Harga Rumah di AS Meroket, Rencana Tapering Off Fed Dibayangi Inflasi

Abdul Azis Said
1 September 2021, 09:30
Tapering off, inflasi, AS
Reuters
The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell

Harga rumah di Amerika Serikat (AS) yang terus meroket memberikan tekanan baru bagi rencana tapering off alias pengetatan stimulus oleh bank sentral AS The Fed. Kenaikan harga rumah secara tahunan di negara adi kuasa tersebut bahkan tercatat tertinggi dalam sejarah,  melampaui harga saat krisis tahun 2008.

Menurut indeks harga rumah nasional yang dirilis S&P CoreLogic Case-Shiller, pada bulan Juni 2021, harga rumah di AS naik 18,6% secara tahunan (year on year). Pertumbuhan ini meningkat dibandingkan yang tercatat pada bulan sebelumnya  yakni 16,8% .
Kenaikan itu tercatat sebagai yang terbesar dalam sejarah indeks sejak tahun 1987. Harga rumah di AS saat ini juga 41% lebih tinggi dari puncak terakhir mereka selama ledakan perumahan di tahun 2006.

Survei ini mengukur penjualan semua jenis rumah, termasuk penjualan berulang dari rumah yang sama setiap bulannya. Indeks ini memiliki dua kategori, yakni komposit 10 kota, yang pada Juni 2021 naik 18,5% serta komposit 20 kota yang kenaikannya lebih tinggi yakni 19,1%.

Harga di hampir setiap kota dalam indeks 20 kota berada pada titik tertinggi sepanjang sejarah, kecuali di Chicago. Adapun Phoenix, San Diego dan Seattle melaporkan kenaikan harga tertinggi dari 20 kota yang disurvey. Harga di Phoenix meningkat 29,3% dari tahun ke tahun. Harga rumah di San Diego naik 27,1%, dan di Seattle  naik 25,0%. 

Kepala investasi di Bleakley Advisory group Peter Boockvar menilai inflasi pada harga rumah telah melampaui batas normal.
"Harga naik pada kecepatan yang benar-benar di luar kendali yang tidak berkelanjutan dan tidak sehat," kata Boockvar seperti dikutip dari CNBC, Rabu (1/9).

Harga rumah terus melonjak karena permintaan yang menguat sementara pasokan masih cenderung rendah. Menurut Asosiasi Makelar Nasional, pasokan untuk properti pada Juli 2021 telah meningkat secara bulanan, namun jika dibandingkan periode tahunan mengalami penurunan 12%.

Rilis data harga rumah ini memberi peringatan terhadap sikap 'santai' bank sentral terhadap  inflasi yang tinggi saat ini. Gubernur The Federal Reserve (Fed) Jerome Powell pada simposium Jackson Hole akhir pekan lalu menengaskan bahwa pemulihan ekonomi masih berlanjut sehingga inflasi kemungkinan hanya bersifat sementara. Ini di tengah banyaknya keraguan inflasi akan bertahan lama sehingga kenaikan suku bunga Fed perlu dipercepat.

“Setiap kali anda mendengar bahwa inflasi bersifat sementara, ingatlah bahwa inflasi harga rumah ganda belum muncul di indeks. Perumahan mewakili 40% dari inflasi inti,” kata mantan Menteri Keuangan dan penasihat ekonomi Gedung Putih Obama Larry Summers dalam tweetnya baru-baru ini.

Sebuah postingan minggu lalu di situs resmi The Fed regional kota Dallas, secara khusus, membahas kenaikan harga perumahan.
Ekonom Xiaoqing Zhou dan Jim Dolmas menulis bahwa kenaikan harga rumah biasanya merupakan indikator utama untuk komponen sewa, yang merupakan sebagian besar mencakup harga sewa tempat tinggal dalam perhitungan inflasi. Keduanya menjelaskan, korelasi antara kenaikan harga rumah dengan biaya sewa biasanya mencapai 18 bulan.

Ini berarti kenaikan biaya perumahan sekarang berpeluang mendorong kenaikan beban sewa yang lebih berat di tahun-tahun mendatang.

Seperti diketahui, Powell dalam pidatonya di simposium yang lalu juga kembali menengaskan bank sentral akan merencanakn tapering akhir tahun ini. Langkah penarikan stimulus ini dilakukan melalui pengurangan pembelian obligasi pemerintah. Kendati demikian, Powell belum memberi keterangan yang jelas kapan Fed akan memulainya. Beberapa pejabat regional mendesak agar pengurangan pembelian bisa dilakukan Oktober mendatang.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Maesaroh

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...