Kredit Masih Lemah, Pemerintah Didorong Turun Tangan

Desy Setyowati
19 Oktober 2016, 19:32
Layanan bank
Arief Kamaludin|KATADATA

Beragam kebijakan moneter yang diambil Bank Indonesia belum mampu menggenjot pertumbuhan kredit tahun ini. Hingga Agustus lalu, kredit cuma tumbuh 6,83 persen (year on year), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya 7,74 persen.

Ekonom Maybank Juniman mengatakan bank sentral sudah tidak memiliki pilihan kebijakan lain untuk mendorong pertumbuhan kredit. “Tidak bisa memaksa menurunkan suku bunga (lagi) karena terbukti turun saja kredit tidak naik,” ujar Juniman kepada Katadata, Rabu, 19 Oktober 2016. (Baca juga: Tunggu Tiga Faktor, Bunga Acuan BI Diprediski Tetap).

Advertisement

Sebagai catatan, sepanjang tahun ini, BI sudah memangkas suku bunga acuan sebesar 2,25 persen dari 7,25 menjadi lima persen. BI juga sudah memperlonggar ketentuan mengenai rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR). Akhir Agustus lalu, bank sentral juga memperlonggar aturan uang muka kredit untuk pemilikan rumah. Harapannya, permintaan kredit di sektor properti bisa menanjak.

Juniman menjelaskan bahwa pemangkasan suku bunga acuan tak berdampak besar terhadap penyaluran kredit lantaran bank sedang dibebani persoalan kredit macet alias non performing loan (NPL). NPL bank tercatat naik dari 3,18 persen pada Juli menjadi 3,22 persen pada Agustus. Alhasil, bank lebih selektif menyalurkan kredit agar kredit bermasalah tidak membengkak. (Baca juga: Ketika Bank-bank Diterjang Lonjakan Kredit Bermasalah).

Di sisi lain, banyak korporasi yang menahan ekspansi sehingga tak membutuhkan kredit. Minat ekspansi yang rendah ini dipicu oleh minimnya penjualan seiring dengan rendahnya daya beli masyarakat. Rendahnya daya beli terkait dengan kecilnya kenaikan pendapatan masyarakat. Seperti dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan upah buruh bangunan dan tani tak setinggi kenaikan harga (inflasi). Artinya, upah buruh stagnan.

Menurut Juniman, saat ini BI dalam posisi menunggu dampak kebijakan-kebijakan moneter yang telah dibuatnya. Sejauh ini, suku bunga kredit untuk properti dan kendaraan bermotor sudah menurun di bawah 10 persen. Ia memperkirakan dampak kebijakan moneter baru terasa dalam dua sampai tiga bulan setelah pemotongan suku bunga terakhir yaitu September lalu. “Dengan turunnya policy rate, sektor riil bisa ekspansi, baru BI bisa gunakan kebijakan moneter lagi,” ucapnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement