Moratorium Sawit Tidak Dilanjutkan, Indonesia Hadapi Dua Resiko Besar

Image title
Oleh Maesaroh
21 September 2021, 17:24
moratortium sawit, ekspor, sawit, CPO
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit saat panen di Desa Jalin, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Senin (23/8/2021). Pemerintah belum memutuskan akan memperpanjang atau menghentikan moratorium sawit. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.

Indonesia akan menghadapi dua resiko besar jika memutuskan untuk tidak memperpanjang moratorium sawit. Selain terancam menghadapi pelemahan harga sawit dan ekspor, Indonesia harus berhadapan dengan kecaman dunia internasional terutama aktivis lingkungan hidup.

Andrian Bagus Santoso, Industry Analyst Bank Mandiri, mengatakan perpanjangan moratorium akan  menguntungkan Indonesia karena kebijakan tersebut bisa semakin melambungkan harga sawit. Perpanjangan akan menjadi sentimen penopang harga CPO yang kini masih tinggi.

Advertisement

"Kalau diperpanjang kan ke depan supply nya relatif terjaga karena tidak ada perkebunan besar yang ditambah atau dibuka,"tutur Andrian saat dihubungi Katadata, Senin (20/9).

 Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo menginstruksikan moratorium sawit melalui Inpres Nomor 8 Tahun 2018. Aturan tersebut memerintahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk melakukan penundaan pelepasan atau tukar-menukar kawasan hutan perkebunan kelapa sawit.

Pemberlakuan peraturan tersebut berakhir pada 19 September. Namun, hingga kini pemerintah belum mengeluarkan kepastian apakah moratorium berlanjut atau tidak.

Indonesia merupakan produser dan eksportir terbesar sawit di dunia. Nilai ekspor sawit akan sangat menentukan besaran ekspor secara keseluruhan.

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor lemak dan minyak hewan/nabati, di mana mayoritasnya merupakan CPO, pada Agustus mencapai US$4,05 miliar, naik 61,6% dibandingkan bulan sebelumnya.

Besarnya ekspor CPO melambungkan ekspor Indonesia secara keseluruhan di bulan Agustus yakni US$21,42 miliar, rekor tertinggi dalam sejarah Indonesia.
Selama periode Januari-Agustus, ekspor kelompok tersebut menembus US20,64 miliar atau naik 70% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Kalau aturan itu diperlonggar seperti semula. Saya rasa itu akan menjadi sentimen negatif ke harga. Harga akan terkoreksi karena ke depannya supply akan bertambah,"tambah Adrian.

Pekerja mengangkut dan menata tandan buah segar kelapa sawit saat panen di Desa Jalin,, Aceh, Senin (23/8/2021).
Pekerja mengangkut dan menata tandan buah segar kelapa sawit saat panen di Desa Jalin,, Aceh, Senin (23/8/2021). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.)



Menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), harga CPO untuk pengiriman bulan November berada di kisaran US$1.200/metrik ton. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan November 2020 yang berada di kisaran US$800/metric ton.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement