Forever 21 Bangkrut dan Berencana Tutup Ratusan Toko, Apa Penyebabnya?

Martha Ruth Thertina
30 September 2019, 15:54
Forever 21 Bangkrut, Forever 21 Pailit
KATADATA/Arief Kamaludin
Ilustrasi toko retail mode

Perusahaan retail mode asal Amerika Serikat (AS) Forever 21 menyatakan telah mengajukan pailit. Perusahaan yang fokus menjual busana untuk perempuan muda dan remaja tersebut meminta persetujuan untuk menutup 178 tokonya di AS. Perusahaan juga berencana melikuidasi tokonya di Asia dan Eropa.

“Kami berharap sejumlah besar toko masih buka dan beroperasi seperti biasa. Kami tidak berharap keluar dari pasar utama kami di AS,” demikian pernyataan perusahaan dalam surat kepada pelanggannya seperti dikutip CNN.

Advertisement

Saat ini, perusahaan memiliki 815 toko di 57 negara. Pekan lalu, perusahaan mengumumkan akan keluar dari Jepang dan menutup keseluruhan 14 tokonya di negara tersebut. Perusahaan juga menyatakan bahwa anak usahanya di Kanada telah mengajukan pailit dan berencana menutup 44 toko di sana untuk mengurangi tekanan bisnis.

(Baca: Aprindo Beri Saran Peretail Agar Tak Bangkrut seperti Forever 21)

Berdasarkan dokumen pengajuan pailit yang dikutip Reuters, Forever 21 memiliki aset dan kewajiban masing-masing US$ 1-10 miliar atau sekitar Rp 14-141 triliun. Perusahaan menyatakan telah menerima pendanaan berupa pinjaman US$ 275 juta dari JPMorgan Chase Bank dan suntikan modal baru US$ 75 juta dari TPG Sixth Street Partners, dan beberapa afiliasinya.

Executive Vice President Wakil President Linda Chang mengatakan pengajuan pailit penting dan perlu dilakukan untuk mengamankan masa depan perusahaan. “Pengajuan pailit memungkinkan kami untuk mereorganisasi bisnis dan memposisikan ulang Forever 21,” kata dia dalam siaran pers, seperti dikutip CNN.

Forever 21 menambah panjang peretail tradisional yang menghadapi masalah di tengah berkembangnya tren belanja online. Peretail tradisional terbebani oleh tingkat utang yang tinggi dan biaya sewa toko. “Peretail yang bersandar pada utang untuk membiayai pertumbuhannya selalu menjadi yang paling rentan mengalami perlambatan (bisnis),” kata ahli bisnis dari A.T Kearney Greg Portell.

Dalam beberapa tahun ini, peretail yang sehat pun melakukan penutupan toko, sedangkan peretail yang keuangannya tertekan mengajukan pailit. Di AS, peretail telah mengumumkan penutupan lebih dari 8.200 toko, meningkat dari tahun lalu yaitu 5.589 toko menurut data Coresight Research.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement