BI: Infrastruktur Bakal Dorong Ekonomi Tumbuh Tinggi Mulai 2019
Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi bakal melaju lebih cepat mulai 2019 berkat pembangunan infrastruktur. Sebelumnya, perekonomian mengalami tren penurunan sejak 2013 seiring berakhirnya periode harga komoditas tinggi (commodity boom).
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, pembangunan infrastruktur semestinya akan mulai berdampak dua tahun setelah dibangun secara masif. Sementara anggaran infrastruktur sudah meningkat sejak pemerintahan Joko Widodo pada 2015, dan mulai signifikan angkanya sejak 2017. Maka itu, BI yakin dampaknya terhadap ekonomi mulai terasa di 2019.
"Pertumbuhan ekonomi baru akan akselerasi cepat di 2019, karena infrastruktur butuh dua tahun," kata dia usai diskusi bertajuk 'Perkembangan Ekonomi Terkini' di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Minggu malam (27/8). BI memprediksikan pertumbuhan ekonomi bakal berkisar 5,3-5,7% di 2019. (Baca juga: Jokowi Kebut Pembangunan Infrastruktur Strategis, Target Selesai 2019)
Sejak saat itu, menurut Dody, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh investasi, terutama non-bangunan, dan ekspor. Sebab, pembangunan infrastruktur akan menarik investor masuk. Dengan begitu, harapannya, industri pengolahan alias manufaktur akan berkembang, sehingga produk ekspor Indonesia mulai banyak bergeser dari komoditas Sumber Daya Alam (SDA) menjadi produk manufaktur.
Di sisi lain, sektor-sektor lainnya yang selama ini berkontribusi besar terhadap perekonomian yaitu pertanian, konstruksi, komunikasi, dan jasa keuangan juga diprediksi akan tetap menjadi motor penggerak ekonomi.
"Setelah itu (2019) semoga (pertumbuhan ekonomi) Indonesia langsung menuju level 6 persenan. Di atas 6% pada 2020-2021. Apa yang jadi faktor utamanya? Investasi,” kata Dody. Prediksi BI, investasi bakal tumbuh sekitar 6-7% dalam jangka menengah, sedangkan ekspor bisa tumbuh di kisaran 4% dalam jangka panjang atau di 2020-2021.
Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi perlu digenjot lebih tinggi agar masyarakat Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap). Untuk bisa lepas dari jebakan itu maka pendapatan masyarakat harus lebih dari US$ 14.300 per kapita per orang dan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%.
Adapun sejauh ini perekonomian Indonesia terbantu oleh bonus demografi berupa besarnya tenaga kerja berusia produktif. "Benefit (keuntungan) dari sumber daya manusia yang produktif berakhir di 2030 dan (mulai) masalah aging (banyak masyarakat berusia tua). Nah, maka itu disyaratkan investasi yang tinggi agar ekonomi tumbuh tinggi," kata dia. Selain itu, industri jasa juga perlu didorong tumbuh lebih tinggi untuk menyerap tenaga kerja lebih dini.