Kekuatan Bursa Saham AS Diuji oleh Melonjaknya Imbal Hasil Obligasi

Melonjaknya imbal hasil obligasi mengguncang saham-saham di Bursa Amerika Serikat (AS). Beberapa investor khawatir saham-saham raksasa teknologi dan perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang mungkin menjadi titik lemah lainnya.
Tujuh saham megacap seperti Apple, Microsoft, Alphabet, Amazon, Nvidia, Tesla dan Meta Platforms telah memimpin pasar yang lebih luas ke posisi yang lebih tinggi tahun ini. Pada hari Selasa (26/9), saham-saham ini menyumbang lebih dari 80% dari total pengembalian S&P 500 untuk tahun 2023.
Investor melihat banyak saham sebagai penerima manfaat utama dari kemajuan kecerdasan buatan. Awal tahun ini, neraca keuangan dan model bisnis perusahaan-perusahaan besar yang kuat juga menarik mereka yang mencari aset safe haven ketika gejolak perbankan regional mengguncang sistem keuangan.
Namun kenaikan harga saham mereka menggelembungkan valuasinya dan beberapa investor mengatakan megacaps bisa menjadi rentan jika kenaikan imbal hasil obligasi terus menekan saham.
Saham-saham yang disebut magnificent seven tersebut diperdagangkan dengan rasio harga terhadap pendapatan rata-rata 31.8 berdasarkan perkiraan pendapatan untuk 12 bulan ke depan, menurut LSEG Datastream. Angka tersebut jauh melampaui rasio S&P 500 sebesar 18,1.
Dengan bobot kolektif sebesar 27% pada S&P 500, pelemahan saham megacaps dapat semakin mengempiskan indeks yang lebih luas. Apalagi indeks sudah turun 6,6% dari level tertingginya di bulan Juli. Secara year to date, S&P 500 masih tercatat naik lebih dari 11%.
Adapun Indeks S&P 500 menutup bulan September dengan penurunan sebesar 4,9% dan kuartal dengan penurunan 3,7%. Indeks Nasdaq Composite merosot 5,8% pada bulan September dan turun 4,1% selama kuartal. Sementara Dow Jones anjlok 3,5% selama bulan ini dan melemah 2,6% selama kuartal.