KSSK: Tekanan Pasar Keuangan Mereda, Modal Asing Serbu Indonesia

Abdul Azis Said
31 Januari 2023, 19:35
KSSK: Tekanan Pasar Keuangan Mereda, Modal Asing Serbu Indonesia
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.
Proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (2/1/2021). Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 akan berada di rentang 4,8-5,8 persen, yang akan didukung oleh peningkatan kinerja ekspor, konsumsi swasta dan pemerintah, serta investasi baik dari belanja modal pemerintah maupun dari masuknya Penanaman Modal Asing (PMA).

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melihat tekanan di pasar keuangan global semakin mereda. Prospek pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini melambat, tetapi pencabutan kebijakan Covid-19 di Cina akan memberi harapan baru.

"KSSK melihat ketidakpastian pasar keuangan global mulai berkurang. Ini berdampak positif bagi banyak negara berkembang yang terlihat dari meningkatnya aliran modal global dan berkurangnya tekanan nilai tukar di berbagai negara," kata Ketua KSSK yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (31/1).

Tekanan global yang mereda mulai terlihat sejak akhir tahun lalu. Tingkat inflasi global mulai berkurang sekalipun masih pada tingkat tinggi. Masih ada beberapa risiko dari sisi inflasi, seperti harga energi dan pangan, berlanjutnya gangguan rantai pasok serta pasar tenaga kerja di AS dan Eropa yang masih ketat.

Seiring inflasi yang melandai, KSSK melihat siklus pengetatan moneter di negara maju mulai mendekati titik puncaknya. Meski demikian, suku bunga diperkirakan masih akan bertahan tinggi sepanjang tahun ini.

Dengan kondisi tersebut, Sri Mulyani bersama anggota KSSK lainnya melihat stabilitas sistem keuangan Indonesia pada kuartal empat tahun lalu terus membaik. Aliran masuk modal asing meningkat terutama ke pasar surat berharga negara (SBN). Selama tahun 2023, berdasarkan data setelmen sampai 26 Januari 2023, aliran masuk secara neto ke pasar SBN sebesar Rp 48,08 triliun dan aliran keluara secara neto Rp 6,83 triliun di pasar saham. 

Aliran masuk modal asing itu mendukung penguatan nilai tukar. Rupiah telah menguat 3,89% selama tiga pekan pertama tahun ini. Apresiasi rupiah bahkan lebih besar dibandingkan beberapa negara di kawasan, seperti ringgit Malaysia 3,83%, peso Filipina 2,3%, rupee India 1,46%.

Sri Mulyani menyebut persepsi positif investor terhadap kondisi ekonomi domestik mendorong masuknya modal asing ke Indonesia yang kemudian membantu penguatan rupiah. "Selain itu juga daya tarik imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda," ujarnya. 

Prospek ekonomi global akan melambat tahun ini. Tantangannya terutama berasal dari fragmentasi geopolitik dan risiko resesi di beberapa negara maju, terutama AS dan Eropa. Namun pencabutan kebijakam zero Covid-19 di Cina disebut akan membantu mengurangi risiko perlambatan yang lebih dalam.

Dari dalam negeri, prospek ekonomi akan melambat tahun ini sebagai efek perlambatan di tingkat global. Meski demikian pemulihan masih kuat didukung beberapa indikator dini seperti keyakinan konsunen yang masih tinggi, serta kinerja manufaktur yang ekspansif. Di sisi lain tekanan inflasi terus menurun.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Lona Olavia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...