Vanessa Angel Kecelakaan di Tol, Mengapa Tol Kerap Makan Korban Jiwa?
Artis Vanessa Angel bersama suami dikabarkan tewas dalam kecelakaan mobil di jalan tol Nganjuk arah Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/11). Insiden ini menambah deretan panjang daftar korban jiwa akibat kecelakaan tol di Indonesia.
Dilansir dari Antara, kecelakaan mobil disebabkan oleh supir yang mengantuk.
Dalam laporan kronologi kejadian, disebutkan kendaraan yang berisi Vanessa dan empat penumpang lain awalnya berangkat dari Jakarta menuju Surabaya.
Di kilometer 673 ruas tol Jomol, kendaraan tersebut mendadak menabrak beton pembatas kiri ruas tol karena supir mengantuk.
Kendaraan kemudian terpelanting dan berputar, kemudian berhenti di lajur cepat. Kecelakaan terjadi
di tol Nganjuk arah Surabaya pukul 12.36 WIB.
Mobil yang ditumpanginya berisikan lima penumpang, dua orang meninggal dunia dan tiga orang luka-luka.
Pihak kepolisian mengatakan dua nama penumpang yang ada di dalam mobil tersebut adalah Febri Adriansyah dan Vanessa Adzania (Vanessa Angel).
Saat ini, korban sedang dievakuasi, sementara tiga orang yang luka dibawa ke RS Kertosono Nganjuk dan korban meninggal dunia dibawa ke Rs Bhayangkara Surabaya, Jawa Timur.
Sementara, Tiga orang lainnya dilaporkan terluka dalam insiden itu.
Tol Indonesia Kerap Makan Korban Jiwa
Tewasnya Vanessa Angle menambah panjang daftar korban tewas akibat kecelakaan tol. Pada Kamis pagi (4/11) pukul 0200 WIB juga terjadi kecelakaan terjadi di jalan Tol Cipali KM 113 arah Jakarta.
Kecelakaan tersebut menewaskan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) I Gede Suparta Budisatria .
Pada Sabtu (16/10), kecelakaan terjadi di kilometer 91 melibatkan sebuah truk kontainer dan satu unit mobil minibus di Tol Cipularang.
Kecelakaan tersebut menewaskan satu orang yang diketahui adalah Yan Bastian.
Almarhum merupakan Merchandising Director PT Indamarco Prismatama, pengelola jaringan minimarket Indomaret.
Tol Cipularang yang menghubungkan Cikampek-Purwakarta-Padalarang merupakan salah satu ruas tol yang kerap memakan korban kecelakaan. Sejumlah kecelakaan maut pernah terjadi pada ruas tol tersebut.
Pada September 2020, di kilometer 91, terjadi kecelakaan melibatkan melibatkan 20 kendaraan termasuk dua truk. Kecelakaan menewaskan delapan orang.
Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan mengungkapkan bahwa mayoritas kecelakaan jalan tol di tanah air disebabkan oleh faktor geometrik jalan.
Dari segi geometriknya ada dua macam jenis jalan tol di Indonesia. Pertama, jalan tol dengan alinyemen vertikal seperti jalan tol Cikampek–Purwakarta–Padalarang (Cipularang).
Jalan tol dengan alinyemen vertikal ini memiliki kontur jalan yang menurun. Kecelakaan di jalan tol seperti ini lebih banyak disebabkan oleh brake fading atau kondisi di mana kampas rem mengalami kelebihan panas (overheat).
"Di sini lebih banyak faktor human error, bukan masalah kendaraannya. Pengemudi harusnya menggunakan gigi rendah atau exhaust break tapi dia menggunakan gigi tinggi, akhirnya kampasnya panas dan terdorong," kata Wildan kepada Katadata, Selasa (19/10).
Sementara untuk jalan tol dengan alinyemen vertikal atau lurus seperti jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali), dan jalan tol Pemalang-Semarang, banyak terjadi kecelakaan karena adanya perbedaan atau gap kecepatan antara kendaraan besar seperti truk kontainer dengan kendaraan kecil.
KNKT pernah mencatat, perbedaan kecepatan antara truk besar dengan kendaraan kecil seperti mini bus sangat tinggi, mencapai 100 kilometer per jam.
Padahal, standar aman untuk gap kecepatan di jalan tol adalah 30 kilometer per jam. Perbedaan ini yang banyak menyebabkan terjadinya kecelakaan tabrak depan belakang.
Kendaraan pribadi cenderung over speeding karena adanya ilusi mata pada desain penampang melintang di jalan tol.
Selain itu, tiga elemen geometri jalan yaitu penampang melintang jalan, alinyemen vertical serta alinyemen horizontal semuanya berada dalam keadaan standar dan hal ini justru membuat lengah dan meningkatkan rasa kantuk pengemudi.
Desain bahu jalan yang membentuk slope, yang membuat pengemudi pada saat berbelok dapat membentuk superelevasi yang terbalik dan menyebabkan kendaraan keluar dari badan jalan (bodyroll).
Penyebab lain yang mengakibatkan seringnya terjadi kecelakaan di jalan tol adalah belum adanya regulasi yang jelas terkait larangan bagi truk kelebihan muatan (ODOL) masuk jalan tol.
Truk ODOL cenderung melanggar batas minimal kecepatan karena keterbatasan power weight ratio dan kemampuan rem.
Ditambah lagi, titik buta atau blind spot pada truk pengangkut barang sangat besar.
Artinya truk tidak bisa melihat kendaraan yang berada di belakangnya, sehingga ketika truk tersebut pindah lajur tiba-tiba, maka kendaraan di belakangnya akan terkejut dan menyebabkan tabrakan.