Tak Capai Target, Sri Mulyani Taksir Ekonomi 2017 Hanya Tumbuh 5,05%

Desy Setyowati
20 Desember 2017, 18:41
Pertumbuhan Ekonomi
Arief Kamaludin|KATADATA
Pembangunan gedung perkantoran di Jakarta

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi ekonomi hanya akan tumbuh 5,05% sepanjang tahun 2017. Ini di bawah target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 yang sebesar 5,2% dan prediksi terakhirnya yang sebesar 5,1%.

Ia menjelaskan, prediksi terbaru tersebut dengan memperhitungkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV yang kemungkinan berkisar 5,15-5,17% atau lebih tinggi dibandingkan tiga kuartal sebelumnya. "Jadi total di 5,05%," kata dia saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Rabu (20/12).

Adapun faktor pendorong ekonomi di kuartal IV yaitu investasi swasta dan ekspor yang masih tumbuh tinggi meskipun kemungkinan tak setinggi kuartal III. Sebagai gambaran, investasi swasta tumbuh 7,11% dan ekspor ekspor 17,26% pada kuartal III. (Baca juga: Sri Mulyani Dukung Daerah Jadi Kota untuk Dongkrak Ekonomi)

Di sisi lain, belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga juga diharapkan menguat di kuartal IV. "Belanja pemerintah sebagian belanja akan terkonsentrasi di kuartal IV kami akan lihat pertumbuhan belanja pemerintah di atas 3%, dan konsumsi rumah tangga kami tetap berharap di sekitar 5%," ucapnya.

Pada 2018, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan investasi swasta dan ekspor tetap terjaga sehingga mendukung ekonomi melaju lebih tinggi. "Kami harapkan growth-nya di atas 6-7% untuk investasi sepanjang tahun, dan ekspor juga tetap terjaga momentumnya di keseluruhan 2018," kata dia. (Baca juga: Ekonom Prediksi Pilkada Serentak Dongkrak Ekonomi 2018)

Secara rinci, Sri Mulyani menjabarkan perkembangan asumsi makroekonomi hingga 15 Desember 2017. Pertumbuhan ekonomi tercatat 5,03% atau di bawah target 5,2%, sedangkan inflasi tercatat di level 3,3% atau lebih rendah dari asumsi 4,3%.

Lalu, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 5%, di bawah asumsi 5,2%. Sedangkan rata-rata nilai tukar rupiah Rp 13.377 per dolar Amerika Serikat (AS), sedikit lebih kuat dari asumsi yaitu Rp 13.400 per dolar AS.

Sementara itu, harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) mencapai US$ 50,3 per barel atau di atas asumsi yang sebesar US$ 48 per barel. Adapun lifting minyak mencapai 796,9 ribu barel per hari atau lebih rendah dari asumsi 815 ribu barel per hari, kemudian lifting gas tercatat 1,13 juta barel setara minyak per hari, lebih rendah dari asumsi 1,15 juta barel setara minyak per hari.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...