Tunggu Restu OJK, PHE Siap Gelar IPO Terbesar di Indonesia
Anak usaha hulu Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi tengah dalam proses menuju penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham. Langkah itu menyusul PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang sudah tercatat lebih dulu di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada kuartal I 2023.
IPO PHE digadang-gadang akan menjadi yang terbesar di Indonesia. Lalu merupakan yang terbesar di Asia Tenggara untuk tahun ini.
Direktur Investment Banking Capital Market BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Kevin Praharyawan mengatakan, transaksi IPO PHE ini akan menjadi yang terbesar di Indonesia.
"Saat ini IPO PHE masih menunggu proses persetujuan dari OJK,” katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (14/4).
Sebelumnya, Kevin mengatakan bahwa BRIDS akan mengantarkan beberapa perusahaan lagi untuk go public pada tahun ini.
“BRIDS akan menangani beberapa IPO perusahaan yang bergerak dalam beragam sektor seperti industri keuangan, manufaktur, hingga IPO dari sektor energi yang digadang-gadang akan menjadi IPO terbesar di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (30/3).
Mengutip Reuters, menjelang IPO, PHE telah memulai roadshow edukasi investor pada akhir bulan lalu. PHE diperkirakan menjual 10-15 persen saham dalam penawaran umum. Sehingga dalam aksi korporasi ini perseroan dapat meraup dana jumbo hingga US$ 2 miliar atau sekitar Rp 29,4 triliun (kurs Rp 14.700 per dolar AS).
PHE telah melakukan registrasi OJK tahap ke-1 dan ke-2 dan sedang melanjutkan proses review lebih lanjut oleh OJK.
IPO PHE juga diharapkan dapat membantu mendorong nilai perusahaan Pertamina mencapai US$ 100 miliar pada 2024. PHE memiliki total pendapatan sebesar US$ 11,7 miliar dengan EBITDA US$ 3 miliar per kuartal III 2022. PHE memiliki rencana belanja modal setiap tahun antara US$ 4-5 miliar setara Rp 60-90 triliun.
Dalam hajatan besar ini, PHE akan dibantu oleh Citigroup, Credit Suisse dan JPMorgan, lalu BRI Danareksa dan Bank Mandiri.
Lebih lanjut dengan target pendanaan tersebut, IPO ini bisa menjadi IPO terbesar di Indonesia sepanjang masa mengalahkan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Sebagai perbandingan, Bukalapak mampu menggalang dana segar melalui IPO hingga Rp 21,9 triliun pada IPO 2021 lalu. Berikutnya ada PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) Rp 18,79 triliun, PT Goto Gojek Tokopedia (GOTO) Rp 13,72 triliun dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) Rp 12,24 triliun, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) Rp 9,99 triliun, dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang meraih Rp 9,05 triliun pada Februari 2023.
Indonesia adalah pasar IPO tersibuk di Asia Tenggara dengan penjualan saham baru sebesar US$ 828,1 juta sepanjang tahun ini, naik lebih dari empat kali lipat dari waktu yang sama di tahun 2022, menurut data Refinitiv.
Indonesia juga merupakan pasar ke enam paling aktif secara global dengan pangsa pasar 4,1% dari pasar IPO di seluruh dunia dibandingkan dengan 0,5% tahun lalu. IPO mendatang lainnya di ekonomi terbesar di Asia Tenggara tahun ini termasuk rencana listing perusahaan pupuk milik negara Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) yang dapat mengumpulkan US$ 500 juta, dan IPO perusahaan nikel Merdeka Battery Materials yang akan mengumpulkan hingga US$ 580 juta.
Pertamina Hulu berencana menggunakan sebagian besar dana hasil IPO untuk membiayai belanja modal kegiatan eksplorasi dan pengembangan serta akuisisi aset migas baru.
PHE merupakan subholding upstream Pertamina, yang memiliki produksi dan eksplorasi migas terbesar di Indonesia dan menjadi kontributor pendapatan terbesar bagi Pertamina. Targetnya, hasil IPO akan merealisasikan rencana pertumbuhan produksi 5 tahun ke depan.
Saat ini, produksi minyak mentah Indonesia dari waktu ke waktu trennya menurun, permodalan PHE disebut dapat meningkatkan pengembangan di wilayah kerja produksi yang dimiliki PHE baik di Indonesia maupun dikembangkan di beberapa negara lain di luar Indonesia.