Diterpa Aneka Masalah, Garuda Diprediksi Untung Lebih Rp 1,4 T di 2019
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) diprediksi meraup untung lebih dari US$ 100 juta atau Rp 1,4 triliun sepanjang 2019, berbalik dari kondisi rugi US$ 179,24 juta pada tahun sebelumnya. Prediksi ini sudah memperhitungkan potensi hilangnya pendapatan berupa biaya manajemen (management fee) dari Sriwijaya Group menyusul retaknya kerja sama dengan Garuda.
Prediksi tersebut disampaikan tim analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia. “Kami memprediksi perolehan US$ 112 juta lantaran kami konservatif dengan kemungkinan penyusutan pendapatan biaya manajemen dari joint operation antara GIAA dan Sriwijaya Group dan AR di GMF,” demikian tertulis, dalam riset tertulis Mirae, Senin (6/1).
(Baca: Kerja Sama dengan Sriwijaya Kandas, Kinerja Garuda Berpotensi Turun)
Tim riset Mirae mencatat, dalam paparan publik Garuda baru-baru ini, manajemen perusahaan menyebut kemungkinan rugi penurunan nilai dibukukan dalam laporan keuangan sembilan bulan pertama 2019. Hal ini seiring meningkatnya potensi tidak dibayarkannya biaya manajemen oleh Sriwijaya Group.
Rugi penurunan nilai diestimasi berkisar US$ 35-40 juta, setelah pajak. Rugi penurunan nilai ini tidak akan berdampak pada kinerja keuangan kuartal IV 2019, tapi akan mengurangi pendapatan dalam sembilan bulan pertama 2019 bila auditor setuju dengan hal itu.
Adapun untuk kuartal IV 2019, tim riset Mirae memperkirakan pendapatan US$ 1,4 miliar, naik 5,9% dari kuartal sebelumnya. Sedangkan laba bersih US$ 28,6 juta, turun 51,8% dibandingkan kuartal sebelumnya, karena efek musiman. Meski begitu, capaian ini membaik bila dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat rugi US$ 65 juta.
(Baca: Erick Thohir Akan Berikan Kejutan Saat Pemilihan Dirut Baru Garuda)