Bursa Wall Street Ditutup Beragam di Tengah Kekhawatiran Suku Bunga
Saham-saham di bursa Wall Street ditutup beragam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Keberagaman itu setelah data harga konsumen AS untuk Januari menawarkan sedikit perubahan ekspektasi tentang jalur Federal Reserve ke depan pada kenaikan suku bunganya.
Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 156,66 poin atau 0,46 persen, menjadi menetap di 34.089,27 poin. Indeks S&P 500 tergelincir 1,16 poin atau 0,03 persen, menjadi berakhir di 4.136,13 poin. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 68,36 poin atau 0,57 persen, menjadi ditutup pada 11.960,15 poin.
Dari 11 sektor utama S&P 500, tujuh sektor berakhir di zona merah,dipimpin oleh real estat yang merosot 1,08 persen, diikuti oleh penurunan 0,95 persen pada sektor bahan pokok konsumen.
Sektor konsumer non-primer menguat 0,30 persen, terangkat oleh lonjakan hampir 8,0 persen di Tesla Inc. Pembuat mobil listrik tersebut telah pulih lebih dari 60 persen pada tahun 2023 setelah kehilangan dua pertiga nilainya tahun lalu.
Harga konsumen AS meningkat karena orang Amerika terus dibebani oleh biaya sewa perumahan yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa Fed akan mempertahankan perjuangannya melawan inflasi.
"Inflasi tetap tinggi, meski tampaknya melambat. Melihat aksi harga hari ini, saya pikir mungkin ada sedikit aksi ambil untung karena kinerja tahun-ke-tahun yang kuat," kata kepala strategi ekuitas di US Bank Wealth Management di Minneapolis Terry Sandven dikutip Rabu (15/2).
Para pedagang pasar uang bertaruh pada setidaknya dua kenaikan suku bunga 25 basis poin lagi tahun ini, dengan suku bunga terlihat memuncak di 5,28 persen pada Juli.
Juga menambah kecemasan investor adalah pernyataan hawkish oleh Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin dan Presiden Fed Dallas, Lorie Logan. Barkin mengatakan Fed perlu memprioritaskan meredam inflasi daripada risiko terhadap pertumbuhan ekonomi AS.