Menperin Sebut Cina di Balik Lonjakan Harga Baja Dunia hingga 20%
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan saat ini harga baja konstruksi di pasar global rata-rata naik sekitar 10-20%. Kenaikan tersebut dipicu oleh langkah Cina yang memutuskan untuk mengurangi produksinya.
“Harga baja dunia sedang naik, pertama karena ore baja sedang naik. Kedua, karena Cina sedang mengurangi pasokan baja di negaranya,” kata Agus dalam konferensi pers Keterangan RAPBN 2022, di Jakarta, Senin (16/8).
Harga bijih baja pada akhir Juli 2021 berada di kisaran US$214/ton, jauh lebih tinggi dibandingkan periode Juli 2020 sekitar US$104/ton. Cina merupakan produser baja terbesar di dunia dan negara tersebut memproduksi baja sebanyak 271 juta ton baja pada kuartal I/2021. Cina memutuskan untuk mengurangi produksi baja sebagai upaya untuk mengurangi emisi karbon.
Agus mengklaim bahwa, saat ini impor baja nasional cukup terkendali secara pasokan dan permintaan. Indonesia telah mampu menekan impor baja sebesar 35% tahun lalu dengan melakukan pendekatan smart supply and demand, yakni dengan mengatur supply and demand secara terstruktur dan sesuai dengan kapasitas industri nasional.
Ia menjelaskan, neraca perdagangan baja pada Semester I 2021 mengalami surplus sebesar US$ 2,7 miliar dengan nilai ekspor US$ 9,4 miliar dan impor US$ 6,7 miliar. Agus menyebut, produksi baja dalam negeri tumbuh meningkat, Rata-rata utilisasi industri baja nasional sebesar 60% dan industri baja lapis seng (Bj.LS) di atas 80%.
Oleh karena itu, Kemenperin terus berupaya untuk memperkuat industri baja nasional. Oleh karena itu, melakukan pengoptimalan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi produk baja.
“Baja ini merupakan sektor yang sangat penting yang akan terus kami bina. Beberapa langkah ke depan yang akan kami lakukan tentu bekerja sama dengan kementerian lain untuk memperketat komitmen kita terhadap TKDN khususnya untuk infrastruktur,” katanya.