BI: Pertumbuhan Ekonomi di Batas Bawah

Desy Setyowati
21 Oktober 2016, 10:41
Bank Indonesia
Agung Samosir|KATADATA

Bank Indonesia meramalkan pertumbuhan ekonomi tahun ini bakal mendekati batas bawah kisaran 4,9 - 5,3 persen. Hal ini lantaran konsumsi masih terbatas dan investasi swasta belum kuat. Selain itu, terbatasnya stimulus fiskal dan lemahnya perdagangan dunia juga turut menahan ekonomi tumbuh lebih tinggi. Pada kuartal tiga lalu, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan cuma 4,9 - 5 persen.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makro Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan pendorong pertumbuhan ekonomi hanya konsumsi rumah tangga. Sektor ini terpantau masih cukup kuat terlihat dari penjualan ritel dan kendaraan bermotor yang membaik, meskipun penjualan mobil menurun. “Tidak ada pemburukan-lah paling tidak,” kata Juda di Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2016.

Juda mengakui data penurunan impor dan upah buruh yang stagnan merupakan indikator daya beli sedikit menurun. Namun ia yakin konsumsi rumah tangga masih akan tumbuh stabil di kisaran lima persen pada kuartal tiga 2016. (Baca juga: Pacu Kredit, BI Agresif Pangkas Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen)

Untuk itu, bank sentral pun secara agresif memangkas suku bunga acuan, BI 7-Day Repo Rate. Harapannya, pelonggaran moneter tersebut bakal cepat menekan suku bunga bank, deposito atau kredit, sehingga bisa mendorong konsumsi rumah tangga dan investasi swasta.

Seperti diketahui, rapat Dewan Gubernur BI pada 19 - 20 Oktober kemarin memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25 menjadi 4,75 persen. Dengan demikian, sepanjang tahun ini, total pemangkasan suku bunga acuan telah mencapai 2,5 persen.

Menurut Juda, suku bunga deposito sudah menurun 1,08 persen. Sayangnya, suku bunga kredit baru menurun 0,6 persen. Juda memperkirakan suku bunga kredit akan berkurang 0,15 - 0,2 persen lagi pada akhir tahun. Dengan begitu, ia berharap permintaan korporasi terhadap kredit meningkat. Di ujung 2016, BI tetap meyakini kredit bisa tumbuh 7 - 9 persen meskipun pada Agustus ini masih 6,8 persen.

Di sisi lain, Juda meyakini pinjaman korporasi masih tinggi. Hal ini terlihat dari pembiayaan lain yang meningkat. Sejak awal tahun, pembiayaan nonbank mencapai Rp 128 triliun. Dari jumlah tersebut yang digunakan untuk pembiayaan korporasi sebesar Rp 85 triliun. Artinya, sektor riil masih melakukan ekspansi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...