Pemerintah Ajak Volvo Bangun Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia
Pemerintah Indonesia mengajak produsen otomotif Swedia Volvo untuk menanamkan investasi di sektor kendaraan listrik di tanah air. Volvo pun mengaku akan mempertimbangkan tawaran tersebut.
Ajakan tersebut disampaikan Duta Besar (Dubes) RI untuk Kerajaan Swedia Kamapradipta Isnomo saat berkunjung ke pabrik Volvo Group dan Volvo Cars di pinggiran kota Gothenburg, Swedia. Hadir perwakilan Volvo adalah Senior Vice President Per-Erik Lindström, dan Vice President Tomas Andersson.
Kamapradipta meminta Volvo untuk memanfaatkan perkembangan industri baterai di Indonesia dengan membangun pabrik kendaraan berbasis listrik sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan teknologi baterai.
"Volvo menyambut baik perkembangan industri baterai di Indonesia, dan akan pertimbangkan peluang bisnis penggunaan teknologi berbasis listrik. Selain itu, Volvo juga siap memfasilitasi kebutuhan untuk penuhi teknologi transisi, seperti diesel bersih dan hybrid," ujar SVP Lindström, seperti dikutip siaran pers Kementerian Luar Negeri, Kamis (23/9).
Pada Juli lalu, Volvo mengumumkan rencana revolusioner mereka untuk memproduksi kendaraan listrik yang mampu menempuh jarak 1.000 km dengan sekali daya. Kendaraan tersebut juga akan menerapkan teknologi self-driving . Volvo juga berambisi untuk mengalihkan seluruh produksi mobil mereka menjadi mobil listrik pada 2030.
Ambisi Volvo ini sejalan dengan pemerintah Indonesia yang ingin menjadikan Indonesia sebagai produsen mobil listrik terbesar di dunia. “Indonesia sangat terbuka untuk bisnis,” kata Kamapradipta.
Pada 15 September lalu sudah dilakukan groundbreaking pabrik baterai listrik milik PT Industri Baterai Indonesia serta konsorsium LG. Pemerintah menyebut ada tujuh negara yang tertarik berinvestasi di industri baterai kendaraan listrik nasional. Investor itu di antaranya berasal dari Eropa, Tiongkok, dan Asia Tenggara.
Selain dengan Volvo, Kamapradipta juga melakukan pertemuan dengan Ericsson, Head of Innovation and Sustainability Jonas Wilhelmsson. Dalam pertemuan itu, Ericsson menjelaskan berbagai contoh aplikasi teknologi baru yang saat ini dikembangkan Ericsson menggunakan jaringan 5G, terutama pada industri transportasi publik.
"Ericsson meyakini teknologi 5G akan membawa perubahan signifikan dalam berbagai industri, terutama sektor transportasi dan pengembangan kota pintar. Ericsson akan terus bekerja sama dengan mitra lokal di Indonesia untuk perkenalkan teknologi baru tersebut untuk kemajuan sektor-sektor strategis," ujar Wilhelmsson.
Kamadripta juga bertemu dengan President and CEO SKF, Rickard Gustafson. Dalam pertemuan, Indonesia menyampaikan apresiasi atas rencana relokasi bisnis dari negara kawasan ke Indonesia dan pelaksanaan program pendidikan vokasi bagi mahasiswa Indonesia.
"SKF siap untuk kembangkan sayap bisnis di Indonesia dan melakukan investasi untuk tingkatan kapasitas SDM Indonesia," ujar Gustafson.
Sampai saat ini, terdapat lebih dari 100 perusahaan yang berasal atau memiliki keterkaitan dengan Swedia yang hadir di Indonesia. Bahkan, beberapa perusahaan tersebut telah lama hadir, seperti Ericsson sejak tahun 1907, Volvo sejak tahun 1975 dan SKF sejak tahun 1986.