Risiko Melemahnya Rupiah Semakin Besar Menjelang 2019

Martha Ruth Thertina
29 Oktober 2018, 20:25
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

Tekanan terhadap nilai tukar rupiah berisiko kembali membesar. Hal itu seiring dengan lebarnya defisit transaksi berjalan di tengah rencana kenaikan lanjutan bunga acuan Amerika Serikat (AS), Fed Fund Rate, akhir tahun ini. Defisit yang lebar menunjukkan besarnya ketidakseimbangan pasokan dan permintaan valuta asing (valas) di dalam negeri.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan defisit transaksi berjalan menjadi faktor yang perlu diwaspadai pada dua bulan terakhir tahun ini. Ia memprediksi belum akan ada perbaikan signifikan sehingga defisit akan melewati 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di akhir tahun. Ini artinya di atas batas aman yang dibidik Bank Indonesia (BI) dan pemerintah.

Advertisement

(Baca juga: Defisit Transaksi Berjalan Kuartal III Tinggi, BI: Tidak Melebihi 3,5%)

“Kondisi CAD (current account deficit) yang tidak menunjukkan perbaikan akan memicu sentimen negatif pada awal tahun 2019. Tekanan terhadap rupiah akan lebih besar dan membutuhkan upaya yang lebih keras dari BI untuk menjaga nilai rupiah. Cadangan devisa akan tergerus lebih besar,” kata dia Kepada Katadata.co.id, Senin (29/10).

Dengan skenario defisit transaksi berjalan menembus 3% terhadap PDB, ia memperkirakan cadangan devisa akan tergerus ke kisaran US$ 105 miliar dari posisi US$ 114,8 miliar per akhir September lalu. Penurunan tersebut seiring upaya BI untuk mempertahankan nilai tukar rupiah di kisaran 15.400 per dolar AS.

(Baca juga: Ancaman Berkepanjangan dari Defisit Transaksi Berjalan)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement