BRI Bidik Aset Perusahaan Bertambah Rp 700 T dalam Lima Tahun

Miftah Ardhian
9 Agustus 2017, 20:21
Suasana Stan BRI
Arief Kamaluddin | Katadata

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menargetkan aset perusahaan bertambah Rp 700 triliunan menjadi Rp 1.700 triliun dalam kurun waktu lima tahun. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya akan menggenjot pertumbuhan organik melalui penyaluran kredit dan anorganik melalui akuisisi perusahaan keuangan.

Direktur Bank BRI Haru Koesmahargyo menjelaskan, target kenaikan aset tersebut masuk dalam peta jalan (road map) pengembangan bisnis perusahaan untuk lima tahun ke depan. "Saat ini kan Rp 1.000 triliunan. Kami targetkan jadi Rp 1.700 triliun atau hampir dua kali lipatnya di tahun 2022," ujar Haru saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (9/8).

Di sisi lain, pertumbuhan laba ditargetkan mencapai Rp 50 triliun atau naik dua kali lipat dari laba 2016 yang sebesar Rp 25,8 triliun. Haru menjelaskan, strategi pertama yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut yaitu menggenjot penyaluran kredit, terutama kredit mikro sambil terus menekan rasio kredit seretnya (Non Performing Loan/NPL).

Adapun sepanjang semester I 2017, BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 687,9 triliun, lebih tinggi 11,8% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 615,5 triliun. Alhasil, BRI memperoleh laba bersih sebesar Rp 13,4 triliun, atau tumbuh 10,4% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 12,1 triliun. (Baca juga: Enam Bulan Untung Rp 13,4 T, BRI Pimpin Perolehan Laba Perbankan)

Pertumbuhan laba BRI tersebut melampaui perolehan laba Bank Central Asia (BCA) yang sebesar Rp 10,54 triliun, laba Bank Mandiri yang sebesar Rp 9,46 triliun, Bank Negara Indonesia (BNI) yang sebesar Rp 6,41 triliun, dan Bank Tabungan Negara (BTN) yang sebesar Rp 1,27 triliun. 

Wakil Direktur Utama Bank BRI Sunarso menambahkan, strategi lain yang akan dilakukan perusahaan yaitu mengakuisisi perusahaan sekuritas dan modal ventura. Pertumbuhan anorganik tersebut dipilih lantaran perizinan untuk membentuk anak usaha sendiri kompleks.

Di luar itu, menurut Sunarso, BRI juga tengah mengkaji untuk melakukan pemecahan saham (stock split). Alasannya, harga saat ini ini yang mencapai sekitar Rp 15.000 sudah terlalu mahal. Padahal, Sunarso ingin agar BRI dimiliki oleh masyarakat Indonesia dari segala segmen. Namun, aksi korporasi ini dinilai tidak akan mudah dilakukan.

"Karena kami harus ukur, kalau 1:5 artinya turun 5 tangga. Jadi untuk menaikkannya lagi itu tantangan. Kondisi makro memungkinkan tidak untuk naik 5 kali," ujarnya.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...