Ekspor Mebel-Kerajinan Diprediksi Rp 48 Triliun, Tertinggi Satu Dekade
Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) memperkirakan ekspor mebel dan kerajinan pada tahun 2021 menembusi US$ 3,43 miliar atau Rp 48,7 triliun.
Angka tersebut melesat 25,89% dibandingkan pada tahun 2020 atau menjadi yang tertinggi paling tidak dalam 10 tahun terakhir.
Dalam catatan Katadata, ekspor mebel dan kerajinan pada periode 2009-2020, belum ada yang menembus di level US$3 miliar.
Pada tahun 2019, atau tahun terakhir sebelum pandemi, ekspor mebel dan kerajinan mencapai US$2,59 miliar.
Secara rinci, pada tahun 2021, ekspor mebel diproyeksikan naik 30,89% menjadi US$ 2,5 miliar, sedangkan ekspor kerajinan diprediksi naik 14,81% menjadi sekitar US$ 930 juta.
Berdasarkan data HIMKI, perkiraan ekspor mebel dan kerajinan jauh lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan majemuk pada 2021-2024 sebesar 16,39%.
Pada periode Januari-November 2021, ekspor mebel dan kerajinan telah tumbuh 28,93% secara tahunan menjadi US$ 3,14 miliar dari US$ 2,43 miliar pada periode yang sama tahun 2020.
Ekspor mebel tercatat mendominasi hingga 72,8% atau senilai US$ 2,28 miliar.
Sementara itu, kontribusi ekspor kerajinan mencapai 27,2%. Adapun, furnitur kayu mendominasi kontribusi nilai ekspor hingga 31,02% atau senilai US$ 1,29 miliar.
Pada saat yang sama, nilai impor mebel dan kerajinan tumbuh 30,96% secara tahunan pada Januari-November 2021 menjadi US$ 1,08 miliar dari US$ 828,62 juta.
Furnitur bambu dan furnitur metal mengalami pertumbuhan tertinggi secara tahunan yang masing-masing naik122,01% dan 51,66%.
"Kami proyeksikan (nilai ekspor pada) 2022 (tumbuh) 16%, meskipun realisasi 2021 jauh lebih tinggi (pertumbuhannya). Kami konservatif karena masih banyak hambatan," kata Sekretaris Jenderal HIMKI Abdul Sobur kepada Katadata, Jumat (14/1).
Laju pertumbuhan nilai ekspor industri mebel dan kerajinan kemungkinan akan mencapai US$ 3,99 miliar pada tahun ini. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan semula yang hanya US$ 3,69 miliar.
Sobur mengatakan setidaknya akan ada dua hambatan yang memperlambat laju pertumbuhan nilai ekspor pada 2022. Pertama, pasokan bahan baku ke industri, seperti kayu dan rotan.