Pasca Rencana Rights Issue, Harga Saham BUMI Terus Melorot

Martha Ruth Thertina
15 Februari 2017, 11:00
Bursa
Arief Kamaludin|KATADATA

Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) cenderung merosot sejak akhir Januari lalu. Padahal, sentimen positif tengah melingkupi perusahaan tambang milik Keluarga Bakrie ini. Sentimen positif itu mulai dari kesepakatan penyelesaian utangnya, kinerja bisnis yang membaik hingga tren peningkatan harga komoditas.

Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (14/2), harga saham emiten berkode BUMI ini mencapai Rp 402 per saham atau turun 1,95 persen dari hari sebelumnya. Penurunan harga saham tersebut melanjutkan tren yang sudah berlangsung sejak akhir Januari lalu.

Pada 27 Januari lalu, harga saham BUMI sempat mencapai level tertingginya sejak 3,5 tahun terakhir yaitu sebesar Rp 505 per saham. Artinya, sejak saat itu hingga kini harga saham BUMI sudah tergerus 20,4 persen. Padahal, jika dihitung sejak awal tahun ini hingga 27 Januari lalu tersebut, harganya sudah melonjak 81,6 persen.

(Baca juga: BUMI Jual Saham Rp 35 Triliun, Saham Grup Bakrie Jadi Primadona)

Apalagi, ada sejumlah faktor yang seharusnya menjadi sentimen positif bagi kenaikan harga saham BUMI.  Pertama, pada pekan lalu, manajemen BUMI melansir kinerja keuangan 2016 yang menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Perusahaan ini mengindikasikan  pendapatan bersih pada 2016 sebesar US$ 101,6 juta.

Pencapaian tersebut seiring dengan meningkatnya volume penjualan batu bara. Penjualan batu bara gabungan meningkat 10,6 persen menjadi 87,7 juta ton. Rinciannya, penjualan batu bara oleh Arutmin meningkat 15,3 persen menjadi 28,6 juta ton dan penjualan batu bara oleh Kaltim Prima Coal (KPC) naik 8,4 persen menjadi 59,1 juta ton.

Di sisi lain, jumlah batu bara yang ditambang juga melonjak sebesar 6,5 persen menjadi 86,5 juta ton. Sementara itu, biaya produksi tercatat menurun tajam dari US$ 34,6 juta per ton pada 2014, menjadi 30,2 per ton setahun kemudian dan US$ 27 per ton pada tahun depan.

Kedua, BUMI optimistis harga patokan batu bara saat ini yang berkisar US$ 80 per ton. “Perseroan berharap mampu meningkatkan produksi antara 5 persen hingga 7 persen dan harga jual batu bara rata-rata paling tidak 30 persen lebih tinggi dari tingkat harga di tahun 2016,” kata manajemen BUMI dalam siaran pers kinerja keuangan 2016 yang bertanggal 8 Februari lalu.

Ketiga, kesepakatan penyelesaian utang. Pada November tahun lalu, para kreditur menyetujui skema restrukturisasi utang BUMI. Skema itu berupa pengurangan utang sebesar 62 persen menjadi US$ 1,6 miliar. Caranya melalui konversi utang senilai US$ 2 miliar dan obligasi wajib konversi berjangka 7 tahun sebesar US$ 639 juta. Harga konversinya Rp 926,16 per saham.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...