Bahas Rupiah, Gubernur BI Singgung Kebijakan Lanjutan Substitusi Impor

Rizky Alika
28 Januari 2019, 15:21
gulungan besi baja
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Pekerja membantu bongkar muat gulungan besi baja di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (4/4/2018).

Nilai tukar rupiah menguat hingga kembali mendekati level 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS) mulai Jumat (25/1) pekan lalu. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut sederet kebijakan domestik turut menyokong rupiah, termasuk kebijakan di bidang ekspor-impor yang bertujuan memperbaiki neraca dagang sehingga pasokan dan permintaan valuta asing (valas) lebih seimbang.

Perry menyinggung kebijakan terbaru pemerintah tentang pengurangan hambatan lartas (larangan terbatas) dan komoditas yang wajib menyertakan Laporan Surveyor (LS). Kebijakan ini untuk memperlancar ekspor. Ada juga kebijakan untuk mendorong ekspor otomotif, elektronik, garmen, serta makanan dan minuman.

Selain itu, ia juga menyinggung soal kebijakan lanjutan substitusi impor. "Di samping juga mempersiapkan kebijakan lanjutan untuk subtitusi impor, baik baja dan farmasi," ujarnya saat menghadiri peringatan 64 Tahun Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), di Jakarta, Senin (28/1).

(Baca: Dorong Peningkatan Ekspor, Kadin Dukung Penyederhanaan Aturan)

Adapun tahun lalu, banjirnya impor besi dan baja memang menjadi salah satu pemicu melebarnya defisit neraca dagang hingga mencapai US$ 8,57 miliar atau yang terbesar sepanjang sejarah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai impor besi dan baja sepanjang 2018 mencapai US$ 10,25 miliar atau meningkat 28,31% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy). Kontribusinya sebesar 6,45% dari total impor nonmigas nasional.

Dengan berbagai kebijakan, pemerintah pun optimistis ekspor bisa tumbuh 6,3% (yoy), atau sedikit lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan tahun lalu sebesar 6,3% (yoy). Sementara itu, impor diprediksi bisa ditekan hingga hanya tumbuh 7,1% (yoy) atau nyaris separuh dari tahun lalu yang diproyeksikan sebesar 13,4% (yoy).

(Baca: Pemerintah Prediksikan Pertumbuhan Impor 2019 Hanya Separuh Tahun lalu)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...