Akhiri Februari, IHSG Ditutup Lesu di Level 6.843

 Zahwa Madjid
28 Februari 2023, 15:47
Akhiri Februari, IHSG Ditutup Lesu di Level 6.843
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU
Karyawan memotret layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Perdagangan IHSG di akhir pekan ini ditutup melemah 17,04 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.880,3.

Mengakhiri bulan kedua 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir dalam zona merah pada akhir perdagangan Selasa (28/2). Adapun penurunan 0,17% menempatkan IHSG ke level 6.843.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) volume perdagangan mencapai 19,7 miliar dengan frekuensi 1.23 juta kali dan nilai transaksi hingga Rp 14,5 triliun.

Saham-saham yang paling banyak ditransaksikan mayoritas adalah saham perbankan. Seperti saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai transaksi Rp 1,3 triliun. Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan nilai transaksi Rp 955 miliar, saham PT Astra International Tbk dengan nilai transaksi Rp 952 miliar, dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai transaksi Rp 928 miliar.

Terdapat 284 saham terkoreksi, 230 saham zona hijau dan 222 saham tak bergerak. Sedangkan kapitalisasi pasar mencapai Rp 9,52 triliun.

Pergerakan bursa Asia mayoritas berada dalam zona hijau. Nikkei 225 naik 0,08%, Shanghai Composite naik 0,66%, dan Strait Times naik 0,03%. Sedangkan Hang Seng turun 0,79%.

Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan dalam risetnya, pergerakan IHSG cenderung lesu di mana berlawanan arah dengan mayoritas indeks global yang menguat di tengah rilis indeks manufaktur yang tertekan semakin dalam. 

Namun laporan ekonomi terkuat global ketiga, Jepang membawa katalis positif di mana penjualan ritel bulanannya terakselerasi sebesar 1,9% dari sebelumnya terkontraksi cukup dalam hingga -4%. 

Hal ini membawa angka tahunannya terakselerasi sebesar 6,3% dari sebelumnya sebesar 3,8%. Bahkan kedua angka tersebut baik secara bulanan maupun tahunan mampu berada di atas ekspektasi pasar yang masing-masing sebesar 1,5% dan 4%. 

“Kami mengekspektasikan dengan penjualan ritel yang meningkat dan tingkat inflasi Jepang yang sudah berada di level 4% dapat dipertimbangkan kebijakan moneter yang agresif dalam waktu dekat,” kata tim riset Pilarmas, Selasa (28/2).

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...