Analis Sebut Suku Bunga Tinggi Jadi Tantangan Bagi Sektor Perbankan
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan, bank-bank besar tengah mengalami perubahan signifikan dalam pertumbuhannya, terutama dalam hal pendapatan. Dia menyebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Pertama, suku bunga yang tinggi menjadi tantangan. Sejak awal tahun, biaya dana bank-bank telah meningkat. Apalagi dengan pembukaan kembali ekonomi, orang-orang mengurangi tabungannya.
“Dengan adanya pembukaan kembali ekonomi, orang tingkat belajarnya meningkat. Jadi tingkat menabungnya juga turun, akhirnya untuk mencari cost of fund itu menjadi sulit,” kata Martha dalam acara bertajuk "The Beauty of Index Investing: Index Fund and Capital Market Insights" pada Selasa (17/10).
Maka sebab itu, lanjut Martha, bank-bank mulai dari skala kecil, menengah, dan besar telah menaikkan suku bunga mereka dan cost of fund bank ikut meningkat.
Sementara dari sisi pendapatan, ia mengatakan, meski permintaan kredit tetap tinggi, tetapi bank perlu lebih berhati-hati karena tingkat suku bunga yang tinggi meningkatkan risiko.
Akibatnya, kata Martha, pertumbuhan kredit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Tak hanya itu, proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini hanya sekitar 7%-9% dibandingkan dengan 9%-11% tahun lalu.
Selain itu, sementara biaya dana naik, net interest margin bank-bank mengalami penurunan. Ia menegaskan hal ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan. Pertumbuhan dana pihak ketiga juga lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kredit.
Oleh karena itu, bank-bank perlu mencari solusi untuk mendapatkan dana pihak ketiga, seperti menaikkan suku bunga.
Dampak dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi daripada dana pihak ketiga adalah marjin yang lebih kecil dan hal ini menimbulkan tantangan. Terlebih lagi, lanjut Martha, dengan suku bunga tinggi, risiko dari pihak debitur juga meningkat sehingga pertumbuhan laba menjadi terbatas.
“Kemudian juga tantangannya adalah bahwa kalau suku bunga tinggi, itu risiko dari debitur-debitur itu menjadi meningkat, maka dari sisi laba itu menjadi pertumbuhannya terbatas,” ucap Martha.
Di sisi lain, dia tak mengkhawatirkan bank-bank besar karena memiliki modal yang kuat, sehingga risiko ini tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun, kata Martha, bank skala menengah dan kecil mulai mengalami tekanan.
Contohnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) yang tengah menghadapi beban signifikan.
Oleh karena itu, rekomendasi tetap fokus pada bank-bank besar, terutama yang bergerak dalam sektor kredit korporasi, salah satunya seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
“Makanya tetap rekomendasinya adalah tetap di bank-bank besar, terutama adalah yang memberi kredit korporasi itu lebih tinggi,” kata Martha.