Skandal Gautam Adani Seret Beberapa Nama Besar di Wall Street

 Zahwa Madjid
6 Februari 2023, 19:00
Skandal Gautam Adani Seret Beberapa Nama Besar di Wall Street
Courtesy of Subhankar Chakraborty/Hindustan Times via Getty Images

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperketat pengawasan di sektor jasa keuangan.  Hal itu disampaikan usai dirinya menyinggung skandal yang dialami oleh Gautam Adani, orang terkaya di Asia asal India.

Adani kehilangan US$ 120 miliar atau sekitar US$ 1.800 triliun akibat laporan  "Adani Group: How The World’s 3rd Richest Man Is Pulling The Largest Con In Corporate History" Hindenburg Research yang menuding perusahaan miliknya melakukan manipulasi pasar dan skandal penipuan akuntansi. Firma riset investasi dengan fokus pada short selling  yang berbasis di New York, AS menyebut ada penyimpangan yang dilakukan figur asal India itu sehingga kekayaannya melejit.

Menurut Hindenburg, Adani Group sebelumnya telah menjadi fokus dari empat investigasi penipuan besar pemerintah. Mulai dari pencucian uang, pencurian dana pembayar pajak, dan korupsi, dengan total sekitar US$ 17 miliar atau setara Rp 252 triliun.

"Hati-hati ada peristiwa besar minggu kemarin. Makronya negara bagus, mikronya ada masalah, hanya satu perusahaan. Pengawasan jangan sampai ada yang lolos seperti itu karena goreng-gorengan Rp 1.800 triliun. Itu seperempatnya PDB India hilang," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023, Senin (6/2).

Melihat pergerakan bursa India, hampir seluruh emiten saham milik Gautam Adani berada dalam zona merah. Adani Enterprises turun 2,05%, Adani Transmission turun 10,00%, Adani Green Energy turun 5,00%, Adani Power turun 5,00%,dan Adani Total Gas turun 5,00%. Sedangkan Adani Port naik 8,63%

Analis Bernstein, Venugopal Garre dikutip dari CNBC mengatakan akan ada lebih banyak volatilitas di India tahun ini yang membuat pasar saham India rentan terhadap koreksi. Namun perusahaan bank investasi Goldman Sachs mengatakan bahwa perkembangan terbaru tidak mungkin menghasilkan efek limpahan untuk pasar saham India yang lebih luas.

"Kami percaya masalah kredit cenderung bersifat istimewa dan kecil kemungkinannya memiliki penularan yang lebih luas atau masalah sistemik untuk pasar kredit luar negeri India," kata analis Goldman Sachs Kenneth Ho dan Chakki Ting dikutip Senin (6/2).

Mereka mencatat ada ketidakpastian seputar Adani dengan mengatakan bahwa obligasi dolar AS yang beredar dapat merusak sentimen investor, tetapi kekhawatiran tersebut tidak mungkin memiliki dampak penularan yang lebih luas.

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...