Selain Ekonomi, Kemitraan ASEAN - Korsel Bidik Tujuh Tujuan Strategis
Kemitraan negara-negara ASEAN dengan Korea Selatan tidak hanya didasarkan pada prinsip mencari keuntungan semata. Kemitraan strategis tersebut juga harus menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkontribusi ke masyarakat.
Direktur Jenderal Urusan Ekonomi Bilateral Kementerian Luar Negeri Republik Korea Miyon Lee mengatakan di luar keuntungan ekonomi, kemitraan ASEAN-Korea Selatan akan didasarkan pada tujuh tujuan strategis.
Adapun tujuh tujuan strategis kerja sama Republik Korea dengan ASEAN di antaranya, mengenai penganggulangan pandemi Covid-19, pengembangan pendidikan, mempromosikan pertukaran budaya, membangun pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, mengembangkan infrastruktur, mengembangkan industri, dan menjawab tantangan perubahan iklim.
Ekonomi berkelanjutan menekankan tanggung jawab perusahaan-perusahaan Korea Selatan kepada masyarakat lokal.
Juga, perluasan kontribusi perusahaan tersebut kepada masyarakat lokal di masing-masing negara ASEAN.
“Pemerintah Korea berharap perusahaan kami untuk tidak hanya menghasilkan keuntungan bisnis, tetapi juga memberikan kontribusi kepada masyarakat setempat dan menunjukkan model bisnis untuk pertumbuhan bersama,” kata Miyon Lee dalam ASEAN-Republic of Korea CSR Forum, Kamis (7/10).
Salah satu bentuk dari pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tersebut adalah keputusan Korea Selatan untuk terus menambah program pelatihan dan bea siswa masyarakat ASEAN ke negara mereka.
Seperti diketahui, Korea Selatan dan negara ASEAN telah menandatangani kerja sama perdagangan bebas sejak 2005 silam.
Direktur Jenderal Urusan Ekonomi Bilateral Kementerian Luar Negeri Republik Korea Miyon Lee mengatakan, total perdagangan antara Korea Selatan dengan ASEAN pada 2020 tercatat sebesar US$ 143,8 miliar.
Sementara itu, pada tahun yang sama, total investasi Korea Selatan ke ASEAN sebesar US$ 9,2 miliar.
Capaian tersebut menjadikan ASEAN yang beranggotakan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam menjadi mitra dagang terbesar Korea Selatan dan tujuan investasi terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS).
“ASEAN telah menjadi mitra diplomatik utama Korea sejak 32 tahun terakhir. Di bawah pemerintahan presiden Moon Jae-In, hubungan bilateral kita telah memasuki wajah baru,” katanya.
Sementara itu, mengutip data Kementerian Perdagangan, pada tahun 2020, total nilai perdagangan Indonesia-Korea Selatan membukukan US$ 13,3 miliar, dengan total ekspor indonesia ke Korea Selatan pada tahun 2020 mencapai US$ 6,5 miliar.
Selama periode Januari sampai Agustus 2021, ekspor Indonesia ke Korea Selatan mencapai US$ 5,6 miliar. Jumlah ini masih lebih kecil dari total impor pada periode yang sama yakni sebesar US$ 6,1 miliar.
Mengingat besarnya pasar Korea Selatan itulah, Indonesia membidik Korea Selatan sebagai salah satu pasar ekspor produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Sejumlah peluang pun terus dijajaki untuk memenuhi target tersebut, di antaranya melalui Persetujuan Indonesia-Korea Selatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).
Wakil menteri perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan, persetujuan IK-CEPA akan sangat menguntungkan pengusaha Indonesia khususnya pelaku UMKM karena tarif ekspor produknya nol persen.
“Melalui IK-CEPA, terdapat 11.267 produk Indonesia yang dapat dipasarkan ke Korea Selatan dengan tarif nol persen. Hal ini dapat dimanfaatkan produ UMKM di daerah untuk masuk ke pasar Korea Selatan,” kata Jerry dalam keterangan resminya, Sabtu (18/9).
Dalam perdagangan jasa, kedua negara membuka akses pasar terhadap lebih dari 100 subsektor jasa dan akan akan terus bertambah nantinya. Hal ini dinilai baik bagi peningkatan perdagangan jasa kedua negara dan meningkatkan kepercayaan akan kualitas sektor jasa masing-masing.
Beberapa produk Indonesia yang berpotensi mengalami kenaikan ekspor ke Korea Selatan, yaitu sepeda, sepeda motor, aksesoris sepeda motor, olahan ikan, kaos kaki, rumput laut, durian, dan salak.
Sementara potensi peningkatan impor produk Korea Selatan yaitu sayur dan buah kaleng, baju hangat, olahan susu (yogurt), kain wol, dan kayu lapis.