Tinjau Kilang Petrokimia TPPI, Jokowi Harap Hemat Devisa Rp 56 Triliun

Martha Ruth Thertina
21 Desember 2019, 22:15
Jokowi, Tuban Petrochemical, Kilang TPPI, Pertamina
Kris/Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi memberikan pernyataan pers saat meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Jeno, Tuban, Sabtu (21/12/2019).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Jeno, Tuban, pada Sabtu, 21 Desember 2019. Kawasan kilang TPPI tersebut akan dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional yang menghasilkan beragam produk turunan petrokimia dan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Ya ini kilang TPPI. Ini adalah merupakan salah satu kilang yang terbesar di negara kita, yang dapat menghasilkan produk aromatik, baik para-xylene, ortho-xylene, bensin, toluene, heavy aromatic, dan juga penghasil BBM, premium, pertamax, elpiji, solar, kerosene, ini bisa untuk semuanya," kata Jokowi kepada wartawan usai peninjauan seperti dikutip dari siarap pers, Sabtu (21/12).

Presiden menyatakan sudah meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama untuk segera menyelesaikan pembangunan kilang tersebut. Ia meminta penyelesaian tidak lebih dari tiga tahun.

(Baca: Luhut Gandeng Mubadala dan Adnoc untuk Proyek Kilang Pertamina)

Pembangunan kilang TPPI sebetulnya sudah dimulai lebih dari dua dekade lalu, namun kemudian tersendat karena beberapa masalah. Setelah Pertamina mengakuisisi 51% saham Tuban Petrochemical Industries (TPI), induk usaha TPPI, perusahaan migas pelat merah tersebut akan membangun TPPI menjadi pabrik petrokimia terpadu.

"Mintanya tadi empat tahun, (tapi saya minta) tiga tahun harus rampung semuanya. Entah itu dengan kerja sama, entah itu dengan kekuatan sendiri. Saya kira ada pilihan-pilihan yang bisa diputuskan segera,” ujarnya. Ia pun meminta sudah ada kejelasan mengenai hal ini pada Januari tahun depan.

Jokowi mengatakan, ada potensi penghematan devisa hingga US$ 4,9 miliar atau sekitar Rp 56 triliun setahun, bila kilang tersebut berproduksi secara penuh. Penghematan ini imbas berkurangnya impor produk petrokimia. Sejalan dengan hal itu, defisit transaksi berjalan juga diharapkan membaik.

"Ini salah satu kuncinya ada di sini. Artinya apa? Ini menyelesaikan masalah, menyelesaikan persoalan, menyelesaikan problem dari agenda besar negara ini yang sudah puluhan tahun enggak rampung-rampung," ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...