HUT ke-66, Berikut Proyeksi Analis Atas Harga Saham BCA

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) baru saja merayakan hari ulang tahunnya atau HUT BCA yang ke-66 pada 21 Februari 2023. Untuk merayakannya, bank swasta nasional terbesar tersebut memberikan berbagai macam promosi dan potongan harga hingga 66% sampai dengan Rabu (22/2) ini.
Namun sayangnya harga emiten berkode saham BBCA itu ternyata juga ikut terdiskon. Jika melihat pergerakan saham BBCA mengalami penurunan 1,97% dalam sepekan terakhir.
Kendati demikian, para analis masih merekomendasikan saham perbankan tersebut untuk dikoleksi.
Bahkan harga saham diproyeksikan dapat menyentuh Rp 9.400 per saham pada akhir 2023. Adapun pada perdagangan Rabu pukul 10.37 waktu JATS pergerakan saham BBCA terpantau ada di 8.675 atau turun 0,29%.
Research and Consulting Infovesta Nicodimus Anggi mengatakan, ada beberapa alasan yang menjadikan BBCA sangat menarik untuk dimiliki sebagai investasi yang prospektif. Yakni fundamental yang solid dan valuasi yang masih menarik dengan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang paling tinggi di antara empat besar bank lainnya. Serta rasio kredit bermasalah (NPL) yang di level rendah untuk kategori bank besar.
“Investor sudah mengenal saham BBCA dengan fundamental solid dan pertumbuhan bisnis yang menjanjikan. Saya merekomendasikan buy dengan melihat beberapa sentimen diatas. Target price BBCA untuk akhir tahun 2023 diproyeksi dapat menyentuh 9.400” ujar Nico kepada Katadata, Rabu (22/2).
Equity Research Analyst Jono Syafei pun mengatakan hal yang sama. Ia menilai pertumbuhan kredit, kualitas kredit dan efisiensi yang dimiliki BBCA lebih unggul dari perbankan lainnya.
“BBCA sendiri memang fokus di kredit korporasi,” ujar Jono.
Jono pun merekomendasikan level 9.400 menjadi level target terdekat BBCA. Adapun untuk investor dapat buy on weakness BBCA di area 8.700-8.600.
Sebagai informasi, BCA beserta entitas anak membukukan laba bersih Rp 40,7 triliun per tahun 2022.
Capaian tersebut meningkat 29,6% dibanding tahun sebelumnya, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Selama periode 2018-2022 laba bersih emiten berkode BBCA ini terus naik, kecuali pada 2020. Di tahun awal pandemi tersebut laba bersih BCA sempat terkontraksi 4,98%. Namun, jika dilihat secara kumulatif, dalam lima tahun belakangan laba bersihnya sudah tumbuh 57,65%.
Adapun pencapaian laba BCA pada 2022 ditopang permintaan kredit korporasi yang naik 12,5% menjadi Rp 322,2 triliun, serta kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) yang naik 10,1% menjadi Rp 210,2 triliun.
Kemudian kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 11,0% menjadi Rp 108,3 triliun, kredit kendaraan bermotor (KKB) naik 13,6% menjadi Rp 46,1 triliun, saldo outstanding kartu kredit tumbuh 13,4% menjadi Rp 13,8 triliun, dan total portofolio kredit konsumer naik 11,7% (yoy) menjadi Rp 171,3 triliun.
Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 11,7% (yoy) menjadi Rp 711,3 triliun pada akhir 2022, dengan rasio loan at risk (LAR) 10% dan rasio non performing loan (NPL) 1,7%. Angka LAR dan NPL tersebut lebih rendah dibanding 2021.
Pada 2022 total dana pihak ketiga BCA tumbuh 6,5% menjadi Rp 1.040 triliun, sehingga total aset BCA terkerek naik 7,0% menjadi Rp 1.315 triliun.