan lokakarya kesenian di Pura Mangkunegaran, Solo.
CEO & Co-Founder Katadata Metta Dharmasaputra berharap melalui kolaborasi ini, Kota Solo dapat menjadi kota digital termaju di Indonesia. Bahkan Solo menurutnya memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri kreatif budaya dan digital berskala internasional.
“Solo ditetapkan oleh UNESCO sebagai kota kreatif sejak lama. Dengan pementasan ini kami berharap Kota Solo menjadi pusat terbaik untuk industri kreatif budaya dan digital di Indonesia,” ujar Metta dalam konferensi pers 'Satu dalam Cita' di Pura Mangkunegaran, Solo, Kamis (22/6).
Dalam kesempatan yang sama, KGPAA Mangkoenagoro X mengatakan bahwa pagelaran ‘Satu dalam Cita’ adalah kolaborasi yang saling mendukung satu sama lain. Ia optimistis dapat membangun Mangkunegaran ini menjadi suatu wadah kebudayaan yang bisa berdampak kepada masyarakat.
Selain itu dapat menghubungkan kembali Mangkunegaran dengan kerajaan-kerajaan atau pusat kebudayaan lainnya di seluruh Indonesia,
“Hubungan masa lalu ini bukan hanya untuk dikenang, tapi jadi modal untuk kami kedepannya,” ujar KGPAA Mangkoenagoro X.
Wisata kebudayaan saat ini menjadi aset terbesar Kota Solo. Bahkan ia meyakini jika sektor wisata ini bisa dikembangkan dan dikelola dengan baik, ke depannya bisa menjadi potensi yang bisa menarik wisatawan dari seluruh belahan dunia.
"Kita kaitkan dengan ‘Satu dalam Cita’ ini merupakan event yang kami gencarkan yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi lokal kota Solo. Sesuatu yang berkelanjutan, sesuatu yang berkembang ini menjadi sesuatu yang kita rawat, kita besarkan," ujar KGPAA Mangkoenagoro X.
Happy Salma selaku produser Sudamala mengatakan, dengan hadirnya pementasan Sudamala turut menghidupkan ekosistem seni pertunjukan yang berkontribusi dalam menggerakan perekonomian masyarakat.
“Berkesenian itu nafasnya harus panjang, kita harus membuat ekosistem tersendiri. Beruntung kami mendapat keniscayaan untuk memperpanjang nafas itu,” ujar Happy.
Sebagai informasi, pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang menceritakan kisah Walu Nateng Dirah, seorang perempuan yang memiliki kekuatan dan ilmu yang luar biasa besar. Serta ditakuti banyak orang termasuk membuat resah raja yang berkuasa saat itu, Airlangga.
Hal ini pula yang menyebabkan tak banyak pemuda yang berani mendekati putri semata wayang Walu Nateng Dirah, yang bernama Ratna Manggali. Ia pun sangat kecewa dan mengekspresikan kepedihannya dengan menebar berbagai wabah.
Luka hatinya itu akhirnya terobati sementara setelah Ratna Manggali menikah dengan Mpu Bahula. Kehidupan pernikahan ini namun sayangnya dicederai Mpu Bahula. Ia ternyata adalah utusan pendeta kepercayaan Raja Airlangga yang mengambil pustaka sakti milik Walu Nateng Dirah.
Walu Nateng Dirah lantas kecewa dan murka. Kemurkaannya lalu menimbulkan wabah yang menyengsarakan banyak orang. Setelah Mpu Bharada mengenali ilmu yang dimiliki Walu Nateng Dirah, ia kemudian menantang Walu Nateng Dirah untuk beradu ilmu. Hal itu dilakukan agar dapat menuntaskan bencana dan wabah yang melanda.