Telan Biaya Rp 2,6 T, PLTP Sorik Merapi Sumut Beroperasi Semester II
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Merapi, di Mandailing Natal, Sumatera Utara bisa boroperasi secara komersial pada semester II tahun ini. Pembangunan pembangkit berkapasitas 40 Megawatt (MW) tersebut menelan biaya US$ 180 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun.
Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Ida Nurhayatin mengatakan progres pembangunan pembangkit tersebut sudah mencapai 70-80%. Kontraktor yang mengerjakan pembangunannya yakni PT Sorik Merapi Geothermal Power. "Diharapkan bisa beroperasi pada triwulan III atau IV," ujarnya kepada katadata.co.id, Kamis (23/5).
(Baca: Pertamina Dapat Penugasan Langsung Kelola Panas Bumi di Sulawesi Utara)
Di sisi lain, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara Djoko Rahardjo Abumanan mengatakan infrastruktur PLTP Sorik Merapi sebetulnya telah rampung. “Cuma sedang proses administrasi," kata dia di Kantor Unit Induk Pusat Pengatur Beban (UIP2B) Gandul, Depok, Kamis (23/5).
Selain PLTP Sorik Merapi, PLTP Lumut Balai unit I juga akan segera beroperasi secara komersial, kemungkinannya Juli mendatang. Pembangkit ini terletak di Muara Enim, Sumatera Selatan. Pembangkit berkapasitas 55 MW ini dikerjakan oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
(Baca: Pengusaha Harap Insentif dari Pemerintah untuk Jual Listrik Panas Bumi)
Setelah unit I beroperasi, PGE akan melakukan tender untuk pengerjaan rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC) unit II yang juga berkapasitas 55 MW. Targetnya, tender bisa dilakukan tahun ini setelah perusahaan menyelesaikan beberapa persyaratan administrasi.
PLTP Muara Laboh yang terletak di Solok Selatan, Sumatera Barat, juga akan segera beroperasi, targetnya September 2019. Pembangkit yang dibangun oleh PT Supreme Energy ini memiliki kapasitas 80 MW. Nilai investasi untuk pembangkit ini mencapai US$ 580 juta atau sekitar Rp 8,4 triliun.