Defisit Transaksi Berjalan 2,98% PDB Tahun Lalu, Bagaimana Tahun Ini?

Rizky Alika
11 Februari 2019, 15:07
Dolar
Arief Kamaludin|KATADATA
Bank Indonesia optimistis defisit transaksi berjalan bisa mereda menjadi 2,5% terhadap PDB tahun ini lewat sederet kebijakan.

Defisit transaksi berjalan melebar menjadi nyaris mendekati 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun lalu. Namun, Bank Indonesia (BI) optimistis defisit bisa mereda menjadi 2,5% terhadap PDB tahun ini lewat sederet kebijakan.

Defisit pada transaksi berjalan menunjukkan pasokan valuta asing (valas) dari ekspor tak mampu menutup kebutuhan valas untuk impor. Ini menjadi faktor pemberat kurs rupiah setiap terjadi pembalikan modal asing dari pasar keuangan domestik. Maka itu, pengendalian defisit transaksi berjalan jadi fokus BI dan pemerintah.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati mengatakan tantangan bagi transaksi berjalan tahun ini berasal dari kinerja ekspor yang lemah. "Ekspor (terpengaruh) dari perlambatan (ekonomi) global maupun harga (komoditas) yang diperkirakan masih terus turun, " kata dia, pekan lalu.

(Baca: BI Nilai Pariwisata Jadi Kunci Penyehatan Neraca Transaksi Berjalan)

Namun, impor semestinya bisa diredam sehingga defisit transaksi berjalan tidak selebar tahun lalu. Ini seiring penerapan kebijakan pengendalian impor seperti kewajiban pencampuran minyak sawit dalam solar 20% atau biodiesel 20% (B20) dan kenaikan tarif impor barang konsumsi bisa membantu meredam.

Defisit transaksi berjalan juga kemungkinan bisa mereda berkat pengembangan pariwisata dan kebijakan di sektor otomotif yang bakal segera terbit.

Neraca transaksi berjalan mengalami defisit US$ 31,1 miliar atau 2,98% terhadap PDB, tahun lalu. Ini nyaris mendekati batas aman 3% PDB. Defisit sempat mencapai 3,18% PDB pada 2013, namun kemudian berangsur turun menjadi 2,95% pada 2014, lalu 2,03% pada 2015, kemudian 1,82% pada 2016, dan 1,6% pada 2017.

Adapun sepanjang tahun lalu, defisit transaksi berjalan tercatat menanjak tiap kuartal. Defisit mencapai US$ 5,3 miliar atau 2,07% terhadap PDB pada kuartal I, sebesar US$ 7,9 miliar atau 3,01% terhadap PDB pada kuartal II, kemudian US$ 8,6 miliar atau 3,28% terhadap PDB, dan mencapai US$ 9,1 miliar atau 3,57% terhadap PDB pada kuartal IV.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...