WHO Butuh Rp 331 Triliun untuk Penanganan Covid-19 Setahun

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membutuhkan dana sekitar US$ 23,4 miliar atau sekitar Rp 332 triliun untuk penanganan Covid-19 sampai September tahun 2022 atau setahun ke depan.
Dana tersebut digunakan untuk membantu menyediakan akses ke vaksin, perawatan, dan tes Covid-19 di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
“Angka ini tidak berarti jika dibandingkan dengan kerugian ekonomi triliunan dolar yang disebabkan oleh pandemi dan biaya rencana stimulus untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional,” kata WHO dalam keterangan resminya, dikutip dari Bloomberg, Jumat (29/10).
Dilansir dari Reuters, WHO berencana untuk fokus pada upaya pencegahan adanya potensi lima juta kematian akibat virus Corona.
Uang yang dikucurkan lewat ACT-Accelerator ini diharapkan dapat mencakup penggunaan obat antivirus oral eksperimental yang dibuat oleh Merck (MSD) untuk mengobati kasus dengan gejala ringan dan kasus sedang.
Jika penggunaan obat tersebut disetujui oleh otoritas berwenang, diperkirakan hanya akan memakan biaya sebesar US$ 10 per kursus.
Sementara itu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, saat ini negara-negara berpenghasilan tinggi telah menggunakan 75% dari semua vaksin Covid yang diproduksi.
Sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah baru menerima sekitar setengah dari 1% vaksin dunia.
Tedros mencontohkan, seperti di Afrika, hanya 5% dari sekitar 1,4 miliar orang Afrika sudah divaksinasi sepenuhnya.
Sementara itu, negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris mulai mendistribusikan suntikan penguat atau booster.
Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan menyebut, fasilitas vaksin COVAX telah mengirimkan sekitar 400 juta dosis vaksin Covid-19 ke lebih dari 140 negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana tingkat vaksinasi saat ini masih terbilang rendah.
"Sekitar 82 negara kemungkinan akan mencapai target global WHO untuk cakupan vaksinasi sebesar 40% pada akhir tahun. Namun, beberapa negara lain baru akan mencapai target jika distribusi pasokan vaksin mulai lancar," kata dia.
Swaminathan menyampaikan, saat ini yang mengganggu distribusi vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah adalah kebutuhan akan dosis booster.
Ia menyebut, semakin banyak negara berpenghasilan tinggi yang menggunakan dosis booster maka akan semakin menggangu distribusi vaksin.
"Hampir satu juta suntikan booster diberikan setiap hari. Jumlah tersebut sama dengan tiga kali lipat jumlah vaksin yang diberikan di negara-negara berpenghasilan rendah," katanya.
Terkait hal yang sama, gabungan mantan presiden, perdana menteri, dan pemimpin dunia di seluruh dunia meminta agar G20 membagikan kelebihan pasokan vaksin mereka kepada negara-negara berpendapatan rendah.
Mantan pemimpin dunia yang tergabung dalam kelompok tersebut di antaranya mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, mantan PM Inggris Gordon Brown, serta mantan Presiden Brasil Fernando Cardoso.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan