Sektor Keuangan Rontok, Dow Jones Ditutup Terendah Sejak 9 November

Lona Olavia
10 Maret 2023, 06:49
Sektor Keuangan Rontok, Dow Jones Ditutup Terendah Sejak 9 November
xPACIFICA/Getty Image

Saham di Bursa Wall Street jatuh pada penutupan perdagangan Kamis (9/3) atau Jumat pagi WIB. Rontoknya indeks tersebut imbas saham bank dan saham keuangan lainnya yang banyak dijual investor. Selain itu investor juga tengah bersiap untuk laporan penggajian pada Jumat yang dapat membentuk arah suku bunga.

S&P 500 turun 1,85% menjadi 3.918,32, Dow Jones Industrial Average turun 543,54 poin atau 1,66% ke level 32.254,86. Begitujuga dengan indeks komposit Nasdaq yang bahkan merosot 2,05% ke posisi 11.338,35.

Kerugian hari Kamis membuat Dow Jones ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak 9 November 2022.

Untuk minggu dan tahun ini, indeks 30-saham masing-masing turun 3,4% dan 2,7%. Baik S&P dan Nasdaq masing-masing naik 2,05% dan 8,33% pada tahun 2023, tetapi berada di jalur penurunan mingguan sebesar 3% atau lebih.

Sektor perbankan mendapat kecaman setelah saham Silvergate Capital Corp ambruk semalam di tengah meningkatnya pengawasan di Washington. SVB Financial Group anjlok dengan jumlah rekor setelah penjualan saham untuk menopang kerugian.

Bank kripto terbesar kedua di dunia Silvergate Capital mengumumkan bakal berhenti beroperasi alias tutup. Sahamnya anjlok lebih dari 42% imbas kasus bursa kripto FTX. Silvergate melaporkan kerugian hingga US$1 miliar atau setara Rp 15,4 triliun (asumsi kurs Rp15.449 per dolar AS) di kuartal empat 2022. Bank merugi karena investor berlomba-lomba menarik deposito lebih dari US$ 8 miliar buntut kepanikan atas bangkrutnya bursa FTX.

Kerugian mendorong sektor keuangan S&P turun 4,1% untuk hari terburuk sejak Juni 2020. Pemimpin keuangan Bank of America dan Wells Fargo juga terpukul, masing-masing jatuh lebih dari 6%.

Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments mengatakan, sebelumnya pasar saham beberapa hari yang lalu bisa menguat dengan asumsi bahwa Fed akan berhenti menaikkan suku bunga. Namun tampaknya tidak ada data yang menunjukkan bahwa Fed harus menghentikan kenaikan suku bunga.

Hal ini membuat investor memilih nilai dalam aset yang kurang berisiko seperti obligasi yang menawarkan hasil yang menarik.

"Pasar sedang mencari katalis bullish dan tidak dapat menemukannya," kata Sarhan dikutip dari CNBC.com, Jumat (10/3).

Sementara itu, investor menerima lebih banyak berita tentang keadaan pasar tenaga kerja menjelang laporan nonfarm payrolls hari Jumat yang diawasi ketat. Klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 4 Maret naik lebih dari yang diharapkan, menandakan bahwa pasar tenaga kerja mungkin mulai melambat.

Meninjau kembali, laporan penggajian pada hari Rabu menunjukkan ekonomi yang tangguh, meningkatkan kekhawatiran bahwa Fed membutuhkan lebih banyak kenaikan suku bunga untuk memperlambatnya.

News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.
Advertisement

Artikel Terkait