S&P Kembali Turun, Terburuk Sejak Pertengahan Desember

Lona Olavia
23 Februari 2023, 07:25
S&P Kembali Turun, Terburuk Sejak Pertengahan Desember
xPACIFICA/Getty Image

S&P 500 memperpanjang penurunan beruntunnya menjadi empat sesi pada perdagangan Rabu (22/2) atau Kamis pagi waktu WIB. Bahkan penurunannya merupakan yang terburuk sejak pertengahan Desember. Investor berhati-hati meskipun panduan terbaru tentang kebijakan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat (AS) menunjukkan sedikit kejutan.

Melansir Reuters, Dow turun 0,26% ke posisi 33.045,09, S&P turun 0,16% ke posisi ke posisi 3.991,05. Sedangkan, Nasdaq mampu naik 0,13% ke posisi 11.507,07.

Risalah dari Federal Open Market Committee (FOMC) pada 31 Januari-Februari mengatakan bahwa "hampir semua" pejabat The Fed setuju untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi seperempat poin persentase.

Ada juga dukungan yang kuat untuk keyakinan bahwa risiko inflasi yang tinggi tetap menjadi faktor kunci yang akan membentuk kebijakan moneter dan kenaikan suku bunga lebih lanjut akan diperlukan sampai terkendali.

Pesan seperti itu membawa sedikit kejutan versus apa yang telah dikomunikasikan oleh The Fed dan gubernurnya dalam beberapa pekan terakhir. Pasar saham secara umum stabil setelah rilis risalah tersebut.

Namun pelemahan pada jam terakhir perdagangan menyeret S&P 500 dan Dow Jones Industrial kembali ke zona merah. Sedangkan Nasdaq Composite berhasil kembali ke wilayah positif meskipun di saat-saat terakhir.

"Jelas bahwa The Fed bertekad untuk melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga dan mereka akan melakukannya bahkan saat risiko resesi meningkat," kata analis pasar senior di Oanda Ed Moya.

Untuk S&P sekarang berada pada laju negatif terpanjang sejak pertengahan Desember dan berakhir di bawah 4.000 poin untuk hari kedua berturut-turut.

Terlepas dari penurunan yang dialami oleh S&P dan Dow, penurunan tersebut tidak setajam hari Selasa (21/2), yang merupakan kinerja harian terburuk yang dicatat oleh pasar pada tahun 2023. Di mana sebagian besar dari 11 sektor utama S&P 500 jatuh, dengan sektor energi dan real estat berkinerja paling buruk.

Menyusul kekalahan pasar pada tahun 2022, tiga indeks utama mencatat kenaikan bulanan pada bulan Januari karena investor berharap The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga dan mungkin berputar sekitar akhir tahun.

Namun saham mengalami volatilitas pada bulan Februari, karena para pedagang menghargai suku bunga yang lebih tinggi lebih lama. Dengan asumsi bahwa inflasi tetap lebih tinggi dalam ekonomi yang kokoh.

Pelaku pasar uang memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya pada 5,35% pada bulan Juli dan bertahan di sekitar level tersebut hingga akhir tahun 2023.

 

News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.
Advertisement

Artikel Terkait