Kasus Varian Delta Melonjak Menjadi 943, DKI Sumbang Kasus Terbanyak
Kasus positif Covid-19 dari Varian Delta di Indonesia sudah mencapai 943 kasus, hingga Selasa (27/7). Varian ini juga telah menyebar ke 22 provinsi, termasuk di provinsi Jambi.
Berdasarkan data Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, provinsi-provinsi di Pulau Jawa menyumbang kasus terbanyak. Enam provinsi di Pulau Jawa melaporkan adanya kasus Varian Delta sebanyak 790, atau 83,7 persen dari total kasus nasional. Jakarta menyumbang kasus terbanyak dengan angka mencapai 298 kasus. Namun, penambahan kasus terbanyak dalam seminggu terjadi di provinsi Jawa Barat yakni 49 kasus.
Di Luar Jawa, kasus varian Delta dilaporkan paling banyak terjadi di provinsi Nusa Tenggara Timur yakni 41 kasus serta Sumatera Utara dengan angka mencapai 20 kasus.
Data Badan Litbangkes juga menunjukan ada satu propinsi baru yang mengalami penularan varian Delta yakni Jambi dengan jumlah kasus mencapai dua.
Jumlah kasus Varian Delta yang dilaporkan hingga Selasa (27/7) naik sebanyak 141 kasus dibandingkan dengan yang dicatat hingga Rabu (21/7).
Berikut sebaran kasus Varian Delta di setiap provinsi.
1. DKI Jakarta : 298
2. Jawa Barat :277
3. Jawa Tengah : 164
4. Daerah Istimewa Yogyakarta : 20
5. Banten: 17
6. Jawa Tmur : 14
7. Sumatera Utara : 20
8. Sumatera Selatan: 10
9. Bengkulu: 3
10. Lampung: 3
11. Kepulauan Riau: 2
12. Jambi: 2
13. Bali: 8
14. Nusa Tenggara Timur: 41
15. Nusa Tenggara Barat: 16
16. Kalimantan Timur: 13
17. Kalimantan Utara: 8
18. Kalimantan Tengah: 4
19. Sulawesi Barat: 1
20. Sulawesi Selatan: 11
21. Gorontalo: 1
22. Papua: 10
Varian Delta diyakini menjadi pemicu melonjaknya kasus Covid-19 dan tingginya angka kematian di Indonesia. Varian yang diketahui berasal dari India tersebut dipercaya bisa menginfeksi manusia lebih cepat dibandingkan varian lainnya. Varian Delta diperkirakan mulai masuk ke Indonesia sejak akhir April lalu.
Hasil evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menyebutkan Covid-19 varian Delta tersebar secara lebih cepat di wilayah industri dibandingkan nonindustri.
Maka itu, pengetatan protokol kesehatan di wilayah industri perlu terus dilakukan agar tidak menjadi klaster baru. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Rapat Koordinasi Evaluasi PPKM di Wilayah Industri, Senin (26/7).
"Hasil pemantauan sampai saat ini menunjukkan tingginya intensitas cahaya pada malam hari, yang mengindikasikan adanya kegiatan. Ini paling banyak ditemukan di daerah industri. Oleh sebab itu, kami evaluasi lagi, perketat prokes agar tidak terjadi klaster baru," katanya dalam keterangan tertulis seperti dikutip dari Antara, Selasa (27/7).
Pemerintah terus mengevaluasi implementasi PPKM, termasuk di wilayah industri. Hal itu bertujuan untuk mencegah munculnya klaster Covid-19 dari kawasan industri, antara lain Kabupaten Bekasi, Karawang, Tangerang Selatan, Tangerang, Bogor, Kudus, Sidoarjo, Mojokerto, dan Gresik.
Berdasarkan data dari Kabupaten Karawang, Covid-19 varian delta tersebar secara lebih cepat di wilayah industri dibandingkan nonindustri. Akan tetapi, dampak peningkatan aktivitas industri terhadap peningkatan kasus Covid-19 dapat dimitigasi dengan penerapan prokes secara ketat.