AS dan Taliban Gelar Pertemuan Bahas Terorisme-Bantuan Vaksin Covid-19
Pejabat Amerika Serikat (AS) dan Taliban bertemu di Doha, Qatar untuk membahas sejumlah isu strategis kedua negara. Ini adalah pertemuan resmi pertama kedua negara sejak AS menarik pasukan dari Afganistan, Agustus lalu.
Dilansir dari BBC, pertemuan kedua negara membahas sejumlah isu seperti penanganan ekstrimisme dan terorisme, evakuasi warga AS yang masih di Afganistan, serta bantuan kemanusian termasuk pengiriman vaksin Covid-19.
Namun, pihak AS menegaskan pertemuan tersebut tidak serta mengindikasikan jika negara tersebut sudah mengakui pemerintahan Taliban.
Pertemuan tersebut berlangsung sehari setelah serangan mematikan di sebelah utara Kunduz yang menewaskan sedikitnya 50 orang dan melukai 100 orang lainnya.
Berbicara setelah pertemuan, Plt Menteri Luar Negeri Taliban Mullah Amir Khan Muttaqi mengatakan kedua negara sepakat untuk menjunjung perjanjian Doha yang ditandatangani kedua negara pada 2020 silam.
Perjanjian tersebut termasuk kewajiban Taliban untuk mencegah kelompok ekstrimis seperti al-Qaeda mengancam AS dan sekutunya.
Mutaqqi mengatakan pejabat AS juga berjanji mereka akan mengirimkan bantuan kemanusiaan dan vaksin Covid-19.
Dalam pertemuan, Taliban juga mendesak Amerika Serikat untuk memberikan akses terbatas ke cadangan negara Afganistan yang tersimpan di bank sentral mereka, Da Afghanistan Bank (DAB).
Kendati sudah mengambalih kekuasaan, Taliban masih belum bisa mengakses aset negara Afganistan sekiar US$10 miliar yang dipegang bank sentral mereka karena banyak tersimpan di luar negeri.
AS menegaskan bahwa aset bank sentral Afghanistan tidak bisa diberikan kepada Taliban sementara Dana Moneter Internasional (IMF) sudah mengatakan mereka tidak akan memberikan askes pinjaman ke negara tersebut. padahal, Afghanistan tengah dilanda krisis pangan karena tidak adanya dana.
Pihak AS sendiri menolak berkomentar mengenai pertemuan yang digelar Sabtu (9/10). Namun, sebelumnya, mereka mengatakan AS akan memanfaatkan pertemuan dengan Taliban untuk meminta Taliban menghormati hak-hak perempuan dan mengizinkan bantuan kemanusian dijalankan di negara tersebut.
Dalam beberapa kesempatan, pemerintahan AS mengatakan mereka akan terus berdialog dengan Taliban.
Dialog dilakukan atas nama kepentingan negara mereka, bukan memberikan legitimasi atas kekuasaan Taliban.
Pertemuan AS dan Taliban masih akan berlanjut pada hari hari ini, Minggu (10/10). Selain dengan AS, pemerintaan Taliban juga akan bertemu dengan perwakilan Uni Eropa.
Mutaqqi mengatakan mereka akan memperbaiki hubungan mereka dengan komunitas internasional tapi tetap menegaskan bahwa tidak ada satupun kepentingan yang bisa mengintervensi persoalan dalam negeri mereka.
Serangan di Kunduz
Sementara itu, bom bunuh diri terjadi di Masjid Gozar-e-Sayed Abad di kota Kunduz, Afganistan di tengah shalat Jumat (8/10). Serangan tersebut merupakan menjadi yang paling mematikan sejak AS angkat kaki dari Afghanistan akhir Agustus lalu.
Rekaman video memperlihatkan puluhan mayat terjebak di tengah reruntuhan Masjid Gozar-e-Sayed Abad. Masjid tersebut merupakan masjid minoritas komunitas Muslim Syiah. Insiden tersebut juga merupakan serangan ketiga sejak Taliban menguasai pemerintahan Afghanistan.
Seperti diketahui, Taliban menguasai pemerintahan Afghanistan pada 15 Agustus setelah Presiden Ashraf Ghani kabur ke Uni Emirat Arab.
Pengambilalihan kepemimpinan hanya terjadi dua minggu sebelum deadline penarikan pasukan AS dari Afghanistan.