Investor Antusias Sambut Peluang Macron Jadi Presiden Prancis

Maria Yuniar Ardhiati
25 April 2017, 16:50
Macron prancis
REUTERS/Robert Pratta/ANTARA FOTO

Hasil pemilihan umum (pemilu) Prancis akhir pekan lalu, meloloskan dua kandidat presiden yaitu Emmanuel Macron dan Marine le Pen. Hasil tersebut menumbuhkan optimisme baru di kalangan pebisnis dan investor bahwa Macron berpeluang memenangkan pemilihan putaran kedua pada 7 Mei mendatang. Sebab, Macron dikenal propebisnis dan Uni Eropa. 

Seperti dilansir BBC, Senin (24/4), kemenangan Macron sebagai Presiden Prancis akan dianggap mampu menyelamatkan jantung Eropa dari guncangan ekonomi dan politik. Sebab, le Pen berencana membuat Prancis keluar dari zona Eropa.

Dalam sebuah wawancara, Macron menyebut keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa harus dihormati. Meski begitu, ia menilai kondisi itu tidak membuat Inggris harus mendapatkan perlakuan istimewa.

“Hal terburuk adalah melemahnya Uni Eropa ketika harus berhadap-hadapan dengan Inggris,” kata Macron ketika diwawancara Bloomberg, seperti dikutip The Guardian, Senin (24/4). (Baca: Pengekspor Pekerja, Polandia Paling Terpukul Dampak Brexit)

Pasar modal dan pasar keuangan juga menyambut positif peluang Macron menjadi presiden baru Prancis menggantikan Francois Hollande. Mata uang euro menguat awal pekan ini setelah selama ini terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Di satu sisi, para pebisnis memang menilai Macron tak berpengalaman dan belum teruji. Namun, di sisi lain, Macron dinilai pragmatis dan probisnis. Ia dikenal dengan kebijakannya yang ramah terhadap para pelaku bisnis.

Sejumlah kebijakannya antara lain pemotongan pajak korporasi dari 33 persen menjadi 25 persen. Selain itu, kemudahan untuk memberhentikan dan merekrut pekerja.

Kebijakan-kebijakan tersebut dinilai membuat Prancis lebih atraktif untuk ekspansi bisnis di negara-negara anggota Uni Eropa. Selama ini, kebanyakan bankir, misalnya, menempatkan Prancis di urutan terbawah untuk dipertimbangkan. (Baca: Efek Brexit, Inggris Alami Pertumbuhan Terlambat Sejak 2009)

Pemerintahan Macron kelak diharapkan membawa perubahan. Kemenangan mantan Menteri Keuangan ini diprediksi menciptakan dua kondisi menguntungkan bagi Prancis. Pertama, Macron ingin memangkas pungutan pajak.

Kebijakan tersebut membutuhkan dukungan dari kelompok sosialis Prancis dari kubu pesaing Macron, Benoit Hamon. Kelompok sosialis menginginkan adanya sistem penghasilan dasar yang berlaku universal, serta jam kerja sebanyak 32 jam dalam sepekan.

Keinginan Macron menjadikan Prancis lebih menarik di dunia bisnis membutuhkan suatu koalisi. Ada banyak rencana dari sejumlah pihak untuk melakukan reformasi pasar tenaga kerja di Prancis. (Baca: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global Akibat Brexit)

Kedua, Macron menginginkan jaminan bagi proyek-proyek di Eropa. Keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa, semula dikhawatirkan akan membangkitkan sentimen anti-Uni Eropa di seluruh kawasan tersebut. Namun, ketakutan tersebut telah memudar saat ini.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...