Mengubah Konstitusi Demi Jabatan 3 Periode, Presiden Guinea Dikudeta

Pasukan elit militer Guinea melakukan kudeta dan menangkap Presiden Alpha Conde, pada Minggu (5/9). Kudeta ini adalah buntut ketidakpercayaan militer setelah Conde mendorong dilakukannya amandemen konstitusi pada Maret 2020. Amandemen itu memuluskan langkahnya menjabat presiden selama tiga kali periode.
Kudeta diawali dengan baku tembak selama berjam-jam di kawasan Kaloum, Conakry di mana terdapat istana kepresidenan. Baku tembak yang terjadi pada Minggu pagi waktu setempat sempat menimbulkan pertanyaan dan kebingungan rakyat.
Rekaman video yang beredar memperlihatkan adanya kendaraan militer dan tentara yang berada di kawasan Conakry. Namun, pemerintah melalui media setempat melaporkan kondisi sebaliknya, bahwa negara tersebut dalam keadaan aman.
Kebingungan rakyat berakhir saat pemimpin kudeta Kolonel Angkatan Darat Mamadi Doumbouya tampil di televisi dan mengumumkan kalau pihaknya telah sukses menggulingkan Presiden Conde.
"Tugas tentara adalah menyelamatkan negara. Kami telah memutuskan untuk menangkap presiden dan membubarkan konstitusi. Kita tidak lagi mempercayai politik yang dikendalikan satu orang, kita akan mengembalikan politik kepada rakyat," tutur Doumbouya yang melakukan konferensi pers dari markasnya dengan mengenakan bendera negara tersebut, seperti dilansir AFP.
Doumbouya juga telah menutup perbatasan negara tersebut. Conde saat ini dikabarkan disembunyikan militer di sebuah lokasi yang dirahasiakan. Video yang beredar memperlihatkan Conde dalam keadaan kusut dan tengah berada di sebuah kamp militer.
Menyusul pengumuman militer terkait kudeta, rakyat turun ke jalan untuk merayakan digulingkannya Conde. Suara klakson menyertai iring-iringan truk dan pick up militer yang lalu lalang di jalanan.
"Guinea, akhirnya bebas!," ujar salah seorang warga dari balkon rumahnya menyambut kudeta militer.